scholarly journals Analisis QoS (Quality of Service) Pada Implementasi Layanan Broadband IPTV (Internet Protocol Television) di Jaringan Akses PT. Telkom

2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 76
Author(s):  
Said Attamimi ◽  
Aprilia Dian Oftari ◽  
Setiyo Budiyanto

IPTV (Internet Protocol Television) yaitu suatu layanan multimedia dalam bentuk televisi, video, audio, text, graphic, data yang disalurkan ke pelanggan melalui jaringan IP (Internet Protocol), yang dijamin kualitasnya (Quality of Service), keamanannya (security), realibility (kehandalannya) dan memungkinkan komunikasi dengan pelanggan secara dua arah atau interaktif (interactivity) secara “real time”. IPTV (Internet Protocol Television) menawarkan interaktivitas dua arah antara end user dengan sistem IPTV melalui komponen berupa Set Top Box, dimana end user dapat menggunakan layanan yang bersifat on demand. Pada penelitian ini akan di analisa kesiapan jaringan akses kabel tembaga untuk implementasi layanan broadband IPTV (Internet Protocol Television). Analisa ini  dilakukan untuk menjelaskan cara mengukur QoS (Quality of Service) untuk IPTV (Internet Protocol Television) dari berbagai parameter yaitu: throughput, packet loss,dan delay. Mekanisme QoS (Quality of Service) mampu menghitung dan mengukur berapa besarnya nilai throughput, packet loss, delay dan mencocokannya dengan kebutuhan aplikasi yang ada digunakan dalam jaringan akses tersebut. Untuk itu diperlukan jaringan akses yang handal untuk dapat mendukung penyediaan layanan IPTV (Internet Protocol Television) pada kabel tembaga, karena bandwidth yang saat ini disediakan untuk IPTV (Internet Protocol Television) adalah sebesar 6 Mbps, dengan kecepatan downstream sebesar 6 Mbps, kecepatan upstream sebesar 1 Mbps, redaman sebesar 25 dB, dan S/N (signal to noise) sebesar 38,4 dB. Sehingga dengan menggunakan parameter QoS (Quality of Service) yaitu throughput, packet loss, dan delay pada jaringan akses kabel tembaga IPTV (Internet Protocol Television) kita dapat mengetahui kualitas layanan yang diterima pelanggan agar layanan pada jaringan akses IPTV (Internet Protocol Television) ini bisa bekerja lebih optimal.

2010 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 102 ◽  
Author(s):  
Davianys Alicia Navarro Rey ◽  
Jhon Edisson Villarreal Padilla ◽  
Luis Guillermo Martínez

El siguiente artículo presenta un análisis de las métricas de QoS (Quality Of Service) más relevantes para el servicio IPTV (Internet Protocol Television) sobre una infraestructura de red Móvil basada en MIPV4 y MIPV6, el cual es realizado con el Sniffer Wireshark. Es de suma importancia evaluar las métricas en el servicio, dado que esto permitirá observar cuál es el rendimiento de la red durante la trasmisión de cualquier servicio multimedia, dependiendo del protocolo móvil. De acuerdo a lo anterior, el resultado logrado es que en MIPV6 es más eficiente la calidad de la red para trasmitir un servicio IPTV, dado que las métricas evaluadas arrojaron que hay menos retardo y pérdidas de paquetes durante la trasmisión, esto se puede notar dado que en MIPV4, cuando el MN(Mobile Node) se encuentra ubicado en el FA(Foreing Agent), la pérdida es de 7% mientras que en MIPV6 es de 2%, favoreciendo la trasmisión del servicio hacia MIPV6. Para continuar con el trabajo, se recomienda evaluar la QoE (Quality Of Experience) del servicio en los diferentes protocolos móvil, con el fin de lograr un acercamiento a lo que puedan percibir o sentir los usuarios sobre el servicio.


2016 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
Author(s):  
Setiyo Budiyanto ◽  
Hanifah Diana

Pada saat ini teknologi serat optik menjadi media transmisi yang layak diperhitungkan penggunaannya dalam penyediaan akses karena memiliki kapabilitas dan kapasitas  yang  paling  tinggi  dibandingkan  dengan  media  transmisi  lainnya.  Dalam menyediakan akses informasi dengan volume bandwidth yang besar, serat optik memiliki prospek yang menjanjikan. Akses microwave berbasis sistem multiplexing saat ini mulai digantikan perannya dengan akses serat optik berbasis Internet Protocol (IP) yang disebut dengan Metro Ethernet. Aplikasi  Metro  Ethernet  untuk  akses  ke  menara  Base  Station  Transceiver  (BTS) dan  Radio  Network  Connection  (RNC)  operator  selular  merupakan  salah  satu  tawaran yang  diberikan  oleh  jaringan  Metro  Ethernet  saat  ini.  Penggunaan  Ip  clock  sangat dibutuhkan pada Base Transceiver Station (BTS) untuk sinkronisasi jaringan sebagai jam global yang berasal dari jam GPS diakuisisi oleh sejumlah BTS. IP clock didistribusikan ke pengendali serta acuan  berbagai jaringan, dan dari sana ke jaringan perangkat akses, sehingga  terwujud  sinkronisasi  jaringan  komunikasi  konvergensi  antara  BTS  ke  RNC yang melewati Metro E dengan media transmisi Fiber Optik. Pada penelitian ini, penulis menganalisa permasalahan link BTS dengan IP Clock sebagai alarm monitoring dan kaitannya dengan kesesuaian V-lan pada jaringan tersebut. Perhitungan  dan  analisa  Quality  of  Service  (QOS)  dari  penggunaan  fiber  optik  sebagai media  transmisi  yang  melewati  Metro  E  pada  link  antara  BTS  ke  RNC,  dimana parameter-parameter pandukung yang digunakan seperti Delay, Jitter, Packet Loss, untuk memudahkan dalam mengetahui performansinya.Kata Kunci : Fiber Optik, Metro E, BTS, IP Clock, QoS


Author(s):  
Widhiatmoko Herry Purnomo ◽  
Farida Asrian

Video on Demand adalah salah satu layanan UseeTV IndiHome PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk berbasis IP (Internet Protocol).  Video on Demand (VoD) merupakan salah satu fitur dari UseeTV yang memungkinkan pelanggan untuk dapat melakukan perekaman, penyimpanan dan penayangan kembali acara televise tertentu. Untuk mendapatkan kinerja yang baik maka layanan ini membutuhkan bandwidth yang cukup besar. Teknologi Gigabit-Capable Passive Optical Network (GPON) menjadi teknologi yang dapat mendukung layanan ini. Dalam layanan UseeTV, aktifitas jalur downstream menjadi perlakuan khusus, sehingga Quality of Service (QoS) dan kepadatan trafik perlu diperhatikan.Salah satu parameter yang berpengaruh terhadap layanan UseeTV adalah delay. Semakin kecil nilai delay  maka akan semakin baik juga layanan UseeTV yang diterima oleh pelanggan. 


Author(s):  
Ebin Deni Raj ◽  
L. D. Dhinesh Babu

Cloud computing is the most utilized and evolving technology in the past few years and has taken computing to a whole new level such that even common man is receiving the benefits. The end user in cloud computing always prefers a cloud service provider which is efficient, reliable and best quality of service at the lowest possible price. A cloud based gaming system relieves the player from the burden of possessing high end processing and graphic units. The storage of games hosted in clouds using the latest technologies in cloud has been discussed in detail. The Quality of service of games hosted in cloud is the main focus of this chapter and we have proposed a mathematical model for the same. The various factors in dealing with the quality of service on cloud based games have been analyzed in detail. The quality of experience of cloud based games and its relation with quality of service has been derived. This chapter focuses on the various storage techniques, quality of experience factors and correlates the same with QoS in cloud based games.


Author(s):  
Bongga Arifwidodo ◽  
Syahriful Ikhwan

Tidak bisa dipungkiri perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, khususnya perkembangan teknologi dibidang telekomunikasi. Sehingga  semakin memberikan layanan kemudahan untuk melakukan aktivitas komunikasi. Salah satu layanan yang sedang berkembang Video Call. Layanan Video Call menjadi pilihan dalam melakukan komunikasi jarak jauh. Teknologi komunikasi Video Call menggunakan IP Multimedia Subsystem (IMS). IMS adalah sebuah sebuah arsitektur framework untuk mengirimkan layanan internet protokol multimedia. Arsitektur Framework dirancang agar mampu menyediakan layanan multimedia yang lebih kompetitif dengan tingkat mobilitas yang lebih tinggi dengan desain agar mampu dijalankan tanpa adanya batasan area maupun domain. Oleh karena itu seiring waktu berkurangnya alamat IP versi 4 IPv4) maka dikembangkanlah alamat IP versi 6 (IPv6). Pada penelitian ini melakukan pengujian dengan melakukan video call menggunakan Open IMS Core dan client pada jaringan backbone IP versi 4 dan IP versi 6. Untuk jaringan backbone IP versi 6 menerapkan sistem tunneling pada topologinya. Dari hasil skenario pengujian, sesuai standar Tiphon didapatkan kehandalanan komunikasi bernilai baik saat diuji pada beban trafik 0 Mbps, 5 Mbps, 10 Mbps dan 15 Mbps. Kemudian saat penambahan beban trafik 15 Mbps, nilai delay yang didapat mencapai 16,17031693 ms, nilai throughput 0,115 Mbps, nilai jitter 5,18897E-06 ms, dan nilai packet loss sebesar 15,51%. Dapat disimpulkan sesuai standar Tiphon, kualitas layanan video call, mencakup nilai delay, throughput, jitter dan packet loss termasuk kategori baik, akan tetapi pada packet loss masuk kategori cukup baik.


SINERGI ◽  
2016 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 149 ◽  
Author(s):  
Yohanes Andri Pranata ◽  
Ike Fibriani ◽  
Satryo Budi Utomo

Quality of Service merupakan metode pengukuran tentang seberapa baik jaringan yang terpasang dan juga merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari satu layanan. Dengan dibuatnya sistem pembayaran online yang terdapat di PT. PLN (Persero) Jember, layanan internet yang digunakan hendaknya harus memenuhi standar TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks). Maka diperlukan optimasi kinerja QoS sebagai salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar kualitas layanan data yang harus dipenuhi. Parameter QoS yang digunakan untuk analisis layanan komunikasi data adalah jitter, packet loss, throughtput, dan delay. Dari hasil analisis data menunjukan bahwa pada jam sibuk (09.00-11.00 WIB) dan non sibuk (11.00-13.00 WIB) mendapatkan hasil rata – rata indeks QoS sebesar 2,125 dalam kategori “kurang memuaskan”. Dengan kapasitas bandwidth yang disediakan sebesar 3 Mbps. Kemudian dari hasil perhitungan optimasi bandwidth yang diperlukan sebesar 7,154 Mbps dan disimulasikan mendapatkan rata–rata indeks  QoS yang sebesar 3,5 dalam kategori “sangat memuaskan”.


Author(s):  
Debbi Irfan Mudhoep ◽  
Linawati ◽  
Oka Saputra

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sekolah menengah berbasis vokasi mendapatkan manfaat sebagai pengembangan teaching factory. Teaching factory adalah konsep pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri. Namun, di tengah pandemi, pengelolaan teaching factory mendapatkan hambatan dari sisi kinerja jaringan yang tidak andal. Kondisi yang sudah ada menggunakan protokol jaringan static routing dan tidak memiliki jalur cadangan pada jaringan. Oleh karena itu, diusulkan penggunaan dynamic routing OSPF dan BGP dengan metode pembebanan kinerja VRRP, HSRP, dan GLBP sebagai jalur cadangan, yang diukur melalui parameter throughput, delay, dan packet loss untuk Quality of Service. Tahapan skenario penelitian menerapkan masing-masing dynamic routing protocol pada ketiga metode pembebanan kinerja agar mampu diukur dan memperoleh hasil QoS yang diharapkan di end user. Hasil terbaik yang direkomendasikan yaitu dynamic routing OSPF dengan metode pembebanan kinerja VRRP karena memberikan perbandingan waktu kurang dari 1 detik saat terjadi kegagalan jalur pada jaringan internet. Hal ini terbukti dari QoS sebesar 3,96 dengan kategori sangat memuaskan, lebih baik dibandingkan lainnya.


Author(s):  
Miguel García ◽  
Jaime Lloret ◽  
Irene Bellver ◽  
Jesús Tomás

Current advances in embedded hardware for mobile devices, jointly with new type of batteries that let smart phones have more power during longer periods of time, allow them to offer new services to customers. Internet Protocol Television (IPTV) is the Internet Protocol (IP) service that is experiencing highest demand. Many mobile telephone companies are adding this service to their supply. In this chapter, the authors show all steps to transmit the IPTV service from the provider to the smart phone. First, they introduce the current hardware and operating systems for smart phones. Then, they describe the main parts of the IPTV architecture and the main protocols used for IPTV transmission in order to show how it works. Next, the authors show where intelligent systems can be deployed in the IPTV network in order to provide better QoE (Quality of Experience) on the end-user side. Then, they discuss the limitations and requirements for IPTV reception on smart phones. Finally, the authors explain the IPTV implementation in smart phones and describe an IPTV player on Android.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 58-66
Author(s):  
Firmansyah Firmansyah ◽  
Rachmat Adi Purnama ◽  
Anton Anton ◽  
Rachmawati Darma Astuti

Pengalokasi IP Address versi 4 (IPv4) yang mulai menipis berjalan secara beriringan dengan semakin meningkatnya kebu-tuhan dunia teknologi informasi. Untuk memenuhi permintaan dari penggunaan IP Address, maka diterapkanlah Internet Protocol version 6 (IPv6). Hadirnya IPv6 diharapkan menjadi sebuah solusi dari  permasalahan yang dihadapi oleh IPv4 seperti permasalahan terbatasnya alokasi IP Address dan keamanan jaringan komputer. Pengimplementasian IP Address didalam jaringan komputer tidak lepas dari adanya protokol routing. Routing protocol Enhanced Interior Gateway Routing Protocol  (EIGRP) pun ikut berkembang dengan adanya penggunaan IPv6 menjadi EIGRP for IPv6 (EIGRPv6). Perkem-bangan jaringan haruslah mempertimbangkan faktor Quality of Service (QoS) di dalamnya. Hot Standby Router Protocol (HSRP) IPv6 hadir untuk memastikan layanan jaringan dapat berjalan dengan maximal dan stabil saat terjadinya link failure pada layanan jaringan. HSRP IPv6 mampu mengoptimalkan packet loss saat terjadinya redundancy dengan nol (0) packet loss, serta redundancy time yang dibutuhkan saat terjadinya redundancy dari router active menuju router standby 10 second dan router standby menuju router active 26,2 second


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document