scholarly journals Pengaruh Pemberian Deep Neck Flexor Muscle Activation Terhadap Nyeri Leher: Critical Review

2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 133-149
Author(s):  
Yusria Apriliani ◽  
Arif Pristianto ◽  
Wijianto Wijianto ◽  
Wahyuni Wahyuni

Latar belakang Nyeri leher menyebabkan penurunan kekuatan otot, dan penurunan daya tahan otot sternocleidomastoid dan deep cervical flexor. Hal itu menyebabkan disfungsi mekanis dan nyeri kronis. Aktivasi deep cervical flexion muscle merupakan bentuk latihan penguatan pada otot, mampu memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan nyeri leher. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian deep neck flexor muscle activation pada nyeri leher Metode metode penelitian critical review dan desain studi randomized controlled trial menggunakan mesin pencarian literatur seperti Pubmed Central (PMC) dan Google Scholar, kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi jenis Quartile (Q1-3) menggunakan Scimago Journal and Country Rank (SJR) dan penilaian dengan PEDro scale Hasil Sebanyak 9 artikel yang digunakan sebagai landasan penelitian, pada DCF menunjukan penurunan nyeri dengan VAS. Kesimpulannya penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada latihan deep neck flexor muscle activation terhadap penurunan nyeri leher pada kondisi nyeri leher kronis maupun non spesifik. Pemberian deep neck flexor muscle activation yang terdiri dari craniocervical flexion, dan cervical stabilizating exercise. Latihan ini dilakukan dengan mendorong kepala kearah belakang dengan menjaga posisi kepala tetap lurus dan diberikan berupa tahanan hingga waktu yang sudah ditentukan Kata kunci nyeri leher, muscle activation, DFC 

2018 ◽  
Vol 27 (1) ◽  
pp. 111
Author(s):  
Cristiano Pereira de Oliveira ◽  
Marcela Alves de Moraes ◽  
Tayse Conter de Moura ◽  
Daniela Mucinhato Ambrósio

Introdução: A prevalência de insônia em pacientes oncológicos oscila de 30 a 50%. As psicoterapias cognitivo-comportamentais apresentam eficácia comprovada para o tratamento desta condição. Objetivos: Identificar as principais intervenções cognitivas e comportamentais para manejo de insônia no contexto oncológico. Método: Realizar uma revisão sistemática da literatura produzida entre os anos de 2010 e 2015 nas bases: Pubmed Psych Info e Google Scholar. Foram utilizados os seguintes descritores: Insomnia, Cancer, Cognitive Behavioral Therapy, Randomized Controlled Trial. A qualidade metodológica dos artigos encontrados foi avaliada através da escala JADAD. Resultados: Intervenções cognitivo-comportamentais, incluindo Mindfulness, apresentam evidências de eficácia em pacientes oncológicos, com peculiaridades que devem ser consideradas pelos profissionais no momento da escolha da intervenção. Considerações Finais: Há necessidade de maior apropriação das técnicas por parte dos profissionais envolvidos na atenção em saúde mental no contexto oncológico. Ainda, novas pesquisas devem ser realizadas para verificação de eficácia considerando aspectos socioculturais da população brasileira.


Author(s):  
Thomas Hughes

♦ Conscious and unconscious competency♦ Clinical research and the placebo effect♦ Trial design and the randomized controlled trial♦ Critical review of the literature♦ Clinical governance and audit♦ Capacity and consent♦ Principles of teaching and learning.


2020 ◽  
Vol 2020 ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Qi Wang ◽  
Hui Lv ◽  
Zhao-Tian Sun ◽  
Jian-Feng Tu ◽  
Yong-Wei Feng ◽  
...  

Objective. To explore the feasibility of evaluating the effectiveness and safety of electroacupuncture versus sham electroacupuncture for patients with knee osteoarthritis (KOA). Method. A pilot randomized controlled trial was conducted at a teaching hospital in Beijing. A total of 30 patients with KOA (Kellgren grade II or III) were randomly allocated to an eight-week treatment of either electroacupuncture or sham electroacupuncture. Patients and outcome assessors were blinded to group allocation. The primary outcome was the proportion of responders achieving at least 1.14 seconds decrease in the Timed Up and Go Test (TUG) at week eight compared with baseline. The secondary outcomes included the knee range of motion, the knee extensor and flexor muscle strength, Lequesne index, 9-step stair-climb test (9-SCT), and TUG. Results. Of 30 patients allocated to two groups, 27 (90%) completed the study. The proportion of responders was 53.3% (8 of 15) for electroacupuncture group and 26.7% (4 of 15) for sham electroacupuncture group by the intention-to-treat analysis (P=0.264). There was no statistically significant difference in TUG between the two groups at eight weeks (P=0.856). The compliance rate measured according to patients who conformed to the protocol and had received treatments ≥20 times was 93.3% (28 of 30). The dropout rate was 20% (3 of 15). Adverse effects were not reported in the study. Conclusion. Our research demonstrated that further evaluation of the effectiveness of electroacupuncture versus sham electroacupuncture was feasible and safe for patients with KOA. Whether or not the electroacupuncture can improve the physical functions of knee joint, expand the knee range of motion, and increase the extensor and flexor muscle strength more significantly than sham electroacupuncture, future studies can be designed with larger sample size, randomization design and less biases. This trial is registered with NCT03366363.


2021 ◽  
Vol 15 (3) ◽  
pp. 37-43
Author(s):  
Nurjazuli ◽  
Yusniar Hanani Darundiati ◽  
Slamet Wardoyo

Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan pada balita di seluruh dunia, terutama pada negar-negara berpenghasilan rendah. Faktor pemicu stunting di setiap negara masih terjadi kesengjanhan data dari factor gizi maupun factor sanitasi lingkungan. Namun ada kajian lanjut dari kontribusi paparan lingkungan beracun termasuk timbal dikaitkan dengan defisit nutria dan berujung stunting pada balita. Tinjauan literatur mengidentifikasi paparan logam berat terutama plumbum (Pb) sebagai factor stunting pada balita. Pencarian literatur dilakukan pada database elektronik PumMed, ProQuest, Google Scholar dengan kata kunci “(Stunt* or Growth), (Plumbum or Pb or Lead). Kriteria inklusi adalah Stunting or Growth and paparan Plumbum or Lead or Pb, Fulltext, diterbitkan 2016-2021, tipe artikel Randomized Controlled Trial and Clinical Trial. Kriteria eksklusi adalah Stunting yang disebabkan oleh asupan Gizi, artikel dalam bentuk Books and Documents, Meta-Analysis, Review dan Systematic Review.. Hasil kajian pustaka menunjukkan paparan logam berat berupa Pb pada balita yang bersumber dari lingkungan berdampak pada stunting pada balita karena sifat dari logam berat yang menghambat proses penyerapan nutrisi dari makanan dan berbanding lulus dengan penurunan skor Kognitif pada anak


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Duwi Pudji Astuti

Bekam merupakan cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (unclasified diagnostic and treatment methods). Bekam atau al-hijamah yaitu metode penyembuhan penyakit dengan membuang racun dalam tubuh melalui pengeluaran angina tau darah yang diambil dari permukaan kulit. Bekam dilakukan pada satu titik atau poin pada tubuh, kutis, subkutis, fasia, serta otot akan terjadi kerusakan dari mast cell, akibat dari kerusakan tersebut akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, brandkinin, slow reacing substance, yang mana zat-zat tersebut dapat menyebabkan dilatasi kapiler dan arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman yang mana menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah, akibatnya akan menimbulkan efek relaksasi otot-otot yang kaku serta menurunkan tekanan darah secara stabil. Tujuan penelitian ini untuk me-review bekam basah terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi. Metode dalam studi ini adalah systematic review, dengan mencari artikel menggunakan database dari Ebsco dan Google Scholar. Kriteria inklusi yaitu penelitian dengan randomized controlled trial, quasy experiment, responden adalah pasien yang memiliki gejala hipertensi pada awal pengukuran dan tidak menggunakan obat yang dapat mempengaruhi tekanan darah, intervensi yang digunakan adalah tindakan terapi bekam basah, hasil yang diinginkan adalah adanya perubahan dalam hasil  akhir pengukuran tekanan darah dan artikel studi primer yang digunakan antara tahun 2006 sampai 2017. Kriteria eksklusi adalah penelitian yang menggunakan hewan dalam intervensinya, pasien dengan ketergantungan obat. Berdasarkan pengumpulan data dari hasil penelitian ketiga penelitian primer didapatkan kesamaan hasil akhir pengukuran dan penilaian tekanan darah sistolik dan diastolik. Kesimpulannya terdapat kesamaan pada hasil yang signifikan dalam perubahan tekanan darah sistolik dan diastolic pada tiga penelitian yang didapatkan.


2021 ◽  
pp. 194173812199377
Author(s):  
Jin Hyuck Lee ◽  
Ki-Mo Jang ◽  
Eunseon Kim ◽  
Hye Chang Rhim ◽  
Hyeong-Dong Kim

Background: Limited data are available on the effect of stretching exercise in patients with patellofemoral pain (PFP) who have inflexible quadriceps, which is one of the various causes of PFP syndrome. This study compares quadriceps flexibility, strength, muscle activation time, and patient-reported outcomes after static and dynamic quadriceps stretching exercises in patients with PFP who had inflexible quadriceps. Hypothesis: Quadriceps flexibility and strength, muscle activation time, and patient-reported outcomes would improve with dynamic quadriceps stretching as compared with static quadriceps stretching exercises. Study Design: Randomized controlled trial. Level of Evidence: Level 2. Methods: Of the 44 patients included in the study, 20 performed static stretching and 24 performed dynamic stretching. Quadriceps flexibility was assessed by measuring the knee flexion angle during knee flexion in the prone position (the Ely test). Muscle strength and muscle activation time were measured using an isokinetic device. The patient-reported outcomes were evaluated using the visual analogue scale for pain and anterior knee pain scale. Results: No significant differences in quadriceps flexibility and strength, muscle activation time, and patient-reported outcomes in the involved knees were found between the 2 groups ( P values > 0.05). Conclusion: Quadriceps flexibility and strength, muscle activation time, and patient-reported outcomes in patients with PFP who had inflexible quadriceps showed no significant differences between the static and dynamic quadriceps stretching exercise groups. Clinical Relevance: Both static and dynamic stretching exercises may be effective for improving pain and function in patients with PFP who have inflexible quadriceps.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document