scholarly journals Model In-On Service Training Pengembangan Bahan Ajar PPKn Berbasis Living Values Education Bagi Guru-Guru PPKn

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 16-27
Author(s):  
Kokom Komalasari ◽  
Rahmat Rahmat ◽  
Diana Noor Anggraini

Kegiatan ini dilatarbelakangi hasil need assessment guru PPKn, dimana guru memerlukan peningkatan kemampuan teoritis dan praktis pengembangan bahan ajar berbasis nilai karakter, dan perlunya pemanfaatan hasil penelitian dosen (inovasi pembelajaran, kependidikan dasaran, strategis nasional, dan hibah kompetensi) untuk meningkatkan kemampuan teoritis dan praktis guru SMP dalam mengembangkan bahan ajar PPKn berbasis living values education untuk pengembangan peserta didik. Tujuan kegiatan pengabdian adalah meningkatkan kemampuan guru dalam : a) memahami bahan ajar PPKn berbasis living values education; b) mengembangkan bahan ajar PPKn berbasis living values education, dan c) menggunakan bahan ajar PPKn berbasis living values education. Kegiatan pengabdian menggunakan pendekatan in-on service training dengan sasaran guru-guru PPKn SMP di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya yang tersebar di 39 Kecamatan (diwakili 78 guru). Produk pengabdian ini adalah desain dan perangkat model In-On Service Training Pengembangan Bahan Ajar PPKn Berbasis Living Values Education, artikel jurnal nasional/internasional dan HKI. Hasil pelatihan pengembangan media pembelajaran Sejarah dilaksanakan secara daring dengan tahap IN-ON service. Pelatihan ini diikuti oleh 78 peserta yang berasal dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Narasumber memilih materi yang dipaparkan di antaranya : Pembuatan bahan ajar PPKn berbasis Living Values Education; Pemanfaatan Media Pembelajaran PPKn di Era Digital; Kreativitas Guru dalam Merancang Bahan Ajar PPKn, dan Pembuatan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Digital PPKn. Setelah dilakukan pelatihan daring, maka selanjutnya peserta melakukan tugas mandiri yakni praktik media pembelajaran di kelas secara mandiri. Adapun evaluasi pelatihan yang dilakukan adalah evaluasi proses pelatihan, evaluasi hasil pelatihan, dan monitoring evaluasi.

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 232-243
Author(s):  
Kokom Komalasari ◽  
Rahmat Rahmat ◽  
Iim Siti Masyitoh ◽  
Dede Iswandi

Kegiatan ini berangkat dari hasil need assessment guru PPKn SMP di Kabupaten Garut yang menunjukkan bahwa sebagain besar guru PPKn mengalami kesulitan dalam mendesain pembelajaran digital untuk mengembangkan sikap kewarganegaraan. Realita ini dikarenakan kurangnya pemahaman teoritis dan praktis guru terhadap desain pembelajaran PKn digital berbasis nilai. Oleh karena itu Universitas Pendidikan Indonesia perlu bersinergi dengan MGMP PPKn SMP Kabupaten Garut untuk melaksanakan Pelatihan Desain Pembelajaran Digital Berbasis Living Values Education bagi Guru PPKn SMP. Tujuan kegiatan pelatihan adalah: 1) Menganalisis bahan pelatihan desain pembelajaran PPKn Digital Berbasis Living Values?; 2) Mendeskripsikan pelaksanaan pelatihan pembelajaran PPKn Digital berbasis Living Values; dan 3) menganalisis peningkatan kemampuan teoritis dan praktis dalam Pembelajaran PPKn Digital Berbasis Living Values? Kegiatan pengabdian menggunakan pendekatan in-on service training dan participant centered training, dengan khalayak sasaran 81 guru PPKn SMP/MTs di Kabupaten Garut. Hasil :1)  Bahan pelatihan adalah desain pembelajaran digital PKn yang menerapkan prinsip fun, flexible, and meaningful learning yang mengintegrasikan prinsip living values education melalui Langkah-langkah ice breaker dan opener, purposive cretaive thinking, peer to peer interaction, streaming expert, mental qymnastic, dan reflection; 2) Pelaksanaan kegiatan pelatihan meliputi tahapan persiapan, pelaksanaan model in-on service training, monitoring dan evaluasi pelatihan; 3) Hasil pelatihan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta memahami cara mendesain pembelajaran PPKn digital berbasis living values education, tetapi pada aspek penerapannya perlu pendampingan lebih intens dengan menggunakan model lesson study.


1980 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 85-94 ◽  
Author(s):  
Jack Damico ◽  
John W. Oller

Two methods of identifying language disordered children are examined. Traditional approaches require attention to relatively superficial morphological and surface syntactic criteria, such as, noun-verb agreement, tense marking, pluralization. More recently, however, language testers and others have turned to pragmatic criteria focussing on deeper aspects of meaning and communicative effectiveness, such as, general fluency, topic maintenance, specificity of referring terms. In this study, 54 regular K-5 teachers in two Albuquerque schools serving 1212 children were assigned on a roughly matched basis to one of two groups. Group S received in-service training using traditional surface criteria for referrals, while Group P received similar in-service training with pragmatic criteria. All referrals from both groups were reevaluated by a panel of judges following the state determined procedures for assignment to remedial programs. Teachers who were taught to use pragmatic criteria in identifying language disordered children identified significantly more children and were more often correct in their identification than teachers taught to use syntactic criteria. Both groups identified significantly fewer children as the grade level increased.


1981 ◽  
Vol 12 (3) ◽  
pp. 139-144 ◽  
Author(s):  
Cletus G. Fisher ◽  
Kenneth Brooks

Classroom teachers were asked to list the traits they felt were characteristic of the elementary school child who wears a hearing aid. These listings were evaluated according to the desirability of the traits and were studied regarding frequency of occurrence, desirability, and educational, emotional, and social implications. The results of the groupings are discussed in terms of pre-service and in-service training.


1988 ◽  
Vol 19 (4) ◽  
pp. 423-427 ◽  
Author(s):  
Gail Ruppert Houle

This study investigated factors that influence public school speech-language pathologists' acceptance and/or resistance to computer technology. Significant differences were found between speech-language pathologists who are frequent users of computers in the workplace and those who seldom or never use them. These differences were attributed to differences in attitudes toward computers, available funding for computers, in-service training, and physical facilities.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document