scholarly journals Warung Mobil: Studi Tentang Pedagang Pengguna Warung Mobil di Kota Padang

2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 726
Author(s):  
Mia Febri Zuharmoon ◽  
Ikhwan Ikhwan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pedagang berjualan menggunakan warung mobil di Kota Padang.Warung mobil merupakan inovasi baru dalam perdagangan karena dianggap lebih praktis untuk berjualan. Untuk itu hal ini menarik melihat bagaimana trend berdagang menggunakan warung mobil di Kota Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana motif pedagang dalam berjualan menggunakan warung mobil di Kota Padang. Dalam menganalis penelitian ini, peneliti menggunakan teori fenomenologi yang dikembangkan oleh Alfred Schutz. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe studi kasus. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan mewawancarai 18 orang informan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa motif pedagang dalam berjualan menggunakan warung mobil di Kota Padang adalah (1) Motif tujuan (in order motive) diantaranya (a) Meningkatkan penghasilan, (b) Memanfaatkan peluang, (c) Kemandirian, dan (d) Eksistensi diri. (2) Motif sebab (because order motive) diantaranya (a) Mahal dan sulitnya mencari tempat berjualan, (b) Keamanan dalam berjualan, (c) Eksistensi produk, (d) Makna promosi.

2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 170
Author(s):  
Zikri Fachrul Nurhadi

Penelitian ini di latarbelakangi oleh maraknya para remaja yang semakin megandalkan internet, salah satunya adalah media social yang kali ini banyak diakses oleh perempuan generasi millennial yaitu Youtube. Masing-masing channel Youtube beauty vlogger menginformasikan bagaimana tutorial make-up untuk sehari-hari atau untuk acara tertentu dan juga bagaimana cara merawat kulit wajah. Youtube dijadikan sumber informasi karena tampilan Youtube yang berupa audio visual yang memudahkan para individu yang mengaksesnya mudah menirukannya. Tujuan skripsi ini untuk menemukan temuan-temuan baru mengenai  (1) Motif (2) Pengalaman dan (3)Makna Perempuan Generasi Millennial  yang menjadikan Youtube sebagai Media Informasi Kecantikan. Penelitian ini menggunakan teori Fenomenologi menurut Alfred Schutz dan Edmund Husserl. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan. Peneliti menetapkan  enam objek penelitian untuk dijadikan sumber data dari sejumlah wawancara yang dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) Motif Untuk perempuan generasi Millenial menggunakan Youtube yaitu untuk mencari tutorial make-up untuk menunjang penampilan, (b) Motif Karena yaitu karena informasi yang didapatkan di Youtube lebih akurat. Hasil dari temuan (c) pengalaman, yaitu para remaja perempuan dapat membuka lapangan pekerjaan nya sendiri dengan menjadi MUA. Selain itu, peneliti mendapatkan hasil temuan (d) Makna yang dimana youtube sangat membantu para perempuan utnuk menemukan make-up dan skincare yang cocok untuk mereka.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Mutiara Karlina ◽  
Mohammad Isa Gautama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna penggunaan smartphone bagi anggota Wakesma FIS UNP yang dikategorikan sebagai penderita nomophobia. Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini ialah Teori Fenomenologi (Alfred Schutz) dan Media Equation Theory (Byron Reeves dan Clifford Nass). Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif tipe fenomenologi dengan teknik pengumpulan informan adalah dengan purposive sampling. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi whatsApp dan studi dokumentasi. Teknis analisis data dirujuk dari pemikiran Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa makna penggunaan smartphone bagi mahasiswa yaitu dijadikan sebagai alat berkomunikasi, gaya hidup, kebutuhan, dan media hiburan. Adapun tingkat kepentingan penggunaan smartphone bagi mahasiswa mecapai lebih dari 90% dengan rentang waktu penggunaan smartphone per jamnya mencapai 10 sampai 13 jam sehari. Penyebabnya dari ketergantungan mahasiswa terhadap smartphonenya berpusat dari fungsi smartphone itu sendiri, bagi mahasiswa smartphone merupakan suatu alat elektronik yang diciptakan untuk mempermudah segala sesuatu, baik untuk berkomunikasi, informasi, memesan makanan atau barang, belajar, bahkan sebagai dunia hiburan pelepas bosan dan menambah teman baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna penggunaan smartphone bagi anggota Wakesma FIS UNP yang dikategorikan sebagai penderita nomophobia. Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini ialah Teori Fenomenologi (Alfred Schutz) dan Media Equation Theory (Byron Reeves dan Clifford Nass). Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif tipe fenomenologi dengan teknik pengumpulan informan adalah dengan purposive sampling. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi whatsApp dan studi dokumentasi. Teknis analisis data dirujuk dari pemikiran Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa makna penggunaan smartphone bagi mahasiswa yaitu dijadikan sebagai alat berkomunikasi, gaya hidup, kebutuhan, dan media hiburan. Adapun tingkat kepentingan penggunaan smartphone bagi mahasiswa mecapai lebih dari 90% dengan rentang waktu penggunaan smartphone per jamnya mencapai 10 sampai 13 jam sehari. Penyebabnya dari ketergantungan mahasiswa terhadap smartphonenya berpusat dari fungsi smartphone itu sendiri, bagi mahasiswa smartphone merupakan suatu alat elektronik yang diciptakan untuk mempermudah segala sesuatu, baik untuk berkomunikasi, informasi, memesan makanan atau barang, belajar, bahkan sebagai dunia hiburan pelepas bosan dan menambah teman baru.


2019 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 60-67
Author(s):  
Lu'lu Mutia ◽  
Sylvie Nurfebiaraning

Instagram merupakan sebuah aplikasi yang digunakan oleh semua orang agar terhubung dengan pengguna lain dan dapat dimanfaatkan untuk mengirimkan informasi dalam bentuk gambar atau foto, video, dan berbagi (share). Instagram digunakan oleh Telkomsel Area Jabotabek Jabar untuk membuat konten kontes atau kompetisi yang berlangsung saat Asian Games 2018, yaitu kompetisi video dance #YoAyoChallenge. Kompetisi online melalui Instagram ini diikuti oleh anggota Komunitas Valkyrie dan anggota Komunitas Fresh DC dari Surabaya serta berhasil menjadi pemenang harapan kedua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui motif, interaksi, makna dari keikutsertaan individu-individu yang berkolaborasi dan membentuk kelompok. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz dan paradigma konstruktivis. Teknik pemilihan informan yakni purposive sampling dengan informan utama dan informan pendukung sejumlah empat orang. Hasil penelitian ini adalah, pertama adanya because motives (motif sebab) yaitu motif kegiatan, motif afiliasi, motif kompetensi dan ada in-order-motives (motif tujuan) yaitu motif berprestasi dan motif berkuasa. Kedua, interaksi antar anggota kelompok melalui komunikasi kelompok dengan melaksanakan fungsi tugas dan fungsi pemeliharaan. Ketiga, makna terhadap keikusertaan di kompetisi adalah memperkenalkan diri, memperkenalkan komunitas, menguji kemampuan diri, mendapatkan perhatian, mendapatkan pengakuan, dan mengekspresikan perasaan.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 123-137
Author(s):  
Ananda V.H. Jambak ◽  
Monika Wutun ◽  
Silvania S.E. Mandaru

Radio merupakan media komunikasi modern yang menyiarkan berita atau informasi dengan “bercerita” (storytelling). Informasi terlebih berita yang disampaikan harus berdasarkan etika dalam kerja jurnalistik yang mengacu pada sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Penelitian bermula dari kesadaran pentingnya menerapkan secara sadar dan bertanggung jawab prinsip jurnalistik yang benar di bidang penyiaran. Karena itu dengan teori fenomenologi Alfred Schutz dalam bingkai penelitian kualitatif ditentukan metode penelitian fenomenologi. Berdasarkan metode ini, ditentukan teknik penentuan informan secara purposive sampling. Lewat wawancara, observasi dan studi dokumentasi serta triangulasi metode dan triangulasi sumber diperoleh temuan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan pengalaman para reporter LPP RRI Kupang dalam proses membuat berita telah menerapkan sembilan elemen jurnalisme Kovach dan Rosenstiel dalam keseharian mencari berita walaupun mereka tidak mengetahui bahwa apa yang selama ini mereka kerjakan merupakan sembilan elemen jurnalisme dari Kovach dan Rosenstiel. Mereka juga memahami kesembilan elemen tersebut merupakan unsur-unsur yang penting dan harus dilakukan oleh reporter dalam tugasnya mencari berita. Karena itu disarankan agar LPP RRI Kupang dapat melakukan pelatihan jurnalistik radio yang menekankan materinya pada pemahaman yang benar terkait penerapan sembilan elemen jurnalistik ini. Dengan diterapkan nilai-nilai ini, diharapkan dapat menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas bagi pendengar.


Fachsprache ◽  
2018 ◽  
Vol 40 (1-2) ◽  
pp. 63-78
Author(s):  
Margarete Flöter-Durr ◽  
Thierry Grass

Despite the work of Dan Sperber and Deirdre Wilson (1989), the concept of relevance has not enjoyed the popularity it deserved among translators as it appears to be more productive in information science and sociology than in translation studies. The theory of relevance provides underpinnings of a unified account of translation proposed by Ernst-August Gutt. However, if the concept of relevance should take into account all parameters of legal translation, the approach should be pragmatic and not cognitive: The aim of a relevant translation is to produce a legal text in the target language which appears relevant to the lawyer in the target legal system, namely a text that can be used in the same way as the original source text. The legal translator works as a facilitator from one legal system into another and relevance is the core of this pragmatic approach which requires translation techniques like adaptation rather than through-translation or calque (in the terminology of Delisle/Lee-Jahnk/Cormier 1999). This contribution tries to show that relevance theory, which was developed in the field of sociology by Alfred Schütz, could also be applied to translation theory with the aim of producing a correct translation in a concrete situation. Some examples extracted from one year of the practice of an expert law translator (German-French) at the Court of Appeal in the Alsace region illustrate our claim and underpin an approach of legal translation and its heuristics that is both pragmatic and reflexive.


Author(s):  
Eviatar Zerubavel

Following in the rich intellectual footsteps of Emile Durkheim, Karl Mannheim, Alfred Schutz, and Ludwik Fleck, this chapter lays out the foundations for the sociology of thinking, or “cognitive sociology.” Focusing on the impersonal, normative, and conventional dimensions of the way we think (and, as such, on its distinctness from both cognitive individualism and universalism), it highlights the distinctly sociological concern with intersubjectivity as well as epistemic commitment to the study of thought communities, cognitive traditions, cognitive norms, cognitive socialization, cognitive conventions, and the politics of cognition.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document