Jurnal Penelitian Pendidikan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

289
(FIVE YEARS 123)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

2541-4135, 1412-565x

2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Ratih Apri Sari ◽  
Bachrudin Musthafa ◽  
Fazri Nur Yusuf

AbstrakPembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran menurut kurikulum 2013. Pelaksanaan proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA). Guru SMK harus mampu mengembangkan model pembelajaran yang dapat menghasilkan aspek keterampilan kerja. Salah satu masalah paling kritis dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan adalah keengganan dan kreativitas guru yang kurang untuk menemukan cara agar pembelajaran lebih kreatif dan menyenangkan. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang suatu materi yang telah diajarkan dalam proses belajar mengajar, guru harus memberikan tugas kepada siswa. Penugasan dapat dilakukan dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi guru tentang pembelajaran berbasis proyek. Penelitian ini dilakukan dalam desain deskriptif kualitatif yang melibatkan tiga guru Bahasa Inggris SMK di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau sebagai responden. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur sebagai instrumen pengumpulan data. Hasil analisis menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi positif terhadap pembelajaran berbasis proyek. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis proyek perlu dilakukan oleh guru di kelas Bahasa Inggris sebagai salah satu model dalam proses belajar mengajar karena berfokus pada siswa.Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek, Persepsi Guru, dan Sekolah Menengah Kejuruan. AbstractProject-based learning is one of the recommended learning models to be used in learning according to the 2013 curriculum. The implementation of the learning process in Vocational High Schools have different characteristics from the implementation of learning in Senior High Schools. Vocational high school teachers must be able to develop learning models that can produce aspects of work skills. One of the most critical problems in teaching and learning English at Vocational High School is teachers’ unwillingness and less creativity to find ways to make learning more creative and fun. To find out what extent students understand about the material that has been taught in the teaching and learning process, the teachers must give assignments to the students. The assignments can be done with the model Project-Based Learning. The aim of this study was to investigate how teachers’ perception about project-based learning. This research conducted in descriptive qualitative design which involved three vocational high school English teachers in Indragiri Hilir Regency, Riau Province as respondents. This research used semi-structured interview as an instrument to collect the data. The result of the analysis showed that teachers have positive perception toward project-based learning. The conclusion can be drawn that project-based learning was needed to do by the teachers in EFL classroom as one of the models in teaching and learning process because its focus on student-centered.Keywords: Project-Based Learning, Teachers’ Perception, and Vocational High School.How to cite (APA Style): Sari, R., Musthafa,B., Yusuf, F.N. (2021).  Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Berbasis Proyek di Sekolah Menengah Kejuruan.  Jurnal Penelitian Pendidikan, 21 (2), 2021. 1-11. doi: https://10.17509/jpp.v21i2.36972


2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 36-48
Author(s):  
Angga Hadiapurwa ◽  
Rayhan Musa Novian ◽  
Noviandi Harahap

2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 112-121
Author(s):  
Rini Rini ◽  
Safrina S Noorman ◽  
Nia Nafisah

AbstrakDari empat keterampilan bahasa Inggris, keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang paling sulit bagi siswa. Banyak alasan yang membuat siswa enggan berbicara bahasa Inggris, antara lain takut ditertawakan oleh temannya dan kurangnya rasa percaya diri. Faktor-faktor tersebut membuat siswa merasa cemas untuk berbicara dalam bahasa Inggris. Sejak diterapkannya pembelajaran dari rumah oleh pemerintah pusat akibat merebaknya Covid-19, siswa semakin tidak pernah berlatih berbicara dalam bahasa Inggris. Hal tersebut memperburuk tingkat kecemasan siswa untuk berbicara bahasa Inggris. Oleh karena itu, penelitian studi kasus kualitatif ini dilakukan untuk membantu mengurangi kecemasan siswa dalam berbicara bahasa Inggris dengan menggunakan zoom-storytelling, terutama ketika mereka diharuskan belajar dari rumah. FLCAS digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zoom-storytelling dapat mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam berbicara bahasa Inggris. Melalui kegiatan zoom-storytelling ini, siswa terbantu untuk mendapatkan pembelajaran tatap muka secara virtual meskipun tidak berada di sekolah. Kata kunci: Aplikasi Zoom, Storytelling, Speaking Anxiety.AbstractAmong the four English skills, speaking is the most difficult skill for students. Many reasons make students reluctant to speak English, including being afraid of being laughed at by their friends and lack of confidence. These factors make students anxious to speak English. Since the implementation of learning from home by the central government due to the outbreak of the Covid-19, students have increasingly never practiced speaking English. It worsens the level of students' anxiety to speak English. Therefore, this qualitative case study research was conducted to help to reduce students' anxiety in speaking English by using zoom-storytelling, especially when they were required to learn from home. FLCAS was used to measure the student's anxiety level. The results showed that zoom-storytelling can reduce students' level of anxiety in speaking English. Through this zoom-storytelling activity, students were helped to get learning face-to-face virtually even though they were not in school.Keywords: Zoom Application, Storytelling, Speaking Anxiety. 


2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 98-111
Author(s):  
Lili Abdullah Rozak ◽  
Sumarto Sumarto ◽  
Diding Nurdin ◽  
Eka Prihatin

2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 66-79
Author(s):  
Siffa Annisa Fitri Ramadhani ◽  
Ahmad Bukhori Muslim

AbstrakBahasa Inggris sebagai Lingua Franca (English as a lingua franca-ELF) telah mendapatkan perhatian yang tinggi dalam pengajaran bahasa Inggris tetapi masih kurang diteliti dalam konteks Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (English as a foreign language-EFL) seperti di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sikap guru terhadap ELF dan beberapa kemungkinan tantangan dalam memasukkan pengajaran ELF ke dalam praktik pengajaran mereka. Menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan memberikan survei cross-sectional kepada 50 guru EFL di Jakarta, penelitian ini telah menemukan bahwa para guru memiliki sikap positif terhadap penggunaan ELF dalam proses belajar mengajara di konteks EFL Indonesia. Namun, ditemukan juga tidak familiernya guru dengan aksen lain, kesiapan guru, siswa, dan institusi dalam memasukkan pengajaran ELF, menyediakan materi pembelajaran yang sesuai, dan penutur asli sebagai tantangan yang dihadapi dalam memasukkan ELF ke dalam pengajaran mereka. Studi ini menawarkan beberapa saran untuk menjelaskan perkembangan guru dan peningkatan pengajaran ELF dalam konteks Indonesia.Kata kunci: Sikap Guru EFL, Bahasa Inggris sebagai Lingua Franca (EFL), konteks EFL Bahasa Indonesia. AbstractEnglish as a Lingua Franca (ELF) has received increased attention in English teaching but is still less studied in an EFL context like Indonesia. This study aims at investigating teachers’ attitudes toward ELF and some possible challenges in incorporating ELF instruction into their teaching practices. Employing a quantitative descriptive method by administering a cross-sectional survey to 50 EFL teachers in Jakarta, the study revealed that the teachers had a positive attitude towards teaching and learning ELF in the Indonesian EFL context. However, it is also discovered teachers accentuated unfamiliarity with other accents, the readiness of teachers, students, and institutions in incorporating ELF instruction, providing suitable learning materials, and native speakers as challenges encountered in incorporating ELF into their teaching. This study offered several suggestions to shed a light upon teachers’ development and enhancement of teaching ELF in the Indonesian context.Keywords: EFL Teachers’ attitudes, English as a Lingua Franca (EFL), Indonesian EFL context. 


2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 88-97
Author(s):  
Ilman Nurbaiti Firdaos ◽  
Indarini Dwi Pursitasari ◽  
Irvan Permana

2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 122-141
Author(s):  
Awa Tarwani ◽  
Dian Herdiana

AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif pengaruh metode pembelajaran Quantum Teaching dimata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sehingga kedepannya metode ini bisa menjadi landasan untuk diterapkan dimata pelajaran lain di tingkat sekolah dasar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dilalukan karena penelitiannya berupa peneltian tindakan kelas. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekolah dasar terhadap materi PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pre test sebesar 65,12 pada siklus I, meningkat menjadi 69,53 atau sekitar 4,41%. Sedangkan pada siklus II peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pre test sebesar 65,12 pada siklus II ini meningkat menjadi 84,88 atau sekitar 19,76%. Ini menunjukkan 95% siswa berhasil dalam belajar PPKn dengan menggunakan metode Quantum Teaching.Kata Kunci: Metode Quantum Teaching, Pendidikan Kewarganegaraan, Penelitian Tindakan Kelas AbstractThis study was conducted to determine how effective the influence of the Quantum Teaching learning method in the subject of Pancasila and Citizenship Education is so that in the future this method can be the basis for application in other subjects at the elementary school level. The approach used in this research is a qualitative approach. This is done because the research is in the form of classroom action research. The results of the research that have been carried out show that learning by using the Quantum Teaching method can improve the learning achievement of elementary school students towards PPKn (Pancasila and Citizenship Education) material. This can be shown from the evaluation results that have been carried out there is an increase in student learning achievement which was originally the average value of the pre-test of 65.12 in the first cycle, increased to 69.53 or about 4.41%. Meanwhile, in the second cycle, the increase in student achievement, which was originally the average pre-test score of 65.12, in the second cycle, increased to 84.88 or about 19.76%. This shows that 95% of students are successful in learning Civics by using the Quantum Teaching method.Keywords: Classroom Action Research, Civic education, Quantum Teaching method


2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 12-24
Author(s):  
Wildan - Hariz ◽  
Dadang Sudana ◽  
Wawan Gunawan

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document