scholarly journals PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DANAU LIMBOTO MELALUI PENGOLAHAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) MENJADI PRODUK UNGGULAN KKN-PPM

2020 ◽  
Vol 26 (4) ◽  
pp. 266
Author(s):  
Dewa Gede Eka Setiawan ◽  
Sri Nuryatin Hamzah

Implementasi program pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan Ikan Nila melalui kegiatan KKN PPM tahun 2020 dilaksanakan di desa Iluta. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan nilai ekonomi komoditas ikan nila di Desa Iluta, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo, yang di nilai masih terkendala dalam proses distribusi/penjualan. Upaya yang di lakukan adalah melalui pengolahan bahan baku ikan nila menjadi produk olahan yang enak dan bergizi, serta memiliki nilai jual yang berkompoten di seluruh kalangan masyarakat. Adapun metode yang di gunakan dalam program ini adalah penyuluhan dan pelatihan. Program ini di dukung langsung oleh aparatur pemerintah Desa Iluta, yang di pimpin langsung oleh Kepala Desa Iluta selaku mitra dalam program ini. Alur kegiatan meliputi tahap persiapan berupa observasi ke dinas / instansi terkait dan pembekalan Mahasiswa KKN-PPM. Kemudian tahap pelaksanaan, yaitu penyuluhan dan pelatihan pada masyarakat di dusun yakni Dusun I Parungi, Dusun II Bulalo, Dusun III Olibuw, yang berpusat di Kelompok Usaha Bersama (KUBE) FAKIR MISKIN Desa Iluta. Dengan adanya partisipasi langsung oleh masyarakat, diharapkan muncul ide-ide baru dan kreatif oleh masyarakat dalam mengolah ikan nila. Sehingga program ini dapat berkelanjutan.Kata Kunci : Pemberdayaan, pengolahan, ikan nila

Author(s):  
T. Guha ◽  
A. Q. Siddiqui ◽  
P. F. Prentis

Tilapia, Oreochromis niloticus, is an economically important fish in Saudi Arabia. Elucidation of reproductive biology of this species is necessary for successful breeding program. In this paper we describe fine structure of testicular sperm cells in O, niloticus.Testes from young adult fish were fixed in gluteraldehyde (2%) and osmium tetroxide (1%), both in cacodyl ate buffer. Specimens were processed in the conventional way for electron microscopy and thin sections of tissues (obtained by cutting the blocks with a diamond knife) were stained by ura- nyl acetate and lead citrate. These were examined in a Carl Zeiss electron microscope operated at 40 kV to 60 kV. Sperm cells were obtained from testes by squeezing them in cacodyl ate buffer. They were fixed in gluteraldehyde (2%) in the same buffer, air dried, gold coated and then examined in a Philips scanning electron microscope (SEM) operated at 25kV.The spermatozoon of O. niloticus is consisting of head, midpiece and tail (Fig. 1).


Author(s):  
T. Guha ◽  
A. Q. Siddiqui ◽  
P. F. Prentis

The Primary Spermatocytes represent a stage in spermatogenesis when the first meiotic cell division occurs. They are derived from Spermatogonium or Stem cell through mitotic division. At the zygotene phase of meiotic prophase the Synaptonemal complex appears in these cells in the space between the paired homologous chromosomes. Spermatogenesis and sperm structure in fish have been studied at the electron microscope level in a few species? However, no work has yet been reported on ultrastructure of tilapia, O. niloticus, spermatozoa and spermatogenetic process. In this short communication we are reporting the Ultrastructure of Primary Spermatocytes in tilapia, O. niloticus, and the fine structure of synaptonemal complexes seen in the spermatocyte nuclei.


2016 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Rosmawati Rosmawati ◽  
Reza Samsudin

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis asam formiat dan propionat yang tepat pada pembuatan silase darah yang dapat meningkatkan kecernaannya pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah perlakuan kontrol (Darah tanpa disilase), silase dengan dosis asam foemiat dan propionat (3:0%; 2,25:0,75%; 1,5:1,5%; 0,75:2,25%; 0:3%). Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila dengan bobot rata-rata 7,0 gram/ekor dengan padat tebar 20 ekor/akuarium. Parameter yang diamati yaitu nilai kecernaan protein, kecernaan lemak, kecernaan energi, dan kecernaan total. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian dosis asam yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap nilai kecernaan protein, kecernaan lemak, kecernaan energi, dan kecernaan total pada ikan nila. Perlakuan pemberian silase dengan dosis asam formiat dan propionat 1,5:1,5% dapat meningkatkan nilai kecernaannya pada ikan nila, dengan nilai kecernaan protein 94,66%, kecernaan lemak 88,71%, kecernaan energi 92,58%, dan kecernaan total 90,27%.Kata kunci : Silase darah, Asam formiat dan propionat, Kecernaan, Ikan Nila


PubVet ◽  
2018 ◽  
Vol 12 (8) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Luis Arthur Rodrigues de Andrade ◽  
Tatiana Maslowa Pegado de Azevedo

Author(s):  
Arne A Ratulangi ◽  
Reiny Tumbol ◽  
Hengky Manoppo ◽  
Henneke Pangkey

This study aims to apply vaccination against bacterial disease. The purpose of vaccination is to trigger the immune respone both non-specific and specific of fish against bacteria Motile Aeromonas Septicaemia (MAS) caused by Aeromonas hydrophila. The vaccination for fish with different ages: 2-3 weeks and 5 weeks were done using immersion method. The fish were re-vaccinated (booster) after two weeks of the first vaccination. The survival rate was < 50 % for juveniles 2-3 weeks and > 50% for juveniles 5 weeks. Survival rate for juveniles 5 weeks was higher than juveniles of 2-3 weeks. This shows that organs of juveniles of 5 weeks were more complete than the 2-3 weeks juveniles. The age of fish is one of the important factors for successfully vaccination. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penerapan vaksinasi terhadap penyakit bakterial. Vaksinasi ditujukan untuk merangsang respon kekebalan non- spesifik dan spesifik pada tubuh ikan terhadap penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Vaksin diberikan pada benih ikan nila yang berbeda umur yaitu 2-3 minggu dan 5 minggu dengan menggunakan metode perendaman. Ikan divaksinasi ulang (booster) setelah 2 (dua) minggu dari vaksinasi yang pertama. Prosentase kelangsungan hidup < 50 % untuk benih umur 2-3 minggu dan > 50% untuk benih umur 5 minggu. Jumlah kematian benih umur 2-3 minggu lebih tinggi dari 5 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi organ benih umur 5 minggu telah lebih lengkap dari pada benih umur 2-3 minggu. Umur ikan merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan suatu kegiatan vaksinasi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document