scholarly journals Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Aplikasi Berbagai Efektif Mikroorganisme Lokal

2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Muhammad Helmy Abdillah

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan hasil samping (by product) dari pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi crude palm oil (CPO). Dalam 10 tahun terkhir (2010-2020), jumlah perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit (PKS) terus meningkat, sejalan dengan minat dunia internasional terhadap hasil minyak yang diolah dari TBS, namun hal tersebut memiliki dampak besar pada keberadaan TKKS yang jumlahnya semakin banyak di landfill area pabrik. Pemanfaatan TKKS sebagai pembennah tanah menjadi potensi menguntungkan. Keuntungan bagi PKS yang dapat mengurangi penumpukan TKKS dan keuntungan bagi petani dapat memanfaatkan TKKS sebagai kompos guna membenahi tanah pertanian. Namun pemanfaatan TKKS sebagai kompos cukup sulit dilakukan, sebab bahan yang alot dan kuat. Oleh karena itu, perlu cara pendekomposisian yang efektif dengan tingkat kehancuran yang tinggi serta kompos yang dihasilkan memenuhi standar mutu. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai kecepatan peningkatan temperatur dan kelembaban yang menentukan proses dekomposisi bahan serat TKKS serta menilai kualitas kompos dengan perlakuan berbeda. Penelitian ini menggunakan True Experimental Design faktorial dengan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol (B0) yaitu serat TKKS yang tidak diberikan bioaktivator, sedangkan kelompok perlakuan yaitu serat TKKS yang diberikan bioaktivator dengan faktor tunggal berupa jenis bioaktivator yang diberikan dalam pembuatan TKKS menjadi kompos. Faktor tersebut yakni B1 (cairan EM4 500 ml + 500 ml air kondensasi AC), B2 (cairan MOL kombinasi leri, sisa sayuran dan keong mas Pomacea canaliculata 500 ml + 500 ml air kondensasi AC), B3 (leri dan bonggol pisang 500 ml + 500 ml), B4 (cairan Palm Oil Mill Effluent/ POME 1000 ml). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yakni kecepatan dan kestabilan peningkatan temperatur dan kelembaban pada pekan pertama dan stabil turun hingga pekan ke sembilan (60 hari) yakni berturut-turut adalah perlakuan B2; B4; B3; B1; B0. Perlakuan B2 dan B4 dapat mendegradasi material serat TKKS lebih efektif, terlihat dari indeks C/N rasio yakni 21,18 dan 24,10 yang memenuhi kriteria SNI 19-7030-2004.

Membranes ◽  
2021 ◽  
Vol 11 (8) ◽  
pp. 566
Author(s):  
Ruwaida Abdul Wahid ◽  
Wei Lun Ang ◽  
Abdul Wahab Mohammad ◽  
Daniel James Johnson ◽  
Nidal Hilal

Fertilizer-drawn forward osmosis (FDFO) is a potential alternative to recover and reuse water and nutrients from agricultural wastewater, such as palm oil mill effluent that consists of 95% water and is rich in nutrients. This study investigated the potential of commercial fertilizers as draw solution (DS) in FDFO to treat anaerobic palm oil mill effluent (An-POME). The process parameters affecting FO were studied and optimized, which were then applied to fertilizer selection based on FO performance and fouling propensity. Six commonly used fertilizers were screened and assessed in terms of pure water flux (Jw) and reverse salt flux (JS). Ammonium sulfate ((NH4)2SO4), mono-ammonium phosphate (MAP), and potassium chloride (KCl) were further evaluated with An-POME. MAP showed the best performance against An-POME, with a high average water flux, low flux decline, the highest performance ratio (PR), and highest water recovery of 5.9% for a 4-h operation. In a 24-h fouling run, the average flux decline and water recovered were 84% and 15%, respectively. Both hydraulic flushing and osmotic backwashing cleaning were able to effectively restore the water flux. The results demonstrated that FDFO using commercial fertilizers has the potential for the treatment of An-POME for water recovery. Nevertheless, further investigation is needed to address challenges such as JS and the dilution factor of DS for direct use of fertigation.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document