scholarly journals Peran Pengabdian Masyarakat melalui Penguatan Keluarga, Kelembagaan Sosial dan Desa di Masa Pandemi Covid-19

Batoboh ◽  
2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Avin Wimar Budyastomo ◽  
Saipullah Hasan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh dosen untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini merupakan suatu kegiatan yang sangat berbeda dengan kegiatan sebelumnya, yakni ditengah pandemik Covid – 19 yang menuntut semua harus menggunakan metode daring. Namun itu tidak menghambat adanya kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya, tantangan utama dalam kegiatan ini adalah peraturan dari pemerintah daerah untuk melaksanakan semua kegiatan secara daring. Kegiatan yang dilaksanakan saat ini adalah memberikan pelatihan kepada masyarakat dan remaja di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah dibidang keagamaan, kesehatan, ekonomi, social budaya dan pariwisata. Tujuan utama adalah sebagai kegiatan pengembangan masyarakat sesuai arahan pembangunan manusia (Human Development), mencapai target dan sasaran millenium development goals (MDGS), kompetensi, potensi, sumber daya, dan kemampuan lingkungan dalam wadah kerjasama masyarakat, pemerintah, swasta, dan lembaga lainnya. Hasil yang didapat dalam kegiatan ini adalah terciptanya masyarakat yang mandiri yang dapat menggunakan aset disekitarnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 86-91
Author(s):  
DESSY ANGRAINI ◽  
Iza Ayu Saufani

Era SDGs (sustainable development goals) merupakan kelanjutan program MDGs (Millenium Development Goals) memiliki tujuan bersama yang universal untuk memelihara keseimbangan tiga dimensi pembangunan yang berkelanjutan, salah satu tujuannya adalah menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang. Pentingnya ketersediaan air bersih bagi kehidupan masyarakat dapat memberikan pengaruh penting terhadap kesehatan masyarakat,sehingga air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari kualitasnya harus memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air. Berdasarkan informasi wali jorong palupuah mengatakan bahwa sumber air yang digunakan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari secara fisik berwarna, terdapat endapan pada penampungan air, dan belum pernah diuji keamananya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaanair bersih di Jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh KabupatenAgam.Penelitian ini merupakan penelitian observasional survey dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yang berada di Jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sampel penelitian berjumlah 74 KK ditentukan dengan teknik proportionate stratified random sampling dan analisis data dilakukan dengan univariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden di jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh Kabupaten Agam, Sumatera Barat mayoritas berusia 25-45 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir adalah tamat SMA. Berdasarkan hasil survey rata-rata jumlah anggota keluarga di jorong Palupuah berjumlah 3 orang (32,4%), dan mayoritas responden bekerja sebagai IRT dengan tingkat penghasilan keluarga rata-rata Rp.1.500.000.Terdapat lima sumber air baku utama yang dijadikan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat jorong dan sebagian besar sumber air yang digunakan berasal dari sumber mata air (71.8%). Selain itu, masih ada sebagian masyarakat yang mengeluhkan penyaluran air yang tidak lancar (35,1%). Serta masih ada 41.9% yang mengatakan tidak mudah mendapatkan air bersih. Kualitas air bersih yang disalurkan di Jorong Palupuah termasuk dalam kategori baik. Namun, sebagian besar masyarakat tidak menggunakan PDAM dan sumber air yang digunakan sangat tidak menunjang untuk dikonsumsi.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Geanderson Ambrósio ◽  
Dênis Antônio Da Cunha ◽  
Marcel Viana Pires ◽  
Luis Costa ◽  
Raiza Moniz Faria ◽  
...  

AbstractInternational frameworks for greenhouse gas (GHG) mitigation usually disregard country-specific inequalities for the allocation of mitigation burdens. This may hinder low developed regions in a country from achieving development in a socioeconomic perspective, such as the Sustainable Development Goals (SDGs) of eradicating poverty (SDG1) and hunger (SDG2). We use observed data (1991–2010) of carbon dioxide equivalent (CO2eq) emissions and a sub-national human development index (MicroHDI, range [0, 1]) for Brazilian microregions to design a framework where regional mitigation burdens are proportional to the MicroHDI, without compromising national mitigation pledges. According to our results, the less developed Brazilian regions have not been basing their development in emission-intensive activities; instead, the most developed regions have. Between 2011 and 2050, Brazilian cumulative emissions from the sectors most correlated with MicroHDI are expected to be 325 Gt CO2eq, of which only 50 Gt are associated with regions of MicroHDI < 0.8. Assuming a national GHG mitigation target of 56.5% in 2050 over 2010 (consistent with limiting global warming to 2 ºC), Brazil would emit 190 Gt CO2eq instead of 325 Gt and the 135 Gt reduction is only accounted for by regions after reaching MicroHDI ≥ 0.8. Allocating environmental restrictions to the high-developed regions leaves ground for the least developed ones to pursue development with fewer restrictions. Our heterogeneous framework represents a fairer allocation of mitigation burdens which could be implemented under the concepts of green economy. This work could be an international reference for addressing both environmental and socioeconomic development in developing countries at sub-national level as emphasized by the SDGs.


2016 ◽  
Vol 4 (6) ◽  
pp. 36-65
Author(s):  
Oscar René Vargas ◽  
◽  
Lupe C. García Espinoza ◽  
María Ramos Escamilla ◽  
◽  
...  

2020 ◽  
Author(s):  
VISIA LUH GITA

Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu sorotan dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Ibu hamil dengan HIV akan berisiko menularkan kepada bayinya. Tes HIV merupakan gerbang pembuka status HIV yang sangat penting dilakukan pada ibu hamil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenapa ibu hamil banyak yang tidak melakukan test HIV/AIDS pada masa kehamilannya , ini tentunya merupakan tantangan terberat bagi pemerintah khususnya petugas kesehatan, untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik anatara pemerintah, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).


2017 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 73 ◽  
Author(s):  
Siti Uswatun Chasanah

Angka kematian ibu di Indonesia masih jauh dari tujuan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yaitu tujuan yang ke lima. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah juga sudah maksimal, akan tetapi angka  kematian ibu di Indonesia masih jauh  dari  target MDGs yang  diharapkan yaitu  102 per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu berbagai upaya tetap harus dilanjutkan dan dilaksanakan. Empat terlalu dan tiga terlambat yang menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia merupakan tanggung jawab bersama, sehingga perlunya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam meningkatkan kembali pemberdayaan masyarakat yang sudah luntur dimasyarakat, optimalisasi kegiatan posyandu dalam peningkatan pengetahuan, cepat tanggap dalam mengambil keputusan, dan memudahkan akses pelayanan kesehatan. Dan kepemimpinan kesehatan masyarakat juga merupakan suatu peran yang harus dikembangkan oleh tenaga kesehatan masyarakat


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 264-268
Author(s):  
Benny Karuniawati ◽  
Erma Nur Fauziandari

Peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak menjadi prioritas program pembangunan kesehatan di Indonesia.  Terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal. Angka Kematian Ibu an Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indicator derajat Kesehatan suatu negara. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017, Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 305/100.000 kelahiran hidup dan  Angka Kematian Neonatus sebesar 15/1.000 kelahiran hidup, angka tersebut smelebihi target dari Millenium Development Goals ke-4 tahun 2020 yaitu 24/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu dan bayi adalah tiga terlambat. Tiga terlambat adalah terlabat mengambil keputusan, terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan dan terlambat dalam merujuk. Ketiga terlambat tersebut disebabkan oleh banyak factor. Salah satunya dalah kurangnya pengetahuan tentang bagaimana perawatan kehamilan maupun perawatan bayi baru lahir.  Kelas Ibu Hamil adalah salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang perawatan kehamilan dan perawatan bayi baru lahir. Pengabdian masayarakat dilaksanakan di Prambanan, Sleman dengan jumlah peserta 15 orang ibu hamil. Pengetahuan ibu hamil tentang perawatan kehamilan dan perawatan bayi baru lahir mengalami peningkatan setelah dilakukan pertemuan dalam kelas ibu hamil. Melalui program kegiatan Kelas Ibu Hamil, bidan dapat memberikan banyak pembelajaran yang lebih terarah dan mendukung upaya kemandirian ibu dalam perawatan kehamilan, persalinan dan perawatan bayi sehingga ibu mampu menentukan sikap berkenaan dengan hak reproduksinya secara mandiri.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document