scholarly journals POTENSI SIMPANAN KARBON PADANG LAMUN DI PANTAI POKEMON, KARIMUNJAWA

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 319-332
Author(s):  
Desti Nurul Ramadona ◽  
Churun Ain ◽  
Sigit Febrianto ◽  
Suryanti ◽  
Nurul Latifah

Peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terutama karbondioksida (CO2) menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan mitigasi emisi CO2 dengan memanfaatkan potensi lamun sebagai penyimpan karbon dalam bentuk biomassa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan lamun jaringan atas dan jaringan bawah dalam menyimpan karbon di perairan Pantai Pokemon pada Agustus 2020. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dan deskriptif eksploratif. Sampel diambil dari 3 stasiun pengamatan dengan line dan kuadrant transect menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran parameter kualitas perairan dilakukan secara insitu. Analisis simpanan karbon lamun diukur menggunakan metode pengabuan atau loss on ignition (LOI). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis dengan jenis T. hemprichii yang mendominasi. Total kerapatan sebesar 295,62 ind/m2 dan total penutupan yaitu 21,29%. Biomassa secara keseluruhan sebesar 74,42 gbk/m2 dengan biomassa jaringan atas sebesar 35,80 gbk/m2 dan jaringan bawah sebesar 38,62 gbk/m2. Simpanan karbon sebesar 0,23 ton C/ha dengan jaringan atas sebesar 0,10 ton C/ha dan jaringan bawah 0,13 ton C/ha. Total stok karbon mencapai 1,13 ton C dalam luasan padang lamun sebesar 4,903 ha dengan stok karbon jaringan atas bernilai 0,51 ton C dan jaringan bawah sebesar 0,62 ton C. Secara umum lamun jaringan bawah di Pantai Pokemon lebih besar menyimpan karbon.

Jurnal Segara ◽  
2016 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
Author(s):  
Mariska A. Kusumaningtyas ◽  
Agustin Rustam ◽  
Terry L. Kepel ◽  
Restu Nur Afi Ati ◽  
August Daulat ◽  
...  

Penelitian mengenai ekologi dan struktur komunitas lamun ini dilakukan tanggal 10 – 15 Juni 2013 di perairan pesisir Teluk Ratatotok, Minahasa Tenggara. Metode penelitian dilakukan secara purposive sampling terkait dengan keberadaan lamun. Penelitian yang dilakukan meliputi pengukuran prosentase tutupan lamun, kerapatan, struktur komunitas, dan kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Terdapat tujuh jenis lamun yang terdiri dari dua famili. Famili Hydrocharitaceae ditemukan tiga jenis lamun yaitu Enhalus acoroides (Ea), Thalassia hemprichii (Th) dan Halophila ovalis (Ho). Empat jenis lamun dari famili Cymodoceaceae yaitu Cymodocea serrulata (Cs), Cymodocea rotundata (Cr), Halodule pinifolia (Hp), dan Syringodium isoetifolium (Si). Kisaran prosentase penutupan rata-rata antara 22,5% - 89,5%. Kerapatan lamun perstasiun berkisar antara 17 – 473 ind/m2, dengan kerapatan tertinggi lamun jenis Ho sebesar 473 ind/m2 di stasiun 6. Nilai INP tertinggi pada lamun jenis Ea sebesar 128% diikuti berturut-turut oleh Si (41%), Th (36%), Ho (27%), Cs (26%), Cr (24%) dan Hp (17%). Berdasarkan kriteria status kondisi padang lamun (Kepmen LH no 200 tahun 2004), kondisi padang lamun di Teluk Ratatotok antara rusak/miskin sampai dengan baik/sehat. Stasiun 5 kondisi rusak/miskin, stasiun 3 dan 4 kondisi rusak/kurang sehat dan tiga stasiun kondisi baik/sehat yaitu stasiun 1, 2 dan 6. Secara keseluruhan kondisi lingkungaan Teluk Ratatotok masih mendukung pertumbuhan lamun.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 39-47
Author(s):  
Septiyani Kusuma Dewi ◽  
Wilis Ari Setyati ◽  
Ita Riniatsih

Lamun memiliki kemampuan menyimpan karbon di dalam biomassanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai estimasi simpanan karbon dalam biomassa pada vegetasi lamun di Pulau Kemujan serta Pulau Bengkoang, Taman Nasional Karimunjawa. Pengambilan data menggunakan metode purposive sampling dan metode Seagrass Watch dengan mempertimbangkan kondisi lamun di lokasi tersebut. Pengukuran estimasi karbon dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Nutrisi Pakan FPP Undip menggunakan metode Loss on Ignition dengan prinsip pengabuan. Jenis lamun yang ditemukan di Pulau Kemujan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea serrulata, dan pada Pulau Bengkoang ditemukan lamun jenis Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, dan Enhalus acoroides. Nilai biomassa bawah substrat dan atas substrat pada Stasiun I Pulau Kemujan (3104,5 gbk/m2 dan 1868 gbk/m2) menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan nilai biomassa bawah substrat dan atas substrat pada Stasiun II Pulau Bengkoang (714,25 gbk/m2 dan 534,25 gbk/m2). Nilai estimasi simpanan karbon pada Stasiun I yaitu 138,47 – 1533,28 gC/m2 dan pada Stasiun II yaitu 17,02– 498,31 gC/m2. Mayoritas nilai karbon lebih tinggi pada jaringan lamun bawah substrat.  Nilai estimasi simpanan karbon sedimen pada Stasiun I yaitu 52,60–339,81 gC/m2 dan 86,85–1329,08 gC/m2 pada Stasiun II. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai fungsi lain ekosistem lamun yaitu sebagai penyerap karbon sehingga dapat dijadikan edukasi kepada masyarakat umum untuk melestarikan ekosistem lamun sebagai ekosistem yang dapat berperan penting dalam mengatasi masalah emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Seagrass have ability to store carbon mass in their biomass. The aim of this research is to find out the value of carbon stock on seagrass biomass in Kemujan Island and Bengkoang Island seagrass vegetation. The research was retrieval in purposive sampling method and collected seagrass vegetation data by using Seagrass Watch. Measurement of carbon stock estimation held  in INP FPP Undip Laboratory by using Loss on Ignition method. The type of seagrass found in Kemujan Island were Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, and Cymodocea serrulata, meanwhile in Bengkoang Island there were found Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, and Enhalus acoroides. The value of below ground and above ground biomass in Station I Kemujan Island (3104,5 gbk/m2 dan 1868 gbk/m2) is higher than the value of below ground and above ground biomass in Station II Bengkoang Island (714,25 gbk/m2 and 534,25 gbk/m2). Carbon stock estimation value in Station I is 138,47–1533,28 gC/m2  and 17,02–498,31 gC/m2 in Station II. Most of carbon stock value is higher in below ground seagrass tissue. The value of carbon stock estimation of sediment in Station I is 52,60–339,81 gC/m2 and 86,85–1329,08 gC/m2 in Station II. The research gives information about another function of seagrass, as carbon absorber and can be as education for public to conserve seagrass ecosystem and has important role in resolving greenhouse gas emission and global warming.


2021 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 413-420
Author(s):  
Annisa Rhamadany ◽  
Chrisna Adhi Suryono ◽  
Delianis Pringgenies

Ekosistem lamun memiliki fungsi ekologi dan ekonomi yang tinggi. Peran ekosistem lamun dalam penyimpanan karbon akan tetapi masih belum menjadi sorotan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai biomassa dan estimasi simpanan karbon pada ekosistem lamun di Perairan Batulawang, Pulau Kemujan serta Pulau Sintok, Taman Nasional Karimunjawa. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 – 14 Noevmber 2019 di Perairan Batulawang dan Pulau Sintok, Taman Nasional Karimunjawa. Metode penelitian di lapangan menggunakan metode SeagrassWatch, sementara nilai biomassa dan nilai estimasi simpanan karbon dihitung menggunakan metode Metode Loss of Ignition (LOI) di laboratorium. Data yang diperoleh berupa pengukuran berat kering untuk menghitung biomassa dan analisa kandungan karbon pada lamun dan sedimen. Hasil penelitian didapatkan empat jenis lamun di Perairan Batulawang yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, dan Thalassodendron ciliatum sedangkan di Pulau Sintok terdapat tiga jenis lamun yang ditemukan yaitu Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis. Nilai total biomassa lamun terbesar pada Perairan Batulawang yaitu Enhalus acoroides dengan nilai 849,75 gbk/m2 dan nilai total biomassa lamun terkecil Thalassodendron ciliatum dengan nilai 29 gbk/m2. Nilai total biomassa lamun terbesar pada Pulau Sintok yaitu Cymodocea rotundata dengan nilai 177,75 gbk/m2dan nilai total biomassa lamun terkecil Halophila ovalis dengan nilai 4,75 gbk/m2. Hasil pengukuran karbon lamun pada Perairan Batulawang yaitu 12,97 – 359,87 gC/m2­ dan 258,20 – 541,51 gC/m2 pada sedimennya. Hasil pengukuran karbon pada lamun di Pulau Sintok yaitu 2,35 – 85,80 gC/m2 dan 204,92 – 765,92 gC/m2 pada sedimen. Kandungan karbon paling besar terdapat pada bagian bawah substrat (below ground). Kandungan karbon pada bagian bawah substrat tidak terganggu oleh faktor lingkungan (gelombang, arus, dan ulah manusia) sehingga terakumulasi baik. Seagrass ecosystems have high ecological and economic functions. The role of seagrass ecosystems in carbon storage, however, has not yet been highlighted. The purpose of this study was to determine the value of biomass and estimated carbon storage in seagrass ecosystems in Batulawang waters, Kemujan Island and Sintok Island, Karimunjawa National Park. This research was conducted on 7 − 14 November 2019 in Batulawang waters and Sintok Island, Karimunjawa National Park. The research method in the field uses the SeagrassWatch method, while the biomass value and the estimated value of carbon storage are calculated using the Loss of Ignition (LOI) method in the laboratory. The data obtained were measurements of dry weight to calculate biomass and analysis of carbon content in seagrass and sediments. The result shows that there are four species of seagrass in Batulawang Waters, they are Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, and Thalassodendron cliatum meanwhile in Sintok Island there are three species, they are, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, and Halophila ovalis. The measurement of carbon is done by using Loss on Ignition Method. The highest total seagrass biomass in Batulawang waters is Enhalus acoroides with a value of 849.75 gbk/m2 and the lowest total seagrass biomass is Thalassodendron ciliatum with a value of 29 gbk/m2. The highest total seagrass biomass on Sintok Island is Cymodocea rotundata with a value of 177.75 gbk/m2 and the lowest total seagrass biomass is Halophila ovalis with a value of 4.75 gbk/m2. The results of measurements of seagrass carbon in Batulawang waters are 12,97 – 359,87 gC/m2­ and 258,20 – 541,51 gC/m2 on the sediments. The result of seagrass carbon measurement in Sintok Island is 2,35 – 85,80 gC/m2 and 204,92 – 765,92 gC/m2 on the sediments. The largest carbon content is at the bottom of the substrate (below ground). The carbon content at the bottom of the substrate is not disturbed by environmental factors (waves, currents, and human activities) so that it accumulates well.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 83-86
Author(s):  
Suci Puspita Sari

Status mengenai kondisi ekosistem lamun di perairan Bangka Selatan diperlukan untuk menentukan terjadinya indikasi kerusakan lamun sebagai akibat dari aktifitas penambangan timah di wilayah pesisir. Kondisi kesehatan lamun dianalisis melalui kerapatan dan tutupan lamun sehingga dapat diketahui kondisinya.  Metode yang digunakan untuk memantau kondisi lamun pada penelitian ini adalah pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG), menggunakan algoritma Depth Invariant Index (DII). Distribusi lamun berdasarkan hasil pengolahan data citra Landsat tahun 2017 menunjukkan bahwa padang lamun di perairan Bangka Selatan seluas 4066,7 Ha. Spesies yang ditemukan dari 7 titik sampling, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, dan Cymodocea rotundata. Kondisi padang lamunnya secara umum termasuk dalam kategori “Miskin”.  


Jurnal MIPA ◽  
2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Klion Ngongira ◽  
Marnix L. D. Langoy ◽  
Deidy Yulius Katili ◽  
Pience V. Maabuat

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Tongkaina dengan menggunakan metode observasi lapangan pada purposive sampling dengan garis transek kuadrat. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Holodule pinifolia. Jumlah individu yang ditemukan adalah 2993 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang bila dibandingkan dengan 13 lokasi lainnya di Indonesia.Sea grasses are flowering plants that can grow well in shallow marine environments. This research was conducted in Tongkaina Beach using field observation, with purposive sampling using line transect squares. Data analysis was performed using the formula of Krebs and Fachrul. Identification of sea grass and determination of diversity index is done using Shannon Wiener. Results obtained in this research showed that there are seven types of sea grasses, namely Enhalus acaroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodecea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Holodule pinifolia. Number of individual found was 2993. Value of diversity index at Tongkaina Beach showed that this area has moderate sea grass diversity compared to other 13 locations in Indonesia.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Stevani Rawung ◽  
Ferdinand F Tilaar ◽  
Ari B Rondonuwu

This study was conducted in Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Science of Sam Ratulangi University, Sub-district of East Likupang, North Minahasa. This study aims to identified the seagrasses in the water of Marine Field Station. The benefits of this study are for the database of seagrasses ecosystem management and comparative for other studies. The Observation and data collection was using random survey technic by analyzed the areas to collecting all the seagrass species found. Furthermore, the seagrass samples were categorised into each species. The result showed the amount of seagrass species in Marine Field Station are 8 species from 6 genera and 2 families: Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor.Keyword: Inventory, Seagrass, Marine Field Station ABSTRAKPenelitian dilakukan di perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupatan Minahasa  Utara. Tujuan penelitian  untuk mengidentifikasi lamun yang ada di Perairan Marine Field station. Manfaat penelitian dapat menjadi data pengelolaan ekosistem padang lamun dan dapat menjadi perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Pengamatan dan pengambilan sampel menggunakan teknik survei jelajah, yaitu dengan menjelajahi wilayah pengamatan sambil mencari semua spesies lamun. Lamun yang diambil adalah semua jenis yang ditemui. Selanjutnya, sampel lamun dikelompokan berdasarkan spesies. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah spesies lamun pada lokasi penelitian di Perairan Marine Field Station adalah 8 spesies dari 6 genera dan 2 famili yaitu, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,  Halophila ovalis, dan Halophila minor. Kata kunci: Inventarisasi, Lamun, Marine Field Station


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Risandi D Sitaba ◽  
Carolus P Paruntu ◽  
Billy Theodorus Wagey

This research was conducted in the waters of Tarabitan Peninsula, West Likupang North Minahasa using quadants transect method. The purpose of this study was to determine the community structure of seagrass found in that waters as initial information for sustainable management seagrass ecosystem . Field observation was conducted to identify the seagrass species, number of individuals/shoots, percent cover for each type of seagrass in those plotting quadrants. The result of this study documented 6 types of seagrass namely, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis and Halodule uninervis. The species composition and distribution of seagrass were varied and was dominated by Thalassia hemprichii was the most dominant seagrass species with a relative density of 55.55%, a relative frequency of 33.67%, 39.92% relative cover, an important value index of 129.03%, a diversity index of 1.30 belonging to this condition, moderate, the uniformity index of 0.72 is classified as high and the dominance index of 0.2 is classified as low. Based on Minister of Environment Decree Republic Indonesia No. 200 of 2004 concerning the status of seagrass beds, the condition of the seagrass beds in the waters of Tarabitan Village is classified as rich / healthy with a cover value of ≥ 60. Keywords : Seagrass Community, Species Composition,  distribution, Tarabitan Peninsula           Penelitian ini dilakukan di perairan Semenanjung Tarabitan Likupang Barat Minahasa Utara dengan menggunakan metode transek kuadran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas lamun yang terdapat di perairan tersebut sebagai informasi awal untuk pengelolaan lamun secara berkelanjutan. Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengidentifikasi jenis lamun, jumlah individu/tegakan, persentase tutupan tiap jenis lamun pada tiap kuadran. Hasil penelitian ini mendokumentasikan 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. Komposisi jenis dan sebaran lamun bervariasi dan didominasi oleh jenis lamun Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling dominan dengan kerapatan relatif 55,55%, frekuensi relatif 33,67%, tutupan relatif 39,92%, indeks nilai penting 129,03%, indeks keanekaragaman 1,30 tergolong dalam kondisi sedang, indeks keseragaman 0,72 tergolong tinggi dan indeks dominansi 0,2 tergolong rendah. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, kondisi padang lamun di perairan Desa Tarabitan tergolong kaya / sehat dengan nilai tutupan ≥ 60.Kata Kunci: Komunitas Lamun, Komposisi Jenis, Distribusi, Semenanjung Tarabitan


Author(s):  
Nunung Noer Aziizah ◽  
Vincentius Paulus Siregar ◽  
Syamsul Bahri Agus

Remote sensing technology has been developed for monitoring and identification of coastal environment and resources, such as seagrasses. In Indonesia, particularly seagrass mapping spectrometer utilizing spectral library has not been done. This study aimed to determine the spectral signature based in situ measurement and image analysis, analyze the implementation of the algorithm Spectral Angle Mapper (SAM) and test accuracy in mapping seagrass to species level based on spectral libraries. Research conducted in seagrass Tunda Island, Banten. Satellite imagery used is WorldView-2 and the seagrass spectral reflectance was measured using a spectrometer USB4000. SAM classification algorithm utilizing spectral libraries and classify objects in a single pixel can be homogeneous. Classification results in the form of class Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, and Halophila ovalis. The resulting accuracy of 35.6%. The area of each class is 0.8 hectares for the class Cymodocea rotundata, 2.79 hectares for Enhalus acoroides, class Thalassia hemprichii 3.7 hectares, and 3.5 hectares for Halophila ovalis. Classification of seagrass to species level yet produce good accuracy. Seagrass area with a variety of species and number of channels on a multispectral satellite image is assumed to be the cause of the low value of accuracy. AbstrakPemanfaatan teknologi satelit penginderaan jauh (remote sensing) sangat berkembang untuk identifikasi dan memantau sumberdaya alam wilayah pesisir, seperti lamun. Di Indonesia khususnya pemetaan lamun memanfaatkan pustaka spektral dari spektrometer belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran spektral lamun berdasarkan pengukuran in situ dan analisis citra satelit, memetakan lamun hingga tingkat spesies berdasarkan pustaka spektral pengukuran in situ dengan penerapan algoritma SAM dan menguji tingkat akurasinya. Penelitian dilaksanakan di ekosistem lamun Pulau Tunda, Banten. Citra satelit yang digunakan adalah WorldView-2 dan reflektansi spektral lamun diukur menggunakan spektrometer USB4000. Algoritma klasifikasi SAM memanfaatkan pustaka spektral dan mengkelaskan obyek dalam satu piksel secara homogen. Hasil klasifikasi berupa kelas lamun Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Thalassia Hemprichi, dan Halophila ovalis. Akurasi yang dihasilkan sebesar 35.6 %. Luas area masing-masing kelas adalah 0.8 Ha untuk kelas Cymodocea rotundata, 2.79 Ha untuk kelas Enhalus acoroides, 3,7 Ha kelas Thalassia hemprichii, dan 3.5 Ha untuk Halophila ovalis. Klasifikasi lamun hingga tingkat spesies belum menghasilkan akurasi yang baik. Area lamun dengan jenis yang beragam dan jumlah saluran pada citra satelit multispektral diasumsikan menjadi penyebab rendahnya nilai akurasi.


Jurnal Segara ◽  
2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Indarto Happy Supriyadi ◽  
Ricky Rositasari ◽  
Marindah Yulia Iswari

Padang lamun memiliki peran penting sebagai sumber utama produktivitas primer atau penghasil bahan organik, habitat untuk berbagai biota, tempat asuhan, tempat memijah, sumber makanan bagi biota langka dan penyokong keanekaragaman jenis-jenis biota laut serta bernilai ekonomis dari jasa ekosistem lamun. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang terus meningkat telah mengakibatkan kerusakan padang lamun di perairan timur pulau Bintan. Saat ini kajian terbaru terkait dengan kondisi lamun belum tersedia. Kajian ini dilakukan pada Mei dan September (2015-2016) dengan tujuan untuk mengetahui dampak perubahan tutupan lahan terhadap kondisi lamun di perairan timur pulau Bintan. Kondisi lamun ditentukan berdasarkan persentase tutupan lamun. Analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan perangkat lunak ENVI 5.1 dan ArcGIS 10.1. Pengukuran debit sungai dan penanganan sampel air dilakukan di lapangan dan laboratorium P2O-LIPI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbuka, perkebunan dan semak belukar pada DAS Kawal telah memberikan dampak menurunnya kondisi lamun khususnya di sekitar muara Sungai Kawal. Secara umum kondisi lamun di perairan timur Pulau Bintan menurun ditunjukkan dengan persentase tutupan lamun yaitu 46 % (2006) dan 41 % (2015). Dalam penelitian ini ditemukan tujuh spesies lamun, antara lain Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halophila ovalis, Halodule uninervis dan Syringodium isoetifolium.


2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 97-103
Author(s):  
Sarah Haumahu ◽  
Frijona F Lokollo ◽  
Reni Ambon

Seagrass communities play an important role in marine environments and estuary area, supporting communities of fish, snails and shellfish and other invertebrates. The diversity of seagrass species in the world is very low (<60 species). The coastal waters of Ori Village have a seagrass community that has never been studied. The purpose of this study was to estimate the structure of the seagrass community in the coastal waters of Ori Village, Central Maluku which includes the composition of type, density, frequency of occurence and percent of coverage. Seagrass sampling uses the line transect method. Five species of seagrass were found during the study grouped into two families: Cymodoceaceae and Hydrocharitaceae. The seagrass species found were Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Enhalus acoroides Halophila ovalis and Thalassia hemprichii. T. hemprichii and E. acoroides have the highest densities (157 shoots/m2 and 137 shoots/m2, respectively). E. acoroides and T. hemprichii also have the highest frequency of occurence and relative coverage percent compared to other seagrass species found in the waters of Ori Village. Seagrass community in the waters of Ori Village is classified in a tight condition until dense.   ABSTRAK Komunitas lamun memegang peranan penting di lingkungan laut dan daerah estuari, menyokong komunitas ikan, siput dan kerang-kerangan serta invertebrata lainnya. Keragaman spesies lamun di dunia sangat rendah (<60 spesies). Perairan pantai Desa Ori memiliki komunitas lamun yang belum pernah diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi struktur komunitas lamun di perairan pantai Desa Ori, Maluku Tengah yang meliputi komposisi jenis, kerapatan, frekuensi kehadiran dan persen penutupan. Pengambilan sampel lamun menggunakan metode transek garis. Lima spesies lamun ditemukan selama penelitian yang dikelompokan dalam dua famili yaitu famili Cymodoceaceae dan Hydrocharitaceae. Spesies-spesies lamun yang ditemukan adalah Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Enhalus acoroides Halophila ovalis danThalassia hemprichii. T. hemprichii dan E. acoroides memiliki kerapatan tertinggi (masing-masing 157 tegakan/m2 dan 137 tegakan/m2). E. acoroides dan T. hemprichii juga memiliki frekuensi kehadiran serta persen penutupan relatif tertinggi dibanding spesies-spesies lamun lainnya yang ditemukan di perairan Desa Ori. Komunitas lamun di perairan Desa Ori tergolong dalam kondisi rapat sampai padat.   Kata Kunci: Lamun, komunitas, kerapatan, penutupan, Maluku Tengah      


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document