scholarly journals PELATIHAN MITIGASI BENCANA DALAM MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 DI DUSUN KALEBAJENG KELURAHAN KALEBAJENG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 32-36
Author(s):  
Ayu Puspitasari ◽  
Harpiana Rahman

Darurat wabah virus Corona sedang dihadapi dunia saat ini. WHO (World Health Organization) pun telah mengubah statusnya dari Public Health of International Concern menjadi Pandemi. Dengan ditetapkannya status tersebut dunia pun responsif dengan upaya pencegahan dan penanggulangan tidak terkecuali di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman tentang mitigasi bencana pandemi Covid-19. Langkah-langkah dalam penanganan wabah perlu diketahui secara luas oleh masyarakat agar dapat mengambil langkah preventif dalam menghadapi wabah covid-19. Pelatihan mitigasi bencana pandemic Covid-19 dimulai dari langkah-langkah Pencegahan dan pengendalian Inveksi, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Isolasi di Rumah (Perawatan di Rumah), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Observasi, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Pemulangan Jenazah. Berdasarkan hasil pre dan post test pada 52 orang yang terdiri dari 10 pertanyaan quesioner, terdapat peningkatan pengetahuan mengenai mitigasi bencana covid-19. Berdasarkan persentasi hasil yang dicapai, diketahui bahwa terdapat peningkatan pengetahuan masyarakat sebesar 36,2% setelah mengikuti pelatihan ini. Pentingnya sosialisasi dari pemerintah setempat mengenai mitigasi bencana covid secara berkelanjutan selama pandemi berlangsung.

2021 ◽  
Author(s):  
Sarah Kreps

BACKGROUND Misinformation about COVID-19 has presented challenges to public health authorities during pandemics. Understanding the prevalence and type of misinformation across contexts offers a way to understand the discourse around COVID-19 while informing potential countermeasures. OBJECTIVE The aim of the study was to study COVID-19 content on two prominent microblogging platform, Twitter, based in the United States, and Sina Weibo, based in China, and compare the content and relative prevalence of misinformation to better understand public discourse of public health issues across social media and cultural contexts. METHODS A total of 3,579,575 posts were scraped from both Weibo and Twitter, focusing on content from January 30th, 2020, when the World Health Organization (WHO) declared COVID-19 a “Public Health Emergency of International Concern” and February 6th, 2020. A 1% random sample of tweets that contained both the English keywords “coronavirus” and “covid-19” and the equivalent Chinese characters was extracted and analyzed based on changes in the frequencies of keywords and hashtags. Misinformation on each platform was compared by manually coding and comparing posts using the World Health Organization fact-check page to adjudicate accuracy of content. RESULTS Both platforms posted about the outbreak and transmission but posts on Sina Weibo were less likely to reference controversial topics such as the World Health Organization and death and more likely to cite themes of resisting, fighting, and cheering against the coronavirus. Misinformation constituted 1.1% of Twitter content and 0.3% of Weibo content. CONCLUSIONS Quantitative and qualitative analysis of content on both platforms points to cross-platform differences in public discourse surrounding the pandemic and informs potential countermeasures for online misinformation.


2022 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 703
Author(s):  
Syaifullah Hanif Wibisono ◽  
Rizqi Apsari Fairuz Kamila ◽  
Naufalluthfi Widodo ◽  
Reny I‘thisom

WHO (World Health Organization) telah menetapkan wabah COVID-19 sebagai pandemi tingkat global karena tingkat penyebaran COVID-19 yang sangat cepat hampir ke seluruh dunia. Protokol kesehatan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan rutin menggunakan masker menjadi langkah untuk meminimalkan penyebaran virus COVID-19. Penggunaan masker menjadi kebiasaan baru yang erat dengan keseharian setiap orang saat ini. Masker yang dipakai dalam jangka waktu yang lama ternyata dapat menimbulkan beberapa permasalahan pada kulit seperti jerawat, dermatitis, kemerahan dan pigmentasi pada wajah.  Keluhan kulit yang paling banyak terjadi pada tenaga kesehatan yang menggunakan masker adalah akne. Oleh sebab itu, kami memilih topik tersebut dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai cara menjaga kesehatan kulit di masa pandemi dan bagaimana pencegahan serta penatalaksanaan mask-acne. Dalam masa pandemi, upaya untuk melakukan edukasi kepada masyarakat dilakukan dengan memanfaatkan fitur Instagram Live yang dapat mempermudah masyarakat untuk menjangkau informasi dan menjadi media platform yang banyak digunakan oleh masyarakat. Metode edukasi ini dilakukan secara daring dengan menggunakan platform sosial media Instagram yang dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali intervensi. Intervensi pertama kami melakukan kuis fakta dan mitos seputar kesehatan kulit dan mask-acne dengan total 868 responden, serta melakukan pre-test yang diisi oleh 50 responden. Intervensi kedua adalah melakukan Instagram Live berupa talkshow atau QnA bersama dermatovenereologist FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dengan penonton sejumlah 267 pengguna dan telah ditonton ulang sebanyak 263 pengguna. Pada intervensi akhir, terdapat sesi post-test yang diisi oleh 50 responden yang didapatkan peningkatan hasil nilai terhadap pemahaman topik. Evaluasi kegiatan ini didapatkan dari kuesioner yang dibagikan kepada para peserta dan menunjukkan mayoritas responden memberikan umpan balik yang sangat baik terhadap materi yang dibawakan (58-68%), kesesuaian materi terhadap kondisi pandemi (60-70%), serta kebermanfaatan acara (68-74%).


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Mira Agusthia ◽  
Rachmawati M. Noer ◽  
Intan Susilawati

Berat badan bayi merupakan salah satu hal pertama yang dinilai untuk mengambarkan derajat atau status kesehatan bayi baru lahir, oleh karena itu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat menjadi permasalahan. Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan sebanyak 20,6 juta bayi lahir setiap tahunnya adalah BBLR, dan hampir sepertiganya meninggal sebelum status kesehatannya stabil atau dalam 12 jam pertama kehidupan bayi. Untuk dapat mencapai kondisi kesehatan stabil dan berat badan normal, BBLR membutuhkan upaya pelestarian suhu tubuh, pemberian nutrisi dan pencegahan dari infeksi. Perawatan Metode Kanguru merupakan salah satu metode yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap peningkatan berat badan BBLR diruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani. Desain penelitian yang digunakan Quasi-eksperimen pre test post test without control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi dengan berat badan lahir 1500 - 2500 gram. Sampel sebanyak 17 bayi dengan menggunakan teknik Total Sampling.. Data di kumpulkan dengan lembaran observasi, diolah dan dianalisa secara komputerisasi. Hasil analisa univariat diketahui rerata berat badan bayi sebelum dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah 173,652 gram, dan sesudah dilakukan PMK interminten 2 jam perhari selama 7 hari, rerata berat badan meningkat menjadi 1861,76 gram. Terdapat perbedaan rerata berat badan sebelum dan sesudah sebesar 129,118 gram. Hasil uji paired t test adalah p = 0,000 >0,05. Disimpulkan bahwa ada pengaruh PMK terhadap peningkatkan berat badan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani Tahun 2019. Diharapkan Rumah Sakit menerapkan semua Komponen Perawatan Metode Kanguru dan mengevalusi atas implementasinya.


2012 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Oedojo Soedirham

Kota Sehat merupakan proyek World Health Organization (WHO) yang diluncurkan pada pertengahan tahun 1980-an dengan mengambil tempat untuk yang pertama kali adalah kota-kota di Eropa. Konsep Kota Sehat adalah konsep lama sekaligus baru. “Lama” berarti telah lama manusia berusaha untuk membuat kota lebih sehat sejak awal peradaban perkotaan (urban civilization). “Baru” dalam manifestasinya sebagai satu sarana utama promosi kesehatan – kesehatan masyarakat baru (new public health) – dalam pencarian Sehat untuk Semua (Health for All). Hal tersebut dipandang sebagai “a means of legitimizing, nurturing, and supporting the process of community empowerment”. Artikel ini mengulas Kota Sehat dalam konteks sustainable communities.Kata kunci: Kota sehat, kesehatan masyarakat baru, pemberdayaan, sustainable communitiesAbstractHealthy City is a World Health Organization (WHO) project that launched in mid 1980s with cities at Europe as first attempts. The Healthy City concept is old and new. “Old” means that since the early urban civilization, humanbeing striving for better and healthier places to live. “New” means that it’s one primary manifestation for health promotion – new public health – in seeking “Health for All”. This is seen as “a means of legitimizing, nurturing, and supporting the process of community empowerment”. The paper reviewed Healthy City in sustainable communities context.Key words: Healthy city, new public health, empowerment, sustainable communities


2017 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 46
Author(s):  
SaurabhRamBihariLal Shrivastava ◽  
PrateekSaurabh Shrivastava ◽  
Jegadeesh Ramasamy

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document