scholarly journals Analisis timbal, kadmium dan formaldehid pada ikan asin petek (leiognathus equulus) dan ikan asin kembung (rastrelliger kanagurta) di Pulau Cangkir Kronjo

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 16-19
Author(s):  
La Ode Akbar Rasydy

Ikan asin merupakan produk hasil perikanan dengan bahan baku ikan segar yang mengalami pengawetan dan menjadi salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti ikan asin Petek dan ikan asin Kembung. Mutu dari ikan asin dapat ditentukan dari cara penjual mengolahnya serta kondisi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar timbal, kadmium dan formaldehid pada ikan asin petek dan kembung di daerah Pulau Cangkir Kronjo, Banten, Indonesia.  Analisis timbal dan kadmium dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom sedangkan analisis formaldehid  dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukan ikan asin petek dan kembung  tidak mengandung logam timbal dan kadmium akan tetapi mengandung formaldehid, pada ikan asin petek 2.843,24 ± 71,9510 mg/Kg dan ikan kembung 865,96 ± 4,4479 mg/Kg. Dari pengujian tersebut baik pada ikan asin petek dan kembung tidak ada cemaran timbal dan cadmium karena dibawah nilai ambang batas maksimum sedangkan  kandungan formaldehidnya cukup tinggi dan berbahaya bagi kesehatan.

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Rika Agustina ◽  
Rita Sunartaty ◽  
Teuku Makmur

Coconut frond ash is one of the wastes from coconut trees which has not been maximally utilized. Coconut frond ash contains MgCl2 and KCl so that it can be used as a salt substitute in the process of preserving fish. In this study coconut frond ash was used as a basic ingredient for making dried mackerel with a long time of drying to storage. The purpose of this study was to determine the effect of drying time on mackerel storage. The research design used was a Randomized Block Design (RCBD) with 2 factors studied. The first factor is the drying time consists of 3 levels, namely P1 = 3 days, P2 = 4 days, P3 = 5 days. The second factor is storage which consists of 3 levels, namely S1 = 30 days, S2 = 60 days, S3 = 90 days. Each treatment was repeated 2 times to obtain 18 experimental units to observed hedonic tests. From the results of the study it can be stated that the treatment has a very significant effect (P≥0.01) on the hedonic test which includes (color, aroma, taste and texture).


2015 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Kamaluddin Kasim ◽  
Setiya Triharyuni ◽  
Arief Wujdi

Klorofil-a banyak ditemukan pada fitoplankton dan menjadi indikator kesuburan perairan. Keberadaan fitoplankton ditandai dengan kandungan klorofil-a yang tinggi dan diikuti oleh keberadaan zooplankton yang akhirnya mempengaruhi keberadaan organisme perairan lainnya seperti ikan pelagis kecil maupun ikan pelagis besar sebagai suatu rantai makanan. Interaksi antara konsentrasi klorofil-a terhadap keberadaan dan konsentrasi ikan pelagis di Laut Jawa belum banyak diketahui. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan interaksi antara klorofil-a terhadap konsentrasi ikan pelagis. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data runtun waktu hasil tangkapan beberapa jenis pelagis besar dan kecil yang didaratkan di PPI Pekalongan tahun 2007-2011 serta data runtun waktu konsentrasi klorofil-a dari perairan utara Jawa yang diperoleh dari informasi sekunder.Metode analisis korelasi linear sederhana (bivariate correlation) digunakan untukmengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel klorofil-a dan konsentrasi ikan pelagis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan layang (Decapterus russelli) paling nyata mendapat pengaruh dari konsentrasi klorofil-a (P<0,05) dan berkorelasi positif terhadap konsentrasi klorofil-a dengan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,56, sedangkan ikan pelagis lainnya berkorelasi negatif. Ikan tongkol (Euthynnus affinis) posisinya menempati rantai makanan paling tinggi sebagai pemangsa, mempunyai korelasi positif (r = 0,5) terhadap Rastrelliger kanagurta dan r = 0,56 terhadap Amblygaster sirm.Chlorophyll-a is a light-absorbing pigment that can be found in photosynthetic organisms such as algae and phytoplankton. The evidence of phytoplankton that indicated by high contents of chlorophyll-a may followed the evidence of zooplankton and other micro aquatic organism as a food chain component. An overview of interrelationships between chlorophyll-a and pelagic fishes in the waters around Java Sea have not much investigated. The research was attempted to study the interaction between chlorophyll-a abundance and the abundance of small and large pelagic as well as relationship among small and large pelagic as prey-predators component. Research conducted by collecting time series catch data of small and large pelagic species landed at PPI Pekalongan during the period of 2006-2012, as well as the data of chlorophyll-a abundance through previous research studies. The results showed that layang (Decapterus russelli) was the most significant species that positively correlated to abundance of chlorophyll-a (P < 0.05) with value of r = 0.6. while others pelagic species have negative correlation. As a predator species, tongkol (Euthynnus affinis) was positively correlated ( r = 0.5) to the abundance of banyar (Rastrelliger kanagurta) as well as juwi (Amblygaster sirm) with r value 0.56.


2017 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Suwarso Suwarso ◽  
Tuti Hariati

lkan pelagis kecil merupakan hasil tangkapan utama di Laut Jawa, terutama dari perikanan purse seine; enam jenis paling dominan yaitu: layang (Decapterus russelli), deles (D. maciosoma), banyar (Rastrelliger kanagurta), bentong (Selar crurnenophthalmus), siro (Ambligasfer slrm), dan lembang (Sardinella gibbosa). Penentuan kohor dan dugaan laju pertumbuhan diri ke enam jenis tersebut dilakukan berdasarkan data frekuensi panjang yang terkumpul selama Mei 1991 sampai Desember 1993 dari hasil tangkapan purse seine.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 51-57
Author(s):  
Dwi Muninggar Pratiwi ◽  
Yonvitner Yonvitner ◽  
Achmad Fahrudin

Rezim pengelolaan perikanan perikanan Indonesia saat ini masih dianggap memiliki rezim open acces, dimana pemanfaatan dapat dilakukan oleh semua orang. Hal ini menyebabkan upaya penangkapan ikan di Selat Sunda juga tinggi dan penangkapan ikan terus mengalami peningkatan. Alat tangkap yang digunakan sangat beragam sehingga memiliki potensi penangkapan yang tidak terkendali. Saat ini, hasil tangkapan yang diperoleh dari berbagai jenis alat tangkap mengalami penurunan, baik jumlah maupun ukuran tertangkap yang semakin kecil. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kerentanan sumberdaya ikan terhadap dinamika suhu permukaan laut di Perairan Selat Sunda berdasarkan data produktivitas dan suseptabilitas. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2018. Ikan contoh diperoleh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten. Metode untuk analisis kerentanan, yaitu analisis produktivitas dan suseptibilitas (PSA). Hasil nilai PSA ikan kurisi, kembung lelaki, kuniran dan selar kuning menunjukkan bahwa tingkat resiko kerentanan rendah (<1,6). Ikan kurisi (Nemipterus japonicus), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), kuniran (Upeneus moluccensis), dan selar kuning (Sardinella leptolepis) memiliki kemampuan yang tinggi untuk mempertahankan populasinya dari aktivitas penangkapan. Hasil indeks kerentanan menunjukkan bahwa ikan selar kuning memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan ketiga ikan lainnya karena fekunditas dan pola rekrutmen yang rendah.


2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 113
Author(s):  
ACHMAD ZAMRONI ◽  
ADI KUSWOYO

Hasil tangkapan pukat cincin berukuran <10 GT yang mendarat di Bitung didominasi oleh ikan pelagis kecil. Ikan pelagis kecil tersebut didominasi oleh ikan malalugis/layang biru (Decapterus macarellus), ikan selar bentong/tude (Selar crumenophthalmus) dan ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal ini menyebabkan eksploitasi tiga spesies tersebut meningkat sehinggi terindikasi stok ikan-ikan tersebut menurun (hasil tangkapan dan laju tangkap tahun 2016 lebih rendah dari tahun 2015). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi biologi kematangan gonad terhadap tiga spesies utama pelagis kecil yang mendarat di PPS Bitung tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga spesies ikan pelagis kecil yang diamati sebagian besar dalam kondisi belum matang gonad (TKG 1, TKG 2 dan TKG 3). Ukuran ikan rata-rata tertangkap (Lc) masing-masing adalah pada panjang cagak 24,6 cm, 19,5 cm dan 22, 95 cm. Ukuran pertama kali matang seksual (Lm) masing-masing adalah pada panjang cagak 26,6 cm, 23,1 cm dan 25,5 cm. Tiga spesies ikan yang diamati tersebut mempunyai sifat pemijahan memijah sebagian (partial spawner).


2021 ◽  
Vol 16 (10) ◽  
pp. 120-130
Author(s):  
Angamuthu Vignesh ◽  
Venugopal Gopikrishnan ◽  
Sivaraj Anbarasu ◽  
Manikkam Radhakrishnan ◽  
Joseph Jerrine

The biomedical potential of fish gut-associated actinobacteria isolated from the marine fish Rastrelliger kanagurta (Indian mackerel) was investigated. The actinobacterial strain IM20 was isolated from the fish gut by using Kusters agar medium prepared with 50% sea water. Based on their phenotypic and molecular characteristics, strain IM20 was identified as Streptomyces maritimus. The bioactive metabolites produced from the strain IM20 by agar surface fermentation and ethyl acetate extraction were tested for in vitro antimicrobial, antiquorum sensing , anti-biofilm, anti TB, anti-oxidant and anti-cancer activity. The MIC value of ethyl acetate extract (EAE) of IM20 was found to be 16 μg ml−1 against S. aureus and E. coli. In quorum sensing inhibition assay, the extract showed violacein inhibition upto 87% at 512 μg ml−1 concentration when tested by pigment inhibition assay using C. violaceum MTCC 2656. The results of in vitro assays revealed that the ethyl acetate extract of IM-20 (EAE-IM20) showed 75%, 83% and 72% inhibition against Mycobacterium tuberculosis H37Rv, M. tuberculosis (SHRE sensitive) and multi drug resistant (MDR) M tuberculosis respectively at 500 μg ml−1 concentration. In DPPH assay, 71% radical scavenging activity was exhibited by the EAE-IM20 at 250 μg ml−1. In MTT assay, EAEIM20 exhibited 74.29±2.01% inhibition on breast cancer cell line MCF7 (250 μg ml−1). This study broadly determines that the fish associated actinobacteria is a prolific place for diverse multifunctional bioactive compounds for the development of medically important unique drugs.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document