Kajian E-Learning Berdasarkan Persepsi Pengguna Menggunakan Kansei Engineering dan Analytical Hierarchy Process

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Nila Natalia ◽  
Sukarsa Sukarsa ◽  
Eris Dwi Purnama ◽  
Aziz Ma’sum

E-Learning merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan teknologi informasi dalam dunia pendidikan. E-Learning memiliki banyak kegunaan yang membantu dalam proses kegiatan belajar dan mengajar seperti pelaksanaan ujian online, perekapan nilai, maupun sebagai media pembelajaran. SMK Pasim Plus merupakan sekolah swasta di Sukabumi yang akan menerapkan E-Learning sebagai salah satu media pembelajaran. Pada penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana rekomendasi E-Learning yang diberikan dari beberapa spesimen E-Learning melalui parameter faktor psikologis pengguna. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Kansei Engineering (KE) yang dikombinasikan dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam tahapannya, KE berfokus pada faktor psikologis pengguna, sedangkan AHP dilibatkan untuk melihat manakah E-Learning yang direkomendasikan untuk diimplementasikan pada instansi tersebut. Adapun metode KE yang diterapkan dalam penelitian ini adalah KE Type I (KEPack). KEPack yang dilibatkan dalam penelitian ini menggunakan beberapa data dasar antara lain 8 spesimen E-Learning, 15 Kansei Word, dan 30 partisipan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa faktor emosi yang paling berpengaruh adalah yang diwakili oleh Kansei Word “RAPIH”. Aplikasi E-Learning yang paling diminati oleh partisipan dilihat dari aspek antarmuka aplikasi adalah aplikasi E-Learning Edmodo. 

2017 ◽  
Author(s):  
Martanto

Website E-Learning saat ini sudah banyak digunakan pada dunia pendidikan, baik sekolah tingkat atas hingga perguruan tinggi. STMIK IKMI Cirebon telah menggunakan website E-Learning yang diberi nama Indigoes namun pemanfaatannya masih belum maksimal karena tampilan Indigoes yang sangat sederhana. User experience pengguna Indigoes dapat digunakan untuk perancangan user interface Indigoes yang baru sesuai dengan keinginan pengguna. Kansei engineering adalah sebuah metode perancangan yang menggunakan perasaan pengguna dalam membuat desain produk baru dan penelitian ini menerapkan metode Kansei Engineering Type I untuk merancang user interface Indigoes yang baru.Penelitian ini menggunakan Kansei Word untuk mendeteksi emosi atau perasaan pengguna Indigoes. Jumlah Kansei word yang digunakan sebanyak 23 kata yang mewakili perasaan pengguna terkait dengan desain user interface Indigoes yang baru. Alternatif desain yang digunakan sebanyak 5 buah. Penelitian ini melibatkan 30 partisipan dengan perincian 15 orang adalah mahasiswa dan 15 orang mahasiswi dari jurusan Komputerisasi Akuntasi dan Manajemen Informatika. Hasil kuisioner dari partisipan kemudian diolah menggunakan analisis statistik multivarit yaitu Cronbach’s Alpha, Coefficient Correlation Analysis (CCA), Principal Component Analysis (PCA), Factor Analysis (FA) dan analisis Partial Least Square (PLS).


Author(s):  
Bayu Rima Aditya ◽  
Mary Handoko Wijoyo

This research presents an overview to develop an IT adoption method for e-learning in a Merged University. The development of IT adoption method in the Merged University is done by adjusting the gap between three elements: IT maturity level (in this case IT for elearning), category adopter of each Merged University and IT adoption criteria of individual actors of adoption. The maturity level of IT maturity level refers to Gartner, Hype Cycle, and Priority Matrix. Classification groups refer to adopter categories according to Rogers. The adoption model uses UTAUT model. For the process, a priority calculation method utilizes Analytical Hierarchy Process (AHP). IT adoption method for e-learning in a Merged University has been tested and can be applied Telkom University, formed from four universities.


2020 ◽  
Vol 5 (10) ◽  
pp. 1186-1190
Author(s):  
Ana Hadiana

Users in software world play key role in determining whether a software, including e-Learning system, has a long time of use or not. Past literatures have highlighted the importance of incorporating emotional requirement into software systems. It is important to consider what users need related to software. One of the critical component of a software systems that directly interacts with users is the interface. Users interface design (UID) could induce critical emotional experience and impression to users the first time they execute a software system. Kansei Engineering is adopted as a methodology to analyze users emotional experience towards the software UID. This research implemented a combination approach of Kansei Engineering and Analytic Hierarchy Process in order to analyze students’ emotional experience as users of e-Learning in higher learning institution, and then determines which of an open source e-Learning system that suits their positive emotional experience. This paper reports an attempt to discover the relationship between UID and users’ emotional experience in e-Learning systems. The research found that there were two critical students’ emotional factors, which are “clear” and “pleasant”. These two factors had a big impact in the selection of an e-Learning system, with factor of clear has larger impact. The research result then suggests the preferred e-Learning system for students based on those that evoked positive emotional experience to students. The result will benefit higher learning institution in promoting e-Learning, to extend the outreach potential of e-Learning among students.


2021 ◽  
Vol 23 (1) ◽  
pp. 46-59
Author(s):  
Theresiawati Theresiawati ◽  
Ati Zaidiah ◽  
Ria Astriratma ◽  
Henki Bayu Seta

Salah satu indikator keberhasilan pengembangan dan implementasi e-learning pada suatu perguruan tinggi adalah kepuasan pengguna baik dosen maupun mahasiswa. E-learning merupakan metode pembelajaran untuk menunjang proses kegiatan belajar yang dilakukan secara daring. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas layanan blendeed learning menggunakan metode ServQual (Service Quality) dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Metode ServQual untuk mengetahui persepsi dan harapan pengguna blendeed learning berdasarkan perspektif mahasiswa berdasarkan dimensi assurance, empathy, responsiveness, reliability, usability dan informativeness. Untuk meningkatkan kualitas layanan e-learning perlu dilakukan pengukuran kualitas layanan dengan menggunakan metode SERVQUAL (Service Quality), melakukan perhitungan gap skor antara penilaian kualitas layanan yang dirasakan (kinerja) dengan kualitas layanan yang diharapkan. Sedangkan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk mengetahui nilai pembobotan dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Sehingga upaya peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi khususnya dapat memenuhi tuntutan dan kepuasan pengguna.


2019 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 301-312 ◽  
Author(s):  
Monica De Castro-Pardo ◽  
Concepcion De la Fuente-Cabrero ◽  
Pilar Laguna-Sanchez ◽  
Fernando Perez-Rodriguez

The Analytical Hierarchy Process is a very common method used in Multi-Criteria Decision Making (MCDM) to analyze participative assessments. However, due to the qualitative nature of this methodology, a high percentage of inconsistencies need to be addressed when analyzing user preferences. This work analyzes the efficiency of the Goal Programming model in order to reduce inconsistencies with pairwise comparisons when working with inexpert participants and time limitations. A case study has been carried out that assesses online courses in higher education with the Analytical Hierarchy Process in order to understand the usefulness and feasibility of the method. Evaluation of four e-learning tools (collaboration tools, content tools, tutorial sessions and evaluation tools) used in an online business degree were collected from 72 students through a ‘Saaty-type’ survey, and the model was applied to improve the consistency of these results. This model has been able to minimize the inconsistencies of individual preferences while avoiding the loss of primary information.


2016 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Dyah Ika Rinawati ◽  
Aries Susanty ◽  
Diana Puspita Sari ◽  
Meylani Meylani

<p>Abstrak</p><p>Standar Nasional Indonesia (SNI) Batik telah dikembangkan di Indonesia. Hal ini dipicu maraknya kain bermotif batik yang dijual dengan harga murah serta munculnya produk batik dari luar negeri. Saat ini penerapan SNI Batik masih sangat minim dan ditanggapi berbeda oleh para pelaku industri. Meskipun ada tanggapan negatif dan positif terhadap adopsi SNI, yang penting untuk diperhatikan adalah kemampuan dan kesiapan aktor dalam sektor industri (dalam hal ini Usaha Kecil Menengah/UKM batik). Hal ini karena pelaku dalam industri yang akan menjadi pihak yang akanmemenuhi semua persyaratan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesiapan UKM batik dalam mengadopsi SNI batik. Penilaian kesiapan didasarkan pada beberapa faktor yaitu kesiapan organisasi, kesiapan industri, kesiapan nasional, dan tekanan lingkungan. Penelitian ini menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan bobot kepentingan dari masing-masing faktor dan sub-faktor dalam kerangka penilaian dan Skala Likert untuk mengukur setiap sub faktor. Sejumlah 24 UKM Batik yang tersebar di Solo, Yogyakarta dan Pekalongan dinilai dengan menggunakan kerangka penilaian kesiapan yang telah disusun.Hasil pembobotan masing-masing faktor dengan menggunakan metode AHP adalah faktor kesiapan organisasi memiliki bobot sebesar 0,233; kesiapan industri sebesar 0,179; kesiapan nasional sebesar 0,391 dan tekanan lingkungan sebesar 0,197. Hasil penilaian menunjukkan bahwa seluruh UKM berada pada kategori tidak siap dan sangat tidak siap, 10 UKM berada pada kondisi tidak siap dan membutuhkan sedikit perubahan sedangkan 14 UKM lainnya berada pada kategori sangat tidak siap dan membutuhkan banyak perubahan.<br /><br /></p><p> </p><p>Abstract<br />The Indonesian National Standard (SNI) of batik has been developed in Indonesia. This is triggered by many fabric patterned batik that sold at a low price and the influx of imported batik products. Currently, adoption SNI of Batik is still very few and responded differently by the actors of this industry. Despite the presence of negative and positive responses on SNI adoption, important to note is the ability and the readiness of the actor in the industrial sector (in this case is the Small and Medium Enterprise/SMEs of batik). It is because the actors in that industry will become a party who will fulfill all the requirements. The aim of this study is to assess SME’s readiness for SNI Batik adoption. Readiness assessment is based on several factors, i.e. organizational readiness, industrial readiness, national readiness, and environmental pressure. This study used Analytical Hierarchy Process (AHP) for assigned importance weight of each factors and sub- factors in that framework and Likert Scale for measuring each critical sub factors. Readiness of SMEs is categorized based upon the total value of using e-LRS (e-Learning Readiness Assessment). A number of 24 SME’s Batik scattered in Solo, Yogyakarta and Pekalongan was assessed using readiness assessment framework that has been developed. The results of the weighting of each factors using AHP method are organizational readiness factor has mean weight of 0.233, 0.179 for industrial readiness, 0.391 for national readiness and 0.197 for environmental pressures. Assessment results showed that all SME’s in category is not ready and not so ready, 10 SMEs are not ready condition and require little change, while the other 14 SMEs in the category not so ready and needs a lot of changes</p>


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 15-24
Author(s):  
Dewan Rahadyan ◽  
Ana Hadiana

Selama ini dalam memilih produk, maka standar kualitas utama dalam memilih produk adalah berdasarkan spesifikasi dari suatu produk. Padahal nyatanya, masih banyak konsumen yang mengalami kesulitan jika harus memilih barang berdasarkan spesifikasi dari suatu produk. Banyak sekali pilihan produk yang memiliki spesifikasi yang sama dan jika harus memilih, maka konsumen akan mengalami kesulitan. Dalam kansei enginering perasaan merupakan kunci utama dalam kesukesan dari suatu produk. Setiap produk memang bisa jadi memiliki spesifikasi yang sama namun tidak memiliki kualitas yang sama jika dilihat dari kacamata kansei. Masalahnya adalah, selama ini pemilihan produk dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK) masih menggunakan parameter spesifikasi produk. Akibatnya ketika SPK dihadapkan pada pilihan produk dengan spesifikasi yang sama, maka sistem tersebut akan menghasilkan keputusan yang acak dengan tingkat kepercayan model keputusan yang rendah. Hasil pengujian menunjukkan penggabungan kansei engineering dengan AHP merupakan solusi paling tepat untuk kasus pemilihan produk dengan spesifikasi yang sama. Hal ini dibuktikan dengan nilai consistency ratio dari model yang diusulkan yang kurang dari 0,10. Dalam pengujian ini, terlihat bahwa hasil akhir dari CR adalah 0,0054. 0,0054 lebih kecil dari 0,10 sehingga terbukti bahwa model sistem pendukung keputusan pada penelitian ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pemilihan produk yang memiliki spesifikasi yang sama. Model sistem pendukung keputusan dan alur proses yang diusulkan terbukti mampu membuat sistem pendukung keputusan yang tetap konsisten.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Amalia Utami ◽  
Bayu Rimba Pratama ◽  
Ana Hadiana

Website Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) merupakan salah satu fasilitas alternatif yang disediakan oleh pemerintah untuk melayani kebutuhan informasi publik masyarakat sesuai dengan amanat dari Undang-Undang nomor 14 tahun 2008. Di samping fungsi dari website PPID itu sendiri, tampilan muka dari sebuah website tetap perlu diperhatikan agar menarik perhatian dan antusiasme pengguna. Kansei Engineering (KE) adalah salah satu metode berbasis komputerisasi yang dapat membantu menilai suatu produk dengan memperhatikan aspek emosional berdasarkan eksplorasi dari perasaan dan penginderaan manusia. Dalam penerapan metode KE, terdapat proses pengumpulan dan pemilihan sampel produk yang dikenal dengan sebutan spesimen produk. Untuk menghindari kesalahan dalam pemilihan spesimen dapat diterapkan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan spesimen KE terpilih dari 30 spesimen random desain website PPID berdasarkan perbandingan perhitungan matriks terukur menggunakan metode FAHP. Hasil penelitan menunjukkan bahwa metode FAHP dapat diterapkan untuk penyaringan pemilihan spesimen website portal PPID untuk KE dengan hasil lima spesimen yang memiliki nilai alternatif tertinggi yaitu 0,999 dan metode FAHP ini dapat menghasilkan perhitungan nilai bobot yang lebih detail dengan penentuan tingkat kepentingan dari kriteria pada penelitian.


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 001-012
Author(s):  
Cindy Cahyaning Astuti ◽  
Herlinda Maya Kumala Sari ◽  
Nuril Lutvi Azizah

E-learning merupakan media pembelajaran yang mulai digunakan di berbagai perguruan tinggi, meskipun tidak digunakan 100% karena sebagian masih menggunakan tatap muka. Karena masih baru, maka pembelajaran e-learning perlu dievaluasi agar menjadi lebih baik lagi. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pembelajaran e-learning untuk mengetahui seberapa besar metode tersebut dapat diterima oleh mahasiswa. Alat yang kami gunakan untuk mengevaluasi adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa masih lebih suka metode tatap muka daripada e-learning karena dengan tatap muka materi lebih mudah diserap dan interaksi dengan dosen lebih terjalin jika dibandingkan menggunakan e-learning. Namun e-learning punya kelebihan yaitu waktunya yang lebih fleksibel dibandingkan tatap muka, serta pengumpulan tugas dirasa lebih mudah dengan e-learning.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document