scholarly journals KOMBINASI POC SABUT KELAPA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

Author(s):  
Silvi Gustiani

Salah satu strategi efisiensi dalam budidaya sayuran adalah menekan biaya produksi pada setiap usaha taninya dengan menggunakan pupuk yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan optimal. Salah satu upaya pemupukan berimbang menggunakan Kombinasi POC sabut kelapa dan NPK. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kombinasi POC sabut kelapa dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april sampai bulan agustus 2020 di desa kertabasuki, kecamatan maja, kabupaten majalengka. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan sembilan perlakuan dengan tiga kali ulangan. Faktor kombinasi pupuk yang diaplikasikan yaitu : A (0 ml POC + 0g NPK), B (50 ml POC + 5g NPK), C (50 ml POC + 0g NPK), D (100      ml POC + 5g NPK), E (100 ml POC + 0g NPK), F (150 ml POC + 5g NPK), G (150 ml POC + 0g NPK), H (200 ml POC + 5g NPK) dan I (200 ml POC + 0g NPK). Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi POC sabut kelapa dan NPK berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Kombinasi 200 ml POC tanpa NPK memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman 9 mst diameter dan bobo buah cabai.

2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 28-36
Author(s):  
Nehru Nehru ◽  
Baktiar Baktiar ◽  
Fahruddin Fahruddin

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai media tanam hidroponik (pasir, arang dan abu gosok) terhadap pertumbuhan tanaman cabe merah besar (Capsicum annum varietes longum). Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 macam perlakuan dengan 1 perlakuan sebagai control dengan masing-masing 4 kali pengulangan sehingga akan di peroleh 16 percobaan tiap pot perlakuan ditanam 1 pohon cabai merah besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penggunaan media tanam hidroponik dapat mempengaruhi pertumbuhan cabai merah besar (Capsicum annum, varietas longum) baik itu pada tinggi tanaman, panjang daun dan jumlah daun. Media tanam hidroponik yang paling bagus adalah media tanam dengan pasir. Hal ini dapat dilihat pada pengukuran tiap-tiap parameter penelitian sebagai beriku : Tinggi tanaman paling tinggi dengan rata-rata 20,37 cm (40 HSPT), dengan jumlah daun yang paling banyak dengan rata-rata 9,25 lembar (40 HSPT), dan panjang daun yang paling panjang dengan rata-rata 6,87 cm (HSPT)


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 126-133
Author(s):  
Manar Mukhtadhor ◽  
FNU Suharjono ◽  
Sri Rahayu

Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) adalah tumbuhan  yang mengandung nilai gizi  dan finansial tinggi. produksi cabai di Jawa Timur pada tahun 2011-2014 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2015 mengalami penurunan cukup tinggi. Upaya untuk meningkatkan produksi dan ketahanan cabai keriting adalah dengan penciptaan varietas baru yang tahan terhadap hama dan penyakit . Penelitian ini dilaksanakan bulan 13 April sampai 26 September 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Hayam Wuruk 1, Kaliwates, Jember, Jawa Timur. Ketinggian tempat 100-700 m dpl,. Penelitian ini diaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) Non faktorial dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut A = Benih Cabai Keriting Galur MG1012, B = Benih Cabai Keriting Varietas KIYO , C = Benih Cabai Keriting Varietas JINGGO , D = Benih Cabai Keriting Varietas LADO. Data Observasi dianalisi dengan menggunakan uji rumus F (ANOVA) diikuti oleh uji lanjut BNJ. Hasil penelitian menjelaskan bahwa intensitas serangan hama kutu daun persik (Myzus Persicae L) pada galur MG1012 berpengaruh sangat nyata. Intensitas serangan adalah 4,53 dan termasuk dalam kategori sangat tahan.


2013 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
Author(s):  
Yanti Ningsih ◽  
Efri Efri ◽  
Titik Nur Aeny

Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman semusim yang tergolong dalam famili solanaceae. Budidaya cabai seringkali menghadapi banyak kendala terutama dalam usaha meningkatkan produktivitas, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu penyakit yang menjadi kendala pada pertanaman cabai adalah penyakit antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici dan pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fraksi ekstrak daun nimba dan daun jarak sebagai biofungisida terhadap pertumbuhan C. capsici secara in vitro penyebab penyakit antraknosa pada cabai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun nimba fraksi alkohol 90% , ekstrak daun jarak fraksi alkohol 10%, fraksi alkohol 90%, fraksi etil asetat 10% dan fraksi n-heksana 90% berpotensi sebagai fungisida nabati yang dapat menghambat pertumbuhan koloni dan pembentukan spora C. capsici.


2013 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Syamsu Ardhona ◽  
Kus Hendarto ◽  
Agus Karyanto ◽  
Yohannes Cahya Ginting

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Permintaan produk cabai cenderung terus meningkat.  Nilai ekonomi yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani.  Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat dan pemenuhan gizi masyarakat, banyak usaha yang dapat dilakukan guna peningkatan produksi cabai merah yang tinggi.  Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik budidaya yang baik dan benar sehingga hasil yang diperoleh optimal.  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh pemberian dua jenis mulsa dan tanpa mulsa terhadap karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah, (2) mengetahui jenis mulsa yang menghasilkan karakteristik pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah yang terbaik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar, Gedong Tataan  pada bulan Oktober 2011– April 2012.  Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan (tanpa mulsa, mulsa plastik, mulsa jerami) dan tiga ulangan.  Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett.  Jika asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Pemberian mulsa plastik hitam perak dan jerami menunjukkan pengaruh terhadap karakteristik tanaman cabai yang berbeda dibandingkan tanpa mulsa, yaitu pada variabel tinggi tanaman dan tingkat percabangan, (2 Penggunaan mulsa plastik lebih baik daripada mulsa jerami untuk produksi tanaman cabai.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 9-14
Author(s):  
Meidisya Tiandora ◽  
Widyawati Widyawati ◽  
Darmawangsa Darmawangsa

Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, prevalensi karies gigi di Indonesia sangat tinggi. Bakteri penyebab karies gigi adalah Streptococcus viridans. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya penggunaan agen antimikroba. Agen antimikroba alami yang mudah didapatkan, seperti buah cabai keriting. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah cabai keriting (Capsicum annuum, L ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan laboratorium secara In vitro. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hambat minimum (KHM) terdapat pada konsentrasi 0,11% yaitu 0,058. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat kadar hambat pada ekstrak buah cabai keriting (Capsicum annuum, L ) pada konsentrasi 0,11% terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus viridans, sedangkan untuk kadar bunuh minimum (KBM) pada penelitian ini belum didapatkan karena adanya keterbatasan alat.


2018 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
Author(s):  
Cicih Sugianti ◽  
Dwi Dian Novita ◽  
Diana Mustika

Penyakit antraknosa salah satu penyakit penting pada tanaman cabai yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. Hot water treatment (HWT) merupakan salah satu teknologi yang dapat diterapkan dalam penanganan pascapanen untuk menekan perkembangan penyakit antraknosa pada cabai merah. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perlakuan pelilinan dengan ekstrak jahe terhadap umur simpan cebe merah. Faktor pertama adalah suhu HWT dengan 3 taraf (45°C, 50°C, dan 55°C) selama 15 menit, dan faktor yang kedua adalah pelilinan menggunakan ekstrak jahe dengan 2 taraf (30% v/v dan 40%v/v). Hasil penelitian menunjukkan analisis sidik ragam dengan taraf 5% perlakuan suhu pencelupan berpengaruh nyata terhadap susut bobot, kekerasan, dan kadar air. Faktor konsentrasi ekstrak jahe berpengaruh nyata terhadap kekerasan dan kadar air. Sedangkan interaksi faktor suhu pencelupan dan konsentrasi jahe berpengaruh nyata terhadap kekerasan dan kadar air. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan interaksi terhadap parameter kekerasan, kadar air, dan penampakan cabai merah pada hari ke-18 penyimpanan didapatkan perlakuan terbaik yaitu perlakuan dengan temperatur 45°C dan konsentrasi ekstrak jahe 30%.Kata kunci: cabai merah, antraknosa, hot water treatment, pelilinan antimikroba.


2006 ◽  
Vol 36 (1) ◽  
pp. 113-119 ◽  
Author(s):  
José Ezequiel Villarreal Núñez ◽  
Nelson Moura Brasil do Amaral Sobrinho ◽  
Nelson Mazur

Este trabalho teve por objetivos determinar a influência de diferentes métodos de preparo do solo sobre as perdas por erosão de metais pesados e na contaminação do solo e de frutos de pimentão (Capsicum annuum L.) com esses elementos. A avaliação foi realizada durante os meses de dezembro de 1999 a março de 2000, no ciclo de cultivo do Pimentão (Capsicum annuum L.). Foram utilizadas parcelas do tipo Wischmeier, de tamanho de 22,0 x 4,0m. Os tratamentos utilizados foram os seguintes: (i) aração com trator morro abaixo e queima dos resíduos vegetais (MAQ); (ii) aração com trator morro abaixo e não queima dos resíduos vegetais (MANQ); (iii) aração com tração animal em nível, faixas de capim colonião a cada 7,0m (AA) e (iv) cultivo mínimo, com preparo de covas em nível (CM). As perdas mais elevadas de metais pesados por erosão foram verificadas no tratamento MAQ, típico da região. A concentração de Pb no fruto in natura, nos quatros sistemas de preparo do solo, e de Cd no CM estiveram acima dos limites permitidos para alimentos in natura, estando impróprios para o consumo humano Os resultados obtidos neste trabalho permitem concluir que o uso intensivo de agroquímicos associados às elevadas perdas de solo por erosão pode determinar sérios riscos de contaminação do solo, água e alimentos produzidos.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Sri Harti ◽  
Ashri Indriati ◽  
Savitri Dyah

Research has been carried out on the use of cocoa pod husks for making liquid smoke. Liquid smoke is the result of condensation from direct or indirect combustion vapors from materials that contain lignin, cellulose, hemicellulose and other carbon compounds. This research was conducted to determine the effect of liquid smoke from cocoa pod husk on the germination of red chilli seeds (Capsicum annuum L). The first stage of this research is the manufacture of liquid smoke from the cocoa pod husk using pyrolyzer. The resulting liquid smoke is subjected to chemical and physical quality testing, and is applied as a liquid fertilizer for red chilli seeds (Capsicum annuum L). The test results of making liquid smoke from the cocoa pod husk showed that the yield of liquid smoke produced was 19%. The results of the analysis of the chemical quality of liquid smoke in the third grade by using GCMS detected 30 chemical components, the main component as a liquid smoke characteristic is acetic acid, phenol, carbamic acid compounds. The results of the physical quality analysis of liquid smoke show a very strong smell, reddish brown, and black sediment in the form of tar. The results of the testing of liquid smoke on the germination of red chilli seeds showed that the concentration of liquid smoke (0%, 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, 3%, 3.5%, 4% , 4.5% and 5%) have a very significant effect on the maximum growth potential and germination of red chili seeds (Capsicum annum L).


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 9-14
Author(s):  
Meidisya Tiandora ◽  
Widyawati Widyawati ◽  
Darmawangsa Darmawangsa

Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, prevalensi karies gigi di Indonesia sangat tinggi. Bakteri penyebab karies gigi adalah Streptococcus viridans. Pencegahan karies dapat dilakukan dengan berbagai upaya, diantaranya penggunaan agen antimikroba. Agen antimikroba alami yang mudah didapatkan, seperti buah cabai keriting. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah cabai keriting (Capsicum annuum, L ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan laboratorium secara In vitro. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hambat minimum (KHM) terdapat pada konsentrasi 0,11% yaitu 0,058. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat kadar hambat pada ekstrak buah cabai keriting (Capsicum annuum, L ) pada konsentrasi 0,11% terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus viridans, sedangkan untuk kadar bunuh minimum (KBM) pada penelitian ini belum didapatkan karena adanya keterbatasan alat.


Agrologia ◽  
2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Maria Nindatu ◽  
Debby Moniharapon ◽  
Stesiana Latuputty

Red chili (Capsicum annuum L.) is an important commodity and has high economic value in Indonesia. Problems encountered in the cultivation of chili in Indonesia decreased productivity due to pests attack. Aphids (Aphis gossypii) is a major pest that attacks the chili leaves. This research was aimed to determine the effectiveness of ered pepper (Capsicum annuum L.) extract on mortality of aphids; especially  the effective concentration and LC50 of red chili extract on mortality of aphids (Aphis gossypii). This research tested five concentration of chili extract treatments with four replicates each. Third instar of nymphs were fasted for 30 minutes before, then nymphs attached to the chili leaves were trasferred into the petri dish. Each petri dish filled with 10 nymph of Aphis gossypii. Red chili extract of 3%, 5%, 7% and 9% sprayed 3 times on the nymph. Mortality rate was calculated 24 hours after application. The results showed that the extract of red pepper were effective to kill aphids nymphs, the lowest mortality was  35% at a concentration of 3% and the highest one was up to 92.5% at a concentration of 9%. Effective concentration (LC50) extract of red pepper that cause 50% of the mortality of the aphids for 24 hours of testing was  7.46%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document