scholarly journals Literature Review : Pengalaman Perawat Terkait Pelaksanaan Cultural Competence Di Ruang Intensive Care Unit

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 52-61
Author(s):  
Yeni Binteriawati ◽  
Tuti Pahriah ◽  
Aan Nuraeni

Intensive Care Unit (ICU) merupakan area kegiatan asuhan yang dikondisikan dan dirancang dengan baik untuk mengobati kondisi kritis, perawat harus memikili kopetensi budaya yang baik. Budaya memainkan peran besar dalam nilai – nilai, keyakinan, prilaku dan penilaian situasional terkait dengan kesehatan. Bila tidak ditangani akan mengakibatkan konsekuensi sosial dan klinis yang negatif, lingkungan yang tidak jelas, kebingungan, pesan tidak tersampaikan, ketidaktahuan pasien, keterlambatan informed consent dan kualitas perawatan yang rendah. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan pengalaman perawat terkait pelaksanaan Cultural Competence di ICU dari penelitian - penelitian yang sudah dilakuan. Metode yang digunakan dengan pencarian eletronik artikel terdiri dari studi kualitatif yang dikumpulkan dari basis data elektronik seperti Medline, Google Scholar, Science Direct, PubMed dan Proquest dengan menggunakan kata kunci MeSH yang relevan yaitu : Cultural Competence, Intensive Care Unit, dan Nursing. Artikel yang dipilih sesuai dengan kriteria SPIDER, diterbitkan tahun 2012-2018, ditulis dalam bahasa Inggris. Evaluasi artikel menggunakan penilaian kritis dan pedoman PRISMA. Dari hasil penelurusan literatur yang dilakukan, ditemukan sebanyak 7 (tujuh) artikel terkait dan memenuhi kriteria. Hasil tema – tema yang muncul terkait pelaksanaan cultural competence diantaranya keterlibatan (partisipasi) keluarga dalam proses perawatan, mengunakan penerjemah, mempertahankan tim yang multikultural, komunikasi prosedur dan diagnosa yang jelas dan mengakui keanekaragaman budaya.        

Author(s):  
Muhamad Pondi ◽  
Suhaimi Fauzan ◽  
Nita Arisanti Yulanda

Latar Belakang: Pelaksanaan pelayanan keperawatan di ruang Intensive Care Unit (ICU) lebih memfokuskan kepada perawatan pasien kritis, sehingga keluarga pasien yang menunggu merasa terabaikan. Hal ini akan berdampak terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang kurang baik. Masalah yang sering terjadi oleh keluarga di ruang ICU ialah kurang terpenuhi pemenuhan kebutuhan keluarga pasien. Implementasi yang dapat perawat lakukan ialah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan keluarga yang menjadi prioritas. Tujuan: Mengidentifikasi gambaran kualitas pelayanan keperawatan dan pemenuhan kebutuhan keluarga pasien di ICU. Metode: Jenis penelitian literature review dengan teknik analisis data menggunakan content analyis, artikel diperoleh dari database Google Scholar, PubMED, neliti.com, Portal Garuda dan Research Gate, menggunakan kata kunci: kualitas pelayanan keperawatan, Intensive Care Unit, kebutuhan keluarga, family needs, quality, nursing care. Ekstraksi data meliputi nama pengarang, tahun, negara,tujuan, reponden, desain, finding/temuan. Hasil: Dari hasil literature review ditemukan tujuh artikel yang sesuai dengan kriteria. Analisis menunjukkan bahwa pelaksanaan kualitas pelayanan di ICU dan pemenuhan kebutuhan keluarga sudah rata-rata baik. Pasien dan keluarga merasa puas atas pelayanan keperawatan, terutama mengenai daya tanggap dan rasa empati. Kebutuhan yang menjadi prioritas ialah jaminan pelayanan dan informasi. Kesimpulan: Kualitas pelayanan keperawatan di ICU telah baik dari unsur daya tanggap dan empati perawat. Pemenuhan kebutuhan keluarga diprioritaskan ialah jaminan pelayanan dan informasi. Kata Kunci: Kualitas pelayanan, kebutuhan keluarga, Intensive Care Unit Referensi: 55 (2012-2019)


Author(s):  
Catherine Larocque ◽  
Wendy E. Peterson ◽  
Janet E. Squires ◽  
Martha Mason-Ward ◽  
Kelli Mayhew ◽  
...  

2018 ◽  
Vol 13 (3) ◽  
pp. 107-111 ◽  
Author(s):  
Avelino C Verceles ◽  
Waqas Bhatti

Conducting clinical research on subjects admitted to intensive care units is challenging, as they frequently lack the capacity to provide informed consent due to multiple factors including intensive care unit acquired delirium, coma, the need for sedation, or underlying critical illness. However, the presence of one or more of these characteristics does not automatically designate a potential subject as lacking capacity to provide their own informed consent. We review the ethical issues involved in obtaining informed consent for medical research from mechanically ventilated, critically ill patients, in addition to the concerns that may arise when a legally authorized representative is asked to provide informed consent on behalf of these patients.


Cureus ◽  
2018 ◽  
Author(s):  
Amna Ejaz ◽  
Munis M Ahmed ◽  
Azka Tasleem ◽  
Muhammad Rafay Khan Niazi ◽  
Muhammad Farhan Ahsraf ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 28-35
Author(s):  
Siti Nur Ngaisah ◽  
La Ode Abd Rahman

Pendahuluan: Orangtua dengan bayi sakit kritis yang dirawat di NICU memiliki stres emosional dan kecemasan akibat dari hospitalisasi. Kebutuhan setiap orangtua berbeda-beda karena banyak faktor yang memengaruhi kebutuhan tersebut. Keseragaman informasi sangat di butuhkan agar perawatan setelah di rumah dapat dilakukan secara baik guna tumbuh kembang bayi. Tujuan: Memberikan gambaran dan gagasan dari hasil literature review tentang kemungkinan pengembangan sistem informasi keperawatan berbasis mobile elektronik tentang kesehatan anak. Metode: menggunakan studi literatur dalam memilih dan menelaah sepuluh jurnal pilihan keperawatan yang berhubungan dengan penggunaan aplikasi elektronik dalam bidang kesehatan. Hasil: Dari penelusuran literatur jurnal pilihan, didapatkan pemanfaatan E-Health dengan pendekatan mobile elektronik efektif dalam mengurangi kecemasan orangtua dan meningkatkan kualitas pelayanan di NICU


1991 ◽  
Vol 12 (01) ◽  
pp. 46-54 ◽  
Author(s):  
John M. Boyce

AbstractObjective:To review practices currently used to control transmission of methicillin-resistantStaphylococcusaureus (MRSA) in hospitals, determine the frequency of their use, and discuss the indications for implementing such measures.Design:A questionnaire survey to determine how commonly selected control practices are used, and a literature review of the efficacy of control practices.Participants:Two hundred fifty-six of 360 hospital-based members fo the Society for Hospital Epidemiology of America, Inc. (SHEA) completed the survey questionnaire.Result:Many different combinations of surveillance and control measures are used by hospitals with MRSA. Nine percent of hospitals stated that no special measures were used to control MRSA. The efficacy of commonly used control measures has not been established by controlled trials.Conclusions:Implementing control measures is warranted when MRSA causes a high incidence of serious nosocomial infections, and is desirable when MRSA has been newly introduced into a hospital or into an intensive care unit, or when MRSA accounts for more than 10% of nosocomial staphylococcal isolates. While the value of some practices is well established, measures such as routinely attempting to eradicate carriage of MRSA by colonized patients and personnel require further evaluation.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document