SKRINING KELAYAKAN DAN PERENCANAAN KEHAMILAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 8-12
Author(s):  
Nur Indah Noviyanti ◽  
Susanti Susanti ◽  
Gusriani Gusriani
Keyword(s):  

Keluarga berencana (KB) merupakan pelayanan kesehatan bagi perempuan yang tujuannya untuk mencegah masalah kesehatan pada wanita. Tindakan dari pelayanan KB ini adalah agar terhindar dari kelahiran yang tidak diinginkan, menunda kehamilan, mengatur jarak kehamilan, serta menghentingkan kehamilan. Tujuan dari program KB yang dibentuk oleh pemerintah adalah untuk membentuk keluaraga yang sejahtera secara kesehatan, ekonomi dan sosial. Program KB ini dapat terlaksana dengan metode penggunaan alat kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Gunung lingkas merupakan salah satu kelurahan di kota Tarakan yang memiliki kepadatan jumlah penduduk yaitu 1369 jiwa dengan 390 kepala keluarga (KK), tingkat kesertaan akseptor KB aktif yang kurang/dibawah rata-rata, rendahnya partisipasi keluarga dalam kegiatan ketahanan keluarga, serta perekonomian yang cukup rendah.  Hal ini membuat perlunya dilakukan inovasi untuk menjembatangi pemerintah melalui Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), dan kader dapat bersinergi dalam meningkatkan layanan penyuluhan kepada masyarakat khususnya Psangan Usia Subur (PUS) untuk mendukung nawacita presiden.Permasalahan mitra yang ada di keluruhan Gunung Lingkas adalah rendahnyanya partisipan akseptor KB dan ditambah dengan masalah pandemi COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru yang mengakibatkan pembatasan pelayanan fasilitas kesehatan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan KB. Hal ini, mengakibatkan masyarakat lebih memilih untuk tidak melanjutkan akseptor KB.. Indikasi inilah yang menjadi pemicau kehamilan yang tidak diinginkan (unwated).  Kehamilan yang tidak diinginkan    menjadikan kehamilan yang tidak berkualitas yang berdampak luas terhadap kasus-kasus terkait peningkatan angka kematian dan kesakitan ibu dan anak, seperti kasus aborsi, perdarahan, anemia selama hamil, malnutrisi , premature, berat bayi lahir rendah, dan kurangnya pemenuhan kebutuhan psikologis karena anak yang terlahir tidak diinginkan. Untuk mencegah adanya “baby boom” dan kehamilan yang tidak diinginkan maka solusi yang ditawarkan adalah melakukan penyuluhan panduan pelayanan KB selama masa pandemic COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru. Selain itu pentingnya melakukan skrining kelayakan dan perencanaan kehamilan pada PUS agar terciptanya keluarga bahagia dan sejahtera. Pelaksanaan ini bertujuan untuk mengoptimalisasi peran PLKB dan Kader dalam melakukan penyuluhan Panduan pelayanan KB selama masa COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru. Hal ini tentunya akan meningkatkan aktifitas pelayanan KB di wilayah Kelurahan Gunung Lingkas.

1991 ◽  
Vol 100 (1) ◽  
pp. 79-88
Author(s):  
Christian Ruby
Keyword(s):  

2021 ◽  
Vol 27 (8) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Rodney P Jones

The World War II baby boom, coupled with increasing life expectancy, will lead to increasing numbers of deaths for the next 40 years. The last year of life represents a large proportion (55%) of lifetime hospital bed occupancy. This is called the nearness to death effect. However, the nearness to death effect has not been factored into NHS capacity planning, which largely relies on age-based forecasting, often called the ageing population. In certain locations, deaths are predicted to rise far more rapidly than the national average of 1% per annual growth. These locations are highly susceptible to capacity pressures emanating from the nearness to death effect, which is not compatible with recent policies that aim to build smaller hospitals. This article is the first of a two-part series discussing these trends in deaths and bed demand, as well as the likely impact on NHS capacity and the implications for the NHS funding formula.


2008 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 189-200 ◽  
Author(s):  
Timothy Schmutte ◽  
Maria O'Connell ◽  
Melissa Weiland ◽  
Samuel Lawless ◽  
Larry Davidson

Preventing suicide has been identified as a national priority by recent commissions in the United States. Despite increased awareness of suicide as a public health problem, suicide in older adults remains a neglected topic in prevention strategies and research. This is especially true regarding elderly White men, who in terms of suicide rates have represented the most at-risk age group for the past half century. In light of the unprecedented aging of the United States as the baby boom generation enters late adulthood, suicide prevention initiatives that focus on aging males are needed to prevent a national crisis in geriatric mental health. This article provides a brief review of the perennially under-recognized reality of suicide in older men and prevention strategies that, if implemented, might help stem this rising tide of suicide in this vulnerable population.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document