scholarly journals Ibm Masyarakat Duasudara Kecamatan Ranowulu Bitung Dalam Melestarikan Kupu-Kupu Dilindungi, Endemik dan Terancam Punah

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Hanny Hesky Pontororing ◽  
Hanri Jefry Lengkong

Kekayaan hayati di CA DuaSudara sangat tinggi, bahkan beberapa di antaranya bersifat endemik atau distribusinya terbatas di sebagian Kawasan Sulawesi saja. Beberapa contohnya adalah Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum), dan Burung Rangkong (Rhyticeros cassidix), Selain satwa khas Sulawesi yang telah banyak dikenal, terdapat juga kupu-kupu yang endemik Sulawesi seperti spesies Troides  yang di Sulawesi terdapat dua supspesies yaitu supspesies Troides helena celularis dan Troides hipolitus. Salah satu kelemahan Masyarakat Kelurahan Duasudara adalah kurang menguasai tentang pengetahuan konservasi, manfaat kupu-kupu serta teknik identifikasi flora dan fauna, serta metode konservasi dilapangan.  Kegiatan Ibtek bagi Masyarakat  ini dilaksanakan di Kelurahan Dua Sudara Keamatan Ranowulu Bitung Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam Kegiatan PKM ini  metode ceramah dan diskusi. Peserta kegiatan ini adalak Lurah Kelurahan Dua Sudara, Aparat Kelurahan, Tokoh Masyarakat dan Karang Taruna Kelurahan Dua Sudara. Bedasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan terhadap Masyarakat Kelurahan Dua Sudara, dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberadaan Spesies Troides yang merupakan kupu-kupu yang dilindungi dan terancam punah.

Author(s):  
Hanry Jefry Lengkong ◽  
Hanny Hesky Pontororing

Biodiversitas fauna sangatlah penting, mengingat tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Sulawesi Utara. Hal ini karena terdapatnya beberapa satwa yang endemik di Sulawesi Utara, seperti: tangkasi (Tarsius spectrum), yaki (Macaca nigra), babirusa (Babyrousa babyrusa celebensis), anoa (Bubalus depresicornis), kalong sulawesi (Acerodon celebensis) dan kupu-kupu Troides. Akan tetapi, akibat perburuan dan perusakan hutan menyebabkan penurunan populasi satwa semakin menurun dan menjadi langka. Berbagai upaya konservasi telah dilakukan dengan menindak tegas serta hukuman terhadap pemburu belumlah cukup. Untuk itu perlu adanya upaya lewat penyadaran terhadap masyarakat lewat pendidikan terhadap anak-anak sekolah sebagai masa depan bangsa untuk turut serta melindungi dan melestarikan satwa. Tujuan dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat bagi anak-anak siswa SMA YPKM untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman agar supaya dapat berperan aktif dalam pelestarian lingkungan hidup khususnya satwa endemik yang berpotensi ekowisata di Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode pendidikan lingkungan pada usia dini. Metode ini dilakukan secara langsung lewat tatap muka, melalui beberapa cara, yaitu: Pemberian penjelasan atau paparan dengan membagikan materi tentang lingkungan hidup, jenis-jenis satwa yang dilindungi, dan kegiatan konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat menyerap materi yang disampaikan melalui bahasa lisan maupun tulisan dengan menggunakan alat bantu pengajaran lewat power point dan alat peraga berupa boneka tangan dan papan tebak gambar jenis-jenis satwa khususnya yang endemik dan dilindungi; Diskusi interaktif dengan siswa dan pengemukaan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat bertukar pikiran, pandangan, ketrampilan dan pengetahuan, menghargai pikiran dan pendapat orang lain, dan kerjasama dalam menyebarluaskan informasi; Menuangkan kondisi lingkungan secara visualisasi dalam bentuk gambar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat melihat kondisi lingkungan disekitarnya dan menjelaskannya dalam bentuk visual; Reward (pemberian penghargaan atau hadiah) kepada para siswa yang dapat menyelesaikan permainan dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa lebih aktif dan termotivasi untuk mengikuti pendidikan lingkungan. Pertumbuhan karakter pelestarian lingkungan ini perlu ditanamkan pada usia dini melalui berbagai metode yang dapat menarik perhatian sehingga secara efektif diingatnya, sehingga kegiatan ini perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.   Kata kunci: Siswa SMA YPKM, Pendidikan Lingkungan, Satwa endemik, Ekowisata


Diabetes ◽  
1986 ◽  
Vol 35 (2) ◽  
pp. 165-171 ◽  
Author(s):  
C. F. Howard ◽  
A. Van Bueren

2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
Author(s):  
James P. Higham ◽  
Michael Heistermann ◽  
Muhammad Agil ◽  
Dyah Perwitasari-Farajallah ◽  
Anja Widdig ◽  
...  

AbstractHigh social status is the primary determinant of reproductive success among group-living male mammals. Primates living in multimale–multifemale groups show the greatest variation in the strength of this link, with marked variation in reproductive skew by male dominance among species, dependent on the degree of female fertile phase synchrony, and the number of competing males. Here, we present data on two groups of wild crested macaques (Macaca nigra), living in the Tangkoko Reserve, Sulawesi, Indonesia. We investigated male monopolization of fertile females in 31 cycles of 19 females, and genetic paternity of 14 offspring conceived during the study period. We show that female fertile phase synchrony was low, that females had few mating partners in their fertile phase, and that dominant males monopolized a high proportion of consortships and matings, resulting in marked and steep mating and reproductive skew. We conclude that female cycle asynchrony provides the opportunity for strong direct male–male competition in crested macaques, resulting in monopolization of females by dominant males, consistent with their marked sexual dimorphism. Our study provides a test of the underlying factors that determine the relative occurrence and strength of different mechanisms of sexual selection, and the phenotypes that evolve as a result.


2003 ◽  
Vol 74 (5-6) ◽  
pp. 272-284 ◽  
Author(s):  
Sharon Gursky
Keyword(s):  

2010 ◽  
Vol 79 (1) ◽  
pp. 187-193 ◽  
Author(s):  
Christof Neumann ◽  
Gholib Assahad ◽  
Kurt Hammerschmidt ◽  
Dyah Perwitasari-Farajallah ◽  
Antje Engelhardt

2015 ◽  
Vol 2 (5) ◽  
pp. 150109 ◽  
Author(s):  
Jérôme Micheletta ◽  
Jamie Whitehouse ◽  
Lisa A. Parr ◽  
Paul Marshman ◽  
Antje Engelhardt ◽  
...  

Many species use facial features to identify conspecifics, which is necessary to navigate a complex social environment. The fundamental mechanisms underlying face processing are starting to be well understood in a variety of primate species. However, most studies focus on a limited subset of species tested with unfamiliar faces. As well as limiting our understanding of how widely distributed across species these skills are, this also limits our understanding of how primates process faces of individuals they know, and whether social factors (e.g. dominance and social bonds) influence how readily they recognize others. In this study, socially housed crested macaques voluntarily participated in a series of computerized matching-to-sample tasks investigating their ability to discriminate (i) unfamiliar individuals and (ii) members of their own social group. The macaques performed above chance on all tasks. Familiar faces were not easier to discriminate than unfamiliar faces. However, the subjects were better at discriminating higher ranking familiar individuals, but not unfamiliar ones. This suggests that our subjects applied their knowledge of their dominance hierarchies to the pictorial representation of their group mates. Faces of high-ranking individuals garner more social attention, and therefore might be more deeply encoded than other individuals. Our results extend the study of face recognition to a novel species, and consequently provide valuable data for future comparative studies.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document