tarsius spectrum
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

31
(FIVE YEARS 3)

H-INDEX

9
(FIVE YEARS 0)

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Hanny Hesky Pontororing ◽  
Hanri Jefry Lengkong

Kekayaan hayati di CA DuaSudara sangat tinggi, bahkan beberapa di antaranya bersifat endemik atau distribusinya terbatas di sebagian Kawasan Sulawesi saja. Beberapa contohnya adalah Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum), dan Burung Rangkong (Rhyticeros cassidix), Selain satwa khas Sulawesi yang telah banyak dikenal, terdapat juga kupu-kupu yang endemik Sulawesi seperti spesies Troides  yang di Sulawesi terdapat dua supspesies yaitu supspesies Troides helena celularis dan Troides hipolitus. Salah satu kelemahan Masyarakat Kelurahan Duasudara adalah kurang menguasai tentang pengetahuan konservasi, manfaat kupu-kupu serta teknik identifikasi flora dan fauna, serta metode konservasi dilapangan.  Kegiatan Ibtek bagi Masyarakat  ini dilaksanakan di Kelurahan Dua Sudara Keamatan Ranowulu Bitung Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam Kegiatan PKM ini  metode ceramah dan diskusi. Peserta kegiatan ini adalak Lurah Kelurahan Dua Sudara, Aparat Kelurahan, Tokoh Masyarakat dan Karang Taruna Kelurahan Dua Sudara. Bedasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan terhadap Masyarakat Kelurahan Dua Sudara, dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberadaan Spesies Troides yang merupakan kupu-kupu yang dilindungi dan terancam punah.


PHARMACON ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 740
Author(s):  
Jhon I. Sandy ◽  
Saroyo Saroyo ◽  
Lalu Wahyudi

ABSTRACT The Kuwil Village Forest City holds an endemic species of Tangkasi (Tarsier spectrum). The condition of forests that characterizes primary forests makes the stems remain in the forest area still status is urban forest. The area of the City Forest of the Kuwil Village is ± 43 ha with a total sampling area of 0.0275 km2 or 2.75 ha with the number of plots installed putting together 14 plots that form a circle with a radius of 25 m. Data was collected in the morning at 05.00-06.15 WITA. Based on the research results obtained a total of duet calls at the location obtained 18 duet calls with a total of 2627 tails / km2 or 26.27 tails / ha which indicates a high population density in urban forest areas. Kuwil City Forest has a variety of potential wildlife that can be processed for conservation of its sustainability. Wildlife conservation can be useful in the future so that it can be used as the development of wildlife utilization both for recreation, natural attractions, and research development. Key words: Kuwil Village, Tangkasi, Kuwil Urban Forest, Density of Tarsier, Conservation. ABSTRAKHutan Kota Desa Kuwil menyimpan satwa endemik tangkasi (Tarsius spectrum). Kondisi hutan yang mencirikan hutan primer membuat tangkasi tetap tinggal di kawasan hutan meskipun statusnya adalah hutan kota. Luas area Hutan Kota Desa Kuwil adalah ± 43 ha dengan luas area total pengambilan sampel adalah 0,0275 km2 atau 2,75 ha dengan  jumlah plot yang di pasang berjumlah 14 plot berbentuk lingkaran dengan jari-jari 25 m. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari pukul 05.00-06.15 WITA. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total duet call di lokasi berjumlah 18 duet call dengan jumlah 2627 ekor/Km2 atau 26,27 ekor/ha yang menunjukkan kepadatan populasi tangkasi pada kawasan hutan kota jumlah populasi yang tinggi. Hutan Kota Kuwil mempunyai beragam potensi satwaliar yang dapat diolah untuk memelihara kelestariannya. Konservasi satwaliar dapat berguna kedepannya agar dapat digunakan sebagai pengembangan pendayagunaan satwaliar baik untuk rekreasi, objek wisata alam, dan pengembangan penelitian. Kata kunci: Desa Kuwil, Tangkasi, Hutan Kota kuwil, Densitas Tangkasi, konservasi


Author(s):  
Hanry Jefry Lengkong ◽  
Hanny Hesky Pontororing

Biodiversitas fauna sangatlah penting, mengingat tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Sulawesi Utara. Hal ini karena terdapatnya beberapa satwa yang endemik di Sulawesi Utara, seperti: tangkasi (Tarsius spectrum), yaki (Macaca nigra), babirusa (Babyrousa babyrusa celebensis), anoa (Bubalus depresicornis), kalong sulawesi (Acerodon celebensis) dan kupu-kupu Troides. Akan tetapi, akibat perburuan dan perusakan hutan menyebabkan penurunan populasi satwa semakin menurun dan menjadi langka. Berbagai upaya konservasi telah dilakukan dengan menindak tegas serta hukuman terhadap pemburu belumlah cukup. Untuk itu perlu adanya upaya lewat penyadaran terhadap masyarakat lewat pendidikan terhadap anak-anak sekolah sebagai masa depan bangsa untuk turut serta melindungi dan melestarikan satwa. Tujuan dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat bagi anak-anak siswa SMA YPKM untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman agar supaya dapat berperan aktif dalam pelestarian lingkungan hidup khususnya satwa endemik yang berpotensi ekowisata di Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode pendidikan lingkungan pada usia dini. Metode ini dilakukan secara langsung lewat tatap muka, melalui beberapa cara, yaitu: Pemberian penjelasan atau paparan dengan membagikan materi tentang lingkungan hidup, jenis-jenis satwa yang dilindungi, dan kegiatan konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat menyerap materi yang disampaikan melalui bahasa lisan maupun tulisan dengan menggunakan alat bantu pengajaran lewat power point dan alat peraga berupa boneka tangan dan papan tebak gambar jenis-jenis satwa khususnya yang endemik dan dilindungi; Diskusi interaktif dengan siswa dan pengemukaan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat bertukar pikiran, pandangan, ketrampilan dan pengetahuan, menghargai pikiran dan pendapat orang lain, dan kerjasama dalam menyebarluaskan informasi; Menuangkan kondisi lingkungan secara visualisasi dalam bentuk gambar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat melihat kondisi lingkungan disekitarnya dan menjelaskannya dalam bentuk visual; Reward (pemberian penghargaan atau hadiah) kepada para siswa yang dapat menyelesaikan permainan dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa lebih aktif dan termotivasi untuk mengikuti pendidikan lingkungan. Pertumbuhan karakter pelestarian lingkungan ini perlu ditanamkan pada usia dini melalui berbagai metode yang dapat menarik perhatian sehingga secara efektif diingatnya, sehingga kegiatan ini perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.   Kata kunci: Siswa SMA YPKM, Pendidikan Lingkungan, Satwa endemik, Ekowisata


2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Nanik Hidayatik ◽  
Tuty Laswardy Yusuf ◽  
Muhammad Agil ◽  
Entang Iskandar ◽  
Dondin Sajuthi

Penentuan status reproduksi pada satwa liar atau satwa yang ditangkarkan merupakan faktor yang sangat penting dalam manajemen pengembangbiakan satwa. Evaluasi metabolit hormon estrogen dan progesteron secara non-invasive dari sampel feses untuk memonitor fungsi reproduksi telah dilakukan sejak lama pada beberapa spesies mamalia. Validasi asai pada Tarsius belum pernah dilaporkan sehingga validasi asai merupakan hal yang sangat penting sebelum digunakan dalam studi karena metabolit steroid bersifat spesifik spesies. Tujuan penelitian ini adalah melakukan validasi analitik kit enzyme linked immunoassay (ELISA) komersial untuk menganalisis metabolit hormon estrogen dan progesteron pada feses T. spectrum. Uji paralelisme dilakukan pada asai DRG® estradiol (E2), estron (E1), dan progesteron (P4) dengan pengenceran bertingkat (1:2–1:128) ekstrak feses dari beberapa status reproduksi yang berbeda  pada Tarsius yang dibandingkan dengan kurva standar dari masing-masing asai.  Hasil uji paralelisme terhadap kit DRG® estron menunjukkan hasil yang tidak paralel. Dari uji paralelisme DRG® estradiol dan progesteron, didapatkan hasil kurva sampel dengan standar yang tidak konsisten. Hanya ditemukan satu dari lima kurva sampel yang diuji yang paralel dengan kurva standar asai DRG® estrogen dan progesteron. Berdasarkan hasil tes paralelisme tersebut, kit komersial ELISA DRG® estron, estradiol, dan progesteron tidak dapat digunakan untuk mengukur metabolit  estrogen dan progesteron pada feses T. spectrum.


2018 ◽  
Vol 89 (2) ◽  
pp. 157-164 ◽  
Author(s):  
Nanik Hidayatik ◽  
Tuty Laswardi Yusuf ◽  
Muhammad Agil ◽  
Entang Iskandar ◽  
Dondin Sajuthi

ZOOTEC ◽  
2017 ◽  
Vol 32 (5) ◽  
Author(s):  
Aktor E. Loing ◽  
Siane Rimbing ◽  
Denny G.D. Rembet ◽  
M. J. Nangoy
Keyword(s):  

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan mengenai karakteristik sarang Tarsius. Diharapkan dengan deskripsi ini dapat dibuat suatu modifikasi sarang Tarsius. Manfaat yang diharapkan adalah memberikan informasi mengenai karakteristik sarang Tarsius di Cagar Alam Tangkoko dan sebagai referensi pengetahuan dalam bidang konservasi satwa langkah dan endemik. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Tangkoko Batuputih Bitung Sulawesi Utara selama 61 hari dengan menggunakan 10 sampel sarang Tarsius. Penelitian ini menggunakan metode observasi. Variabel penelitian ini adalah Jenis vegetasi, bentuk sarang, lingkaran pohon dan ketinggian sarang dari permukaan tanah, suhu dan kelembaban sarang dan variabel penunjang antara lain adalah ketinggian sarang dari permukaan laut (mdpl) dan vegetasi sekitar sarang. Berdasarkan hasil penelitian jenis vegetasi, ditemukan bahwa semuanya adalah pohon jenis Ficus sp dengan rataan lingkaran pohon adalah 8,169 m. Bentuk sarang Tarsius tidak beraturan dan lubang sarang umumnya berbentuk bulat lonjong dan berbentuk persegi dengan ketinggian sarang antara 1,5 m sampai 13 m. Suhu dalam sarang Tarsius antara 20,97°C sampai 23,92°C dan kelembaban sarang Tarsius antara 77,3% sampai 81,4%.  Rataan ketinggian sarang dari permukaan laut adalah 53 mdpl. Vegetasi di sekitar sarang Tarsius ditemukan 24 jenis vegetasi yang di dominasi oleh vegetasi jenis Leea indica dari famili Leeaceae.


2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Agustinus Politeknik Negeri Manado Walansendow ◽  
Bet El Silisna Lagarense
Keyword(s):  

Pembangunan kepariwisataan di Sulawesi Utara bertumbuh dan berkembang dengan didukung oleh berbagai sektor termasuk industri souvenir. Souvenir yang mepresentasikan produk pariwisata lokal adalah suatu komponen penting dari pengalaman wisatawan yang mengunjungi Sulawesi Utara. Namun, industri cendramata di Sulawesi Utara masih kurang memiliki ciri khas sebagai cendramata lokal dan masih terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik model dan desain souvenir dalam bentuk usaha mandiri sebagai pendukung produk pariwisata di Sulawesi Utara yang unik, berdaya jual dan berdaya saing dengan ciri khas lokal Sulawesi Utara. Data dan informasi dikumpulkan dari home industri di Sulawesi Utara yang memproduksi cendramata yang terbuat dari bahan kayu dan tempurung kelapa. Penelitian ini menggunakan angket berdasarkan survey, wawancara, diskusi kelompok fokus (FGD). Responden adalah pengrajin dan penjual cendramata di Sulawesi Utara. Wawancara juga dilakukan terhadap wisatawan yang berkunjung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karateristik produk souvenri dengan beberapa model dan desain untuk cendramata dari kelapa seperti miniatur yang berhubungan dengan pahlawan setempat seperti Sam Ratulangi, Toar Lumimuut dan Dotulolong Lasut. Miniatur yang berhubungan dengan fauna setempat seperti ikan purba (coelacanth), burung manguni dan tarsius spectrum yang melambangkan keunikan souvenir Sulawesi Utara. Kata kunci: produk souvenir, kelapa, pariwisata


2015 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Mylton Mantouw ◽  
Saroyo Saroyo ◽  
Rooije R.H. Rumende ◽  
Roni Koneri

ABSTRAK Tarsius spectrum (nama sinonim: Tarsius tarsier) dalam bahasa lokal disebut tangkasi (Minahasa), ngasi (Sulawesi Tengah), Tanda bona passo (Wana), Podi (Tolaki), Wengu (Mornene) merupakan spesies primata endemik Sulawesi. Tangkasi merupakan salah satu primata terkecil dan beberapa diantara anggota spesiesnya merupakan satwa endemik Sulawesi yang terancam punah dan dilindungi. Menurut IUCN (2008), tarsius dalam Red Data Book IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) termasuk dalam kategori vulnerable (rentan). Penelitian ini bertujuan untuk menghitung densitas tangkasi pada elevasi yang berbeda di Gunung Klabat, Minahasa Utara. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah estimasi densitas Tangkasi berdasarkan vokalisasi (duet call) sesuai dengan yang dikembangkan oleh Saroyo et al (2014). Pada setiap elevasi dibuat 10 plot yang berbentuk lingkaran dengan diameter 100 m. Jarak antar plot 200 m. Berdasarkan hasil pengamatan, densitas tangkasi pada elevasi 500 mdpl (2,04 individu/Ha), elevasi 1000 mdpl (2,68 individu/Ha), elevasi 1500 mdpl (0,89 individu/Ha) dan elevasi 2000 mdpl (0,12 individu/Ha). Kata Kunci : Densitas, Tarsius spectrum, Gunung Klabat, Minahasa Utara DENSITY OF TANGKASI (Tarsius spectrum) AT DIFFERENT ELEVATIONS IN THE MOUNTAINS CLABAT, NORTH MINAHASA ABSTRACT Tarsius spectrum (synonym: Tarsius tarsier) in local language called tangkasi (Minahasa), ngasi (Central Sulawesi), Tanda bona passo (Wana), Podi (Tolaki), Wengu (Mornene) is a primate species endemic of Sulawesi. Tangkasi is one of the smallest primates and some of them the members of species is a species endemic to Sulawesi and protected. According to IUCN (2008), tarsius in the Red Data Book of IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) are included in the category of vulnerable. The objective of this research is quantify the density tangkasi at different elevations in Klabat, North Minahasa. The method of this research is to estimate the density of Tangkasi based duet call that suit with that developed by Saroyo et al (2014). At each elevation has made 10 plots were in circle form with diameter of 100 m. The distance between the plot are 200 m. Based on the observations, the tangkasi density at elevation of 500 meters above the sea (2.04 individuals / ha), elevation of 1000 meters above the sea (2.68 individuals / ha), elevation of 1500 meters above the sea (0.89 individuals / ha) and the elevation of 2000 meters above the sea (0.12 individuals / ha). Keywords: Density, Tarsius spectrum, Clabat Mountain, North Sulawesi.


ZOOTEC ◽  
2014 ◽  
Vol 34 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Jemi Urulamo ◽  
H. J. Kiroh ◽  
Manopo Hendrik ◽  
J. R. Buyung

ABSTRACT DESCRIPTION OF TANGKASI BEHAVIOR (Tarsius Spectrum) WHEN ENTERING THE   HOLE NEST TREE IN TANGKOKO NATURE RESERVE. Tarsier in Tangkoko Nature Reserve Batuangus many inhabit cavities in trees or root piles. Tarsier nest is a place that is safe from predators. This study aims to obtain data regarding some behavior that appears when Tarsier Tarsius activity around the nest tree at Tangkoko Nature Reserve. To determine the percentage of respective behavior that tarsiers in the show in the morning, afternoon and evening. The variables measured were some behaviors that arise between them. Grooming behavior, resting behavior, seeking shelter behavior, play behavior, data were analyzed and presented in a descriptive, which describes and explains the general description of the results of direct observations, the results showed that more Tangkasi doing grooming on morning with a percentage of 37.15%. during the day with a percentage of 31.19% early evening with a percentage of 31.19%. Tangkasi resting behavior is most prevalent during the day ie 38.70%. At night with a percentage of 32.25%, in the afternoon with 29.03% percentage. Sheltering behavior more activity in the morning with a percentage of 38.07% and the time of day with the percentage of 33.02%. While in the afternoon with a percentage of 28.89% behavior played almost evenly in each time. On the morning after finished foraging Tangkasi playing with percentage of 30, 18%, and the percentage of time during the day with 32.88% and a maximum in the late afternoon with a percentage of 37.38%. Keywords: Behavior Tangkasi (Tarsius spectrum)


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document