Predation Experiments on Infant Spectral Tarsiers (Tarsius spectrum)

2003 ◽  
Vol 74 (5-6) ◽  
pp. 272-284 ◽  
Author(s):  
Sharon Gursky
Keyword(s):  
Author(s):  
Hanry Jefry Lengkong ◽  
Hanny Hesky Pontororing

Biodiversitas fauna sangatlah penting, mengingat tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Sulawesi Utara. Hal ini karena terdapatnya beberapa satwa yang endemik di Sulawesi Utara, seperti: tangkasi (Tarsius spectrum), yaki (Macaca nigra), babirusa (Babyrousa babyrusa celebensis), anoa (Bubalus depresicornis), kalong sulawesi (Acerodon celebensis) dan kupu-kupu Troides. Akan tetapi, akibat perburuan dan perusakan hutan menyebabkan penurunan populasi satwa semakin menurun dan menjadi langka. Berbagai upaya konservasi telah dilakukan dengan menindak tegas serta hukuman terhadap pemburu belumlah cukup. Untuk itu perlu adanya upaya lewat penyadaran terhadap masyarakat lewat pendidikan terhadap anak-anak sekolah sebagai masa depan bangsa untuk turut serta melindungi dan melestarikan satwa. Tujuan dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat bagi anak-anak siswa SMA YPKM untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman agar supaya dapat berperan aktif dalam pelestarian lingkungan hidup khususnya satwa endemik yang berpotensi ekowisata di Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode pendidikan lingkungan pada usia dini. Metode ini dilakukan secara langsung lewat tatap muka, melalui beberapa cara, yaitu: Pemberian penjelasan atau paparan dengan membagikan materi tentang lingkungan hidup, jenis-jenis satwa yang dilindungi, dan kegiatan konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat menyerap materi yang disampaikan melalui bahasa lisan maupun tulisan dengan menggunakan alat bantu pengajaran lewat power point dan alat peraga berupa boneka tangan dan papan tebak gambar jenis-jenis satwa khususnya yang endemik dan dilindungi; Diskusi interaktif dengan siswa dan pengemukaan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat bertukar pikiran, pandangan, ketrampilan dan pengetahuan, menghargai pikiran dan pendapat orang lain, dan kerjasama dalam menyebarluaskan informasi; Menuangkan kondisi lingkungan secara visualisasi dalam bentuk gambar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat melihat kondisi lingkungan disekitarnya dan menjelaskannya dalam bentuk visual; Reward (pemberian penghargaan atau hadiah) kepada para siswa yang dapat menyelesaikan permainan dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa lebih aktif dan termotivasi untuk mengikuti pendidikan lingkungan. Pertumbuhan karakter pelestarian lingkungan ini perlu ditanamkan pada usia dini melalui berbagai metode yang dapat menarik perhatian sehingga secara efektif diingatnya, sehingga kegiatan ini perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.   Kata kunci: Siswa SMA YPKM, Pendidikan Lingkungan, Satwa endemik, Ekowisata


2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Nanik Hidayatik ◽  
Tuty Laswardy Yusuf ◽  
Muhammad Agil ◽  
Entang Iskandar ◽  
Dondin Sajuthi

Penentuan status reproduksi pada satwa liar atau satwa yang ditangkarkan merupakan faktor yang sangat penting dalam manajemen pengembangbiakan satwa. Evaluasi metabolit hormon estrogen dan progesteron secara non-invasive dari sampel feses untuk memonitor fungsi reproduksi telah dilakukan sejak lama pada beberapa spesies mamalia. Validasi asai pada Tarsius belum pernah dilaporkan sehingga validasi asai merupakan hal yang sangat penting sebelum digunakan dalam studi karena metabolit steroid bersifat spesifik spesies. Tujuan penelitian ini adalah melakukan validasi analitik kit enzyme linked immunoassay (ELISA) komersial untuk menganalisis metabolit hormon estrogen dan progesteron pada feses T. spectrum. Uji paralelisme dilakukan pada asai DRG® estradiol (E2), estron (E1), dan progesteron (P4) dengan pengenceran bertingkat (1:2–1:128) ekstrak feses dari beberapa status reproduksi yang berbeda  pada Tarsius yang dibandingkan dengan kurva standar dari masing-masing asai.  Hasil uji paralelisme terhadap kit DRG® estron menunjukkan hasil yang tidak paralel. Dari uji paralelisme DRG® estradiol dan progesteron, didapatkan hasil kurva sampel dengan standar yang tidak konsisten. Hanya ditemukan satu dari lima kurva sampel yang diuji yang paralel dengan kurva standar asai DRG® estrogen dan progesteron. Berdasarkan hasil tes paralelisme tersebut, kit komersial ELISA DRG® estron, estradiol, dan progesteron tidak dapat digunakan untuk mengukur metabolit  estrogen dan progesteron pada feses T. spectrum.


Author(s):  
Alnita Baaka ◽  
Rini Widayanti

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keragaman genetik gen COX1 pada Tarsius spectrum (T. spectrum), Tarsius dianae (T. dianae), dan Tarsius bancanus (T. bancanus). Sampel yang digunakan adalah 4 sampel jaringan T. spectrum asal Sulawesi Utara, 1 sampel jaringan T. dianae asal Sulawesi Tengah, 2 sampel jaringan T. bancanus asal Lampung, dan 3 sampel jaringan T. bancanus asal Kalimantan. Selanjutnya dilakukan isolasi deoxyribonucleic acid (DNA), amplifikasi dengan teknik polymerase chain reaction (PCR), pengurutan, dan data dianalisis menggunakan program MEGA v. 5.0. Hasil amplifikasi diperoleh produk PCR sebesar 1633 pasang basa (pb), hasil pengurutan DNA ditemukan 240 situs nukleotida dan 16 situs asam amino yang berbeda. Jarak genetika menggunakan Kimura-2 parameter paling tinggi 16,1%, paling kecil 0%, dan rata-rata 8,3%. Pohon filogenetika menggunakan metode Neighbor joining berdasarkan urutan nukleotida dan asam amino COX1 dapat membedakan antara T. bancanus, T. spectrum, dan T. dianae, namun tidak dapat membedakan antara T. bancanus asal Kalimantan dan T. bancanus asal Lampung.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Hanny Hesky Pontororing ◽  
Hanri Jefry Lengkong

Kekayaan hayati di CA DuaSudara sangat tinggi, bahkan beberapa di antaranya bersifat endemik atau distribusinya terbatas di sebagian Kawasan Sulawesi saja. Beberapa contohnya adalah Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum), dan Burung Rangkong (Rhyticeros cassidix), Selain satwa khas Sulawesi yang telah banyak dikenal, terdapat juga kupu-kupu yang endemik Sulawesi seperti spesies Troides  yang di Sulawesi terdapat dua supspesies yaitu supspesies Troides helena celularis dan Troides hipolitus. Salah satu kelemahan Masyarakat Kelurahan Duasudara adalah kurang menguasai tentang pengetahuan konservasi, manfaat kupu-kupu serta teknik identifikasi flora dan fauna, serta metode konservasi dilapangan.  Kegiatan Ibtek bagi Masyarakat  ini dilaksanakan di Kelurahan Dua Sudara Keamatan Ranowulu Bitung Sulawesi Utara. Metode yang digunakan dalam Kegiatan PKM ini  metode ceramah dan diskusi. Peserta kegiatan ini adalak Lurah Kelurahan Dua Sudara, Aparat Kelurahan, Tokoh Masyarakat dan Karang Taruna Kelurahan Dua Sudara. Bedasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan terhadap Masyarakat Kelurahan Dua Sudara, dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keberadaan Spesies Troides yang merupakan kupu-kupu yang dilindungi dan terancam punah.


ZOOTEC ◽  
2014 ◽  
Vol 34 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Jemi Urulamo ◽  
H. J. Kiroh ◽  
Manopo Hendrik ◽  
J. R. Buyung

ABSTRACT DESCRIPTION OF TANGKASI BEHAVIOR (Tarsius Spectrum) WHEN ENTERING THE   HOLE NEST TREE IN TANGKOKO NATURE RESERVE. Tarsier in Tangkoko Nature Reserve Batuangus many inhabit cavities in trees or root piles. Tarsier nest is a place that is safe from predators. This study aims to obtain data regarding some behavior that appears when Tarsier Tarsius activity around the nest tree at Tangkoko Nature Reserve. To determine the percentage of respective behavior that tarsiers in the show in the morning, afternoon and evening. The variables measured were some behaviors that arise between them. Grooming behavior, resting behavior, seeking shelter behavior, play behavior, data were analyzed and presented in a descriptive, which describes and explains the general description of the results of direct observations, the results showed that more Tangkasi doing grooming on morning with a percentage of 37.15%. during the day with a percentage of 31.19% early evening with a percentage of 31.19%. Tangkasi resting behavior is most prevalent during the day ie 38.70%. At night with a percentage of 32.25%, in the afternoon with 29.03% percentage. Sheltering behavior more activity in the morning with a percentage of 38.07% and the time of day with the percentage of 33.02%. While in the afternoon with a percentage of 28.89% behavior played almost evenly in each time. On the morning after finished foraging Tangkasi playing with percentage of 30, 18%, and the percentage of time during the day with 32.88% and a maximum in the late afternoon with a percentage of 37.38%. Keywords: Behavior Tangkasi (Tarsius spectrum)


1904 ◽  
Vol 23 (3) ◽  
pp. 619-654 ◽  
Author(s):  
Wilhelm Kurz
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document