scholarly journals The Nursery Technique of Juvenile Sandfish, Holothuri scabra

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 89
Author(s):  
Pitjont Tomatala ◽  
Petrus Paulus Letsoin ◽  
Evangelin Martha Yulia Kadmaer

Sea cucumbers are an Indonesian fisheries export commodity. Sea cucumber populations that are endangered in nature encourage sea cucumbers to be produced through hatchery and nursery. Through nursery, it is expected that sea cucumber juveniles are stronger and can increase survival rate when stocked in growth containers or restocked. This study aims to provide better sandfish nursery techniques and local area characteristics to support hatchery activities. This study was conducted in May - July 2018 at the Hatchery CV Pesona Manir Rat, Southeast Maluku Regency. Juvenile sandfish 30-36 days old, rearing in hapa measuring 100 x 100 x 70 cm with a density of 200 individuals/hapa. In one tank rearing is placed one hapa. During rearing, 100-150% of water is changed and given one-liter Navicular sp. every day. Aeration was installed 4 points on each hapa and water quality measurement was conducted every day. At the end of the study, body length measurements and mortality calculations were conducted. The result is that sea cucumber juvenile which is maintained has absolute growth ranging from 1.98 to 2.1 cm with an average absolute growth of 2.03 cm. The average mortality obtained was 53.83% with a range of 53% - 55%. Based on the discussion it was concluded that this technique can be applied in sandfish nursery. ABSTRAKTeripang merupakan komuditi eksport perikanan Indonesia. Populasi teripang yang terancam di alam mendorong teripang harus diproduksi melalui pembenihan dan pendederan. Melalui pendederan diharapakan anakan teripang lebih kuat dan dapat bertahan hidup lebih baik ketika ditebar pada wadah pembesaran atau direstoking. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi teknik pendederan teripang pasir yang lebih baik dan berkarakteristik daerah setempat guna menopang kegiatan pembenihan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2018 di Hatchery CV Pesona Manir Rat, Kabupaten Maluku Tenggara. Juvenil teripang pasir berusia 30 – 36 hari, dipelihara pada hapa berukuran 100 x 100 x 70 cm dengan kepadatan 200 individu / hapa. Pada satu bak pemeliharaan ditempatkan satu buah hapa. Selama pemeliharaan dilakukan pergantian air sebanyak 100 – 150 % dan diberikan satu liter Navicular sp. setiap hari. Aerasi dipasang sebanyak 4 titik pada setiap hapa dan dilakukan pengukuran kualitas air setiap hari. Diakhir penelitian, dilakukan pengukuran panjang tubuh dan perhitungan mortalitas. Hasilnya juvenile teripang yang dipelihara mengalami pertumbuhan mutlak berkisar antara 1,98 – 2,1 cm dengan rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 2,03 cm. Mortalitas rata-rata yang diperoleh sebesar 53, 83 % dengan kisaran 53 % - 55 %. Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa teknik ini dapat diterapkan dalam pendederan teripang pasir. 

2018 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 26
Author(s):  
Pitjont Tomatala ◽  
Petrus Paulus Letsoin ◽  
Evangelin Martha Yulia Kadmaer

<p align="center"><strong>Abstract</strong></p><p>Sea cucumber <em>Holothuria </em>sp. is a marine biota that has economic value. The rearing activity of sea cucumbers is still limited to the have bay or strait areas with relatively calm coastal. This research aimed to determine the effectiveness of two types of pen‒culture system for sea cucumber rearing to the influence of ocean waves and currents. This research was done from February to July 2017 in the coastal of Rat village, Southeast Maluku Regency. The two of cultivated containers tested were a conventional pen‒culture (treatment A) and engineered pen‒culture (treatment B). A total of 30 individuals sea cucumber seeds sized 4‒6 cm were released at each pen‒culture. Survival rate and water quality were also calculated as supporting data. Observation of endurance and clearance of pen‒culture was done every two weeks. The result of visual observation showed that conventional pen‒culture treatment A was more quickly damaged and it was more damaged compared to engineered pen-culture treatment B.Through t‒test we got T <sub>count</sub> (1.065) &lt; T<sub>table</sub> (6.313) for survival and T <sub>count</sub> (0.084) &lt; T<sub>table</sub> (1.782) for growth. The result means that treatment A and treatment B have the same effect onsurvival rate and growth of sea cucumber. The results showed that treatment B was better applied to more open waters than treatment A.</p><p> </p><p>Keyword: endurance, pen‒culture, sea cucumber, survival, growth</p><p> </p><p> </p><p align="center"><strong>Abstrak</strong></p><p>Teripang <em>Holothuria </em>sp. merupakan biota laut yang memiliki nilai ekonomis. Kegiatan budidaya teripang masih terbatas pada daerah‒daerah yang berteluk atau berselat dengan perairan yang relatif tenang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dua sistem budidaya teripang dalam kurungan tancap terhadap pengaruh gelombang laut dan arus. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari hingga Juni 2017 di perairan Desa Rat, Kabupaten Maluku Tenggara. Dua tipe wadah budidaya yang diujicobakan adalah kurungan tancap konvensional (perlakuan A) dan kurungan tancap yang direkayasa (perlakuan B). Pada setiap kurungan tancap, dimasukkan teripang pasir berukuran 4‒6 cm sebanyak 30 ekor. Sebagai data pendukung, dihitung persentase kelangsungan hidup dan pengukuran kualitas air. Pengamatan ketahanan dan kebersihan kurungan tancap dilakukan setiap dua minggu sekali. Hasil pengamatan visual diketahui bahwa kurungan tancap perlakuan A lebih cepat rusak dan mengalami kerusakan yang lebih besar dibandingkan perlakuan B. Melalui uji-tdiperoleh hasil T<sub>hitung</sub> (1,065) &lt; T<sub>tabel</sub> (6,313) untuk kelangsungan hidup, dan T<sub>hitung </sub>(0,084) &lt; T <sub>tabel</sub> (1,782) untuk pertumbuhan.  Hasil uji‒t bermakna bahwa perlakuan A dan perlakuan B memiliki pengaruh yang sama terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan teripang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan B lebih baik diaplikasikan pada perairan yang lebih terbuka dibandingkan perlakuan A.</p><p> </p><p>Kata kunci: ketahanan, kurungan tancap, teripang, kelangsungan hidup, pertumbuhan</p><p> </p>


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 266
Author(s):  
Pitjont Tomatala ◽  
Petrus P. Letsoin ◽  
Evangelin M.Y. Kadmaer

Sandfish (Holothurai scabra) and seaweed Gracilaria sp are marine commodities that have economic value and have good prospects in the market. These two commodities, if rearing together, will certainly provide added value to farmers. This research aims to determine the potential of sea cucumber polyculture, (H. scabra) and Gracilaria sp. which is maintained in culture. This research was conducted in April - May 2018 in the coastal of Rat village, Southeast Maluku Regency. Sea cucumbers are weighed and stocked on Pen-culture (measuring 4 x 3 meters) with a density of 40 individuals / Pen-culture. Gracilaria seeds are taken from young thallus which are tied into one clump and ditagging. After that, Gracilaria was weighed and spread in Pen-culture of 20 clump / Pen-culture. Observation of growth and survival of sandfish and Gracilaria sp done once a week. At the same time, predator control is carried out on pen-culture and water quality measurements. The results showed that sea cucumbers experienced absolute growth and survival rates of 18.20 g and 92.5% respectively. Gracilaria sp which is maintained does not experience growth, while the percentage of survival of Gracilaria sp is 20%. Based on the results of the research it can be concluded that Polyculture of sandfish, H. scaba and seaweed, Gracilria sp is not effective if Gracilria sp is stocked on the basis of Pen-culture.Keyword : Sandfish, Gracilaria, PolycultureABSTRAKTeripang pasir (Holothurai scabra) dan rumput laut Gracilaria sp merupakan komuditi laut yang bernilai ekonomis dan mempunyai prospek yang baik dipasaran. Kedua komuditi ini, jika dipelihara bersama tentunya akan memberikan nilai tambah bagi pembudidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi polikultur teripang pasir, (H. scabra) dan Gracilaria sp. yang dipelihara pada pen-culture.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2018 di perairan desa Rat, Kabupaten Maluku Tenggara. Teripang pasir ditimbang dan ditebar pada Pen-culture berukuran 4 x 3 meter dengan kepadatan 40 individu/Pen-culture. Bibit Gracilaria diambil dari thallus muda yang diikat menjadi satu rumpun dan ditagging. Setelah itu, Gracilaria ditimbang dan ditebar pada Pen-culture sebanyak 20 rumpun/ Pen-culture.Pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup teripang pasir dan Gracilaria sp. dilakukan  seminggu sekali. Pada waktu yang bersamaan, dilakukan juga pengontrolan predator pada Pen-culture dan pengukuran kualitas air. Hasil penelitian diketahui bahwa teripang mengalami rata-rata pertumbuhan mutlak dan kelangsungan hidup, masing-masing sebesar 18.20 g dan 92.5 %. Gracilaria sp yang dipelihara tidak mengalami pertumbuhan, sedangkan presentase kelangungan hidup Gracilaria sp sebesar 20 %. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Polikultur teripang pasir, H. scaba dan rumput laut, Gracilria sp tidak efektif jika Gracilria sp ditebar pada dasar Pen-culture. Kata kunci : Teripang pasir, Gracilaria, Polikultur


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Tina Herlina ◽  
Novi Susanti ◽  
Kukuh Andias ◽  
Imam Barzakh

AbstrakEksperimen untuk menyelidiki efek salinitas terhadap patogen nila (Oreochromis niloticus). Percobaan dilakukan di laboratorium Stasiun Karantina Ikan, Kualitas Pengendalian dan Keamanan Hasil Perikanan Bengkulu selama 30 hari. Eksperimen ini menggunakan desain acak dengan empat perlakuan dan empat replikasi. Perlakuan A: ikan di pelihara di 0 0/00, perlakuan B: ikan di pelihara di 2 0/00, perlakuan C: ikan di pelihara di 4 0/00 dan perlakuan D: ikan di pelihara di 6 0/00. Ikan disimpan di akuarium yang diisi air 75 liter dan setiap akuarium terdiri dari sepuluh ikan, dengan ukuran ikan berkisar 10- 12 cm. Pengamatan untuk parasit ikan dilakukan setiap lima hari. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Selain itu, pengukuran kualitas air dan pengamatan hematologi dilakukan setiap 5 hari. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh signifikan terhadap prevalensi dan intensitas parasit yaitu pada salinitas 6 g / L. Selain itu, salinitas juga memberikan dampak negatif terhadap tingkat kelangsungan hidup nila (Oreochromis niloticus).Kata kunci: salinitas; parasit; prevelensi; intensitas; kelangsungan hidupAbstractAn experiment to investigates the effect of salinity on pathogens of tilapia (Oreochromis niloticus). The experiment was conducted at the laboratory of Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Bengkulu for 30 days. This experiment used randomized designs with four treatment and four replications. Treatment A: fishes kept in 0 0/00, Treatment B: fishes kept in 2 0/00, Treatment C: fishes kept in 4 0/00 and Treatment D: fishes kept in 6 0/00.  Fish were kept on aquarium filled with 75-litre water and each aquarium consisted of ten fishes, with the size of fishes ranged 10 - 12 cm. The observation for fish parasites was conducted every five days. The data were analyzed by using the descriptive analyzed. Besides, water quality measurement and hematology observation were taking every 5 days. The descriptive analyzed result showed that salinity gives significance effect to the prevalence and intensity of parasites which was at salinity 6 g/L. Other, salinity also gave negative impact to survival rate of tilapia (Oreochromis niloticus).Keywords: salinity; parasites; prevalence; intensity; survival rate


Water ◽  
2018 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 264 ◽  
Author(s):  
◽  
◽  
◽  

An unmanned aerial vehicle-assisted water quality measurement system (UAMS) was developed for in situ surface water quality measurement. A custom-built hexacopter was equipped with an open-source electronic sensors platform to measure the temperature, electrical conductivity (EC), dissolved oxygen (DO), and pH of water. Electronic components of the system were coated with a water-resistant film, and the hexacopter was assembled with flotation equipment. The measurements were made at thirteen sampling waypoints within a 1.1 ha agricultural pond. Measurements made by an open-source multiprobe meter (OSMM) attached to the unmanned aerial vehicle (UAV) were compared to the measurements made by a commercial multiprobe meter (CMM). Percent differences between the OSMM and CMM measurements for DO, EC, pH, and temperature were 2.1 %, 3.43 %, 3.76 %, and <1.0 %, respectively. The collected water quality data was used to interpret the spatial distribution of measurements in the pond. The UAMS successfully made semiautonomous in situ water quality measurements from predetermined waypoints. Water quality maps showed homogeneous distribution of measured constituents across the pond. The concept presented in this paper can be applied to the monitoring of water quality in larger surface waterbodies.


Author(s):  
Shashika Lokuliyana ◽  
Anuradha Jayakody ◽  
N.B.R.P. Bandara ◽  
J.W.P. Deshapriya ◽  
P.C Kavinda ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document