Jurnal Akuakultur Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

476
(FIVE YEARS 60)

H-INDEX

4
(FIVE YEARS 1)

Published By Jurnal Akuakultur Indonesia

2354-6700, 1412-5269

2022 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 11-21
Author(s):  
Bambang Kusmayadi Gunawan ◽  
Kukuh Nirmala ◽  
Dinar Tri Soelistyowati ◽  
Daniel Djokosetiyanto ◽  
Wildan Nurussalam

This study aimed to evaluate the effect of light spectrum on growth and color performance of giant giant gourami Padang strain. The experiment used a completely randomized design (RAL) with four light emitting diode (LED) treatments in  different emission spectra (white, red, green, and blue) at 550 Lux intensity, compared to the control treatment (light room with white tubular lamp at 50 Lux intensity). The irradiation was carried out for 12 hours of photoperiod. The fish used had the total length of 82.90±4.2 mm and body weight of 9.87 ± 0.99 g. The highest growth performance was found in blue LED treatment with the specific growth rate of  2.73 ± 0.2% and feed efficiency of 86.26 ± 2.71%. The best color performance was found in red LED treatment with the RGB ratio of 44.57 ± 0.62% in dorsal fin, 38.41 ± 1.36% in pectoral fins, and 45.33 ± 2.25% in anal fin with the chromatophore cell concentration at 1.973±58 cells/mm2.   Keywords : Osphronemus gouramy, blue LED, spectrum, chromatophore, light   ABSTRAK   Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh spektrum cahaya terhadap kinerja pertumbuhan dan warna ikan gurami strain Padang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan cahaya lampu light emitting diodes (LED)  yang memiliki spektrum panjang gelombang berbeda (putih, merah, hijau dan biru) intensitas 550 Lux dan kontrol (cahaya ruang berasal dari lampu tubular putih intensitas 50 Lux). Penyinaran dilakukan selama 12 jam mengikuti fotoperiod. Ikan uji yang digunakan memiliki panjang total 82,90 ± 4,2 mm, dengan bobot 9,87 ± 0,99 g. Kinerja pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan LED biru dengan laju pertumbuhan spesifik sebesar 2,73 ± 0,2% dan efisiensi pakan sebesar 86,26 ± 2,71%. Performa warna terbaik terdapat pada perlakuan LED merah dengan rasio warna merah pada RGB bagian dorsal sebesar 44,57 ± 0,62%, sirip pektoral sebesar 38,41 ± 1,36%, dan sirip anal sebesar 45,33 ±  2,25% dengan jumlah sel kromatofor sebanyak 1973 sel/mm2.   Kata kunci : Osphronemus gouramy, LED biru, spektrum, kromatofor, cahaya        


2022 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Syahrizal Syahrizal ◽  
Ediwarman ◽  
Safratilofa ◽  
Muhamat Ridwan

Maggots is an organism derived from the eggs of the black fly, Hermentia illucens (black soldier fly, BSF), which undergoes metamorphosis in the second phase after the egg phase and before the pupa phase which then turns into an adult fly. The purpose of this study was to analyze the utilization of organic waste substrate on the production of BSF maggots cultivation. This research was conducted outdoor at the Freshwater Aquaculture Fisheries Center (BPBAT) Sungai Gelam Jambi with a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications; Treatment A: PKM (palm kernel meal) 100%, B (PKM 50% + cabbage vegetable waste 50%), C (PKM 50% + coconut pulp 50%) and D (PKM 50% + coconut pulp 25% + vegetable waste cabbage 25%). The average yield parameter of high maggots biomass in treatment A was 673.67 g/4 kg substrate and the lowest biomass in treatment D was 239.67 g/4 kg substrate. For the average weight and length of the best maggots in treatment A (0.20 g/individual) and (1.83 cm), the lowest was in B (0.12 g/Ind. and 1.58 cm). The highest was in treatment B (5,182.31 individual/4 kg substrate) and the lowest was in D (1,479.44 ind./4 kg substrate. The highest bioconversion value of maggots to organic matter OSE (organic substrate efficiency) was highest in treatment A (16, 84%) and the lowest was in D (5.99%). Technically, treatment A was slightly better than B, while economically the best organic substrate medium for maggots cultivation was in treatment B with a production cost of Rp. 7.257 and the ECR (economic conversion ratio) value of 5.81 was lower than the other 3 treatments.   Keywords: Maggots, black soldier fly, Hermentia illucens, organic waste.   ABSTRAK   Maggots merupakan organisme yang berasal dari telur seranga lalat hitam, Hermentia illucens (black soldier fly, BSF). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis pemanfaatan subtrat limbah organik terhadap produksi budidaya maggots BSF. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi dengan rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan 3 ulangan yaitu perlakuan A : PKM (palm kernel meal) 100%, B (PKM 50% + limbah sayur kol 50%), C (PKM 50% + ampas kelapa 50%), dan D (PKM 50% + ampas kelapa 25%+ limbah sayur kol 25%).Rata-rata biomassa tertinggi didapatkan pada perlakuanA (673,67g/4 kg subtrat) dan biomassa terendah dihasilkan pada perlakuan D (239.67g/4 kg subtrat). Untuk bobot rata-rata dan panjang maggots terbaik dihasilkan pada perlakuan A (0,20 g/individu dan 1,83 cm/individu), terendah pada B (0,12 g/individu dan (1,58 cm). Jumlah populasi maggots yang terbanyak dihasilkan pada perlakuan B (5.182,31 ind./4 kg subtrat) dan terendah pada D (1.479,44 individu/4 kg subtrat). Nilai biokonversi maggots terhadap bahan organik OSEterbaik (organic substrate efficiency) tertinggi pada perlakuan A (16,84%) dan terendah pada D (5,99%). Secara teknis perlakuan A sedikit lebih baik dari B sedangkan secara ekonomi media subtrat organik terbaik untuk budidaya maggots terdapat pada perlakuan B dengan biaya produksi sebesar Rp. 7.257 dan nilai ECR (economic convertion ratio) sebesar 5.81 lebih rendah dari ke 3 perlakuan lainnya.   Kata kunci: Maggots, black soldier fly, Hermentia illucens, limbah organik.


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 191-202
Author(s):  
Irzal Effendi ◽  
Ahmad Trio Pratama ◽  
Aldy Mulyadin ◽  
Dinamella Wahjuningrum

Untuk mendukung usaha budidaya ikan kerapu kini tengah digalakkan sistem pendederan intensif dalam keramba jaring apung (KJA) di laut. Salah satu cara untuk menjaga kondisi ikan tetap sehat dalam sistem tersebut yaitu dengan pemberian fitofarmaka seperti meniran-bawang putih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penambahan tepung meniran-bawang putih melalui pakan terhadap status kesehatan dan kinerja produksi benih ikan kerapu cantang pada pendederan dalam keramba jaring apung di laut. Benih ikan kerapu cantang (panjang 8.27 ± 0.16 cm dan bobot 10.89 ± 0.83 g) dipelihara dalam KJA berupa waring 1x1x1.5 m3 dan diberi pakan dengan penambahan tepung meniran-bawang putih 20 + 25 g/kg pakan selama 7 hari dan 14 hari pertama pemeliharaan, serta tanpa tepung meniran-bawang putih (kontrol) sebagai perlakuan. Ikan dipelihara selama 42 hari dan disampling setiap 2 minggu untuk diambil darah serta diukur bobot dan panjangnya. Penambahan tepung meniran-bawang putih selama 14 hari pada pakan ikan kerapu dapat meningkatkan status kesehatan dan kinerja produksi.   Kata kunci: ikan kerapu cantang, kinerja produksi, meniran-bawang putih, status kesehatan.


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 181-190
Author(s):  
Iik Muslihul Hanif ◽  
Irzal Effendi ◽  
Tatag Budiardi ◽  
Iis Diatin

One of the aquaculture commodities with high economic value is grouper fish (Epinephelus sp.). RAS is known as one of superior and suitable aquaculture systems in juvenile fish culture. RAS installed with NBs is expected to increase the stocking density and production of hybrid brown-marbled grouper. This study aimed to analyze the system performance of grouper fish juvenile culture in high stocking density with water exchange system, RAS, and combination of RAS and NBs. This study used a factorial design with two factors, namely different stocking densities and cultivation systems. The densities were 500, 600 and 700 fish/m3, while the treatment systems were RAS without NBs, RAS installed with NBs, and control treatment with 200% water change. Each treatment was replicated three times. The total aquaria used for this study were 27 as each size was 1.5 m × 0.5 m × 0.5 m. The study results showed that the RAS installed with NBs and a stocking density of 600 fish/m2 showed the best results on fish production performance. Keywords: density, growth, grouper, nanobubble, RAS     ABSTRAK   Pendederan ikan kerapu meripakan salah satu segmen dalam usaha budidaya ikan kerapu (Epinephelus sp.).  Salah satu sistem akuakultur yang cocok yang dapat digunakan dalam pendederan ikan kerapu ini adalah sistem recirculated aquaculture system (RAS). RAS dengan instalasi nanobubble (NBs) ini diharapkan bisa meningkatkan padat tebar dan kinerja produksi benih ikan kerapu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja sistem pendederan ikan kerapu dengan padat tebar tinggi berbasis sistem pergantian air, RAS, dan perpaduan antara RAS dan NBs. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial dengan dua faktor, yaitu padat tebar dan sistem budidaya berbeda. Padat tebar yang digunakan adalah 500, 600, dan 700 ekor/m3, sedangkan sistem budidaya terdiri dari RAS tanpa NBs, RAS dengan NBs dan kontrol (sistem pergantian air 200%), setiap perlakuan terdiri dari atas tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendederan menggunakan RAS dengan NBs dengan padat tebar 600 ekor/m2 menunjukkan kinerja produksi ikan kerapu yang terbaik.   Kata kunci: ikan kerapu, kepadatan, nanobubble, pertumbuhan, RAS


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 174-180
Author(s):  
Sarmila ◽  
Susilawati Susilawati ◽  
Sri Warastuti

The purpose of this study was to determine the best percentage of artificial feed substitution for growth and survival rate of giant-snakehead. This study used a completely randomized design (CRD) with 4 levels of artificial feed substitution dose treatment, namely 25%, 50%, 75%, 100%, and control (without artificial substitution). The feed used in the form of fresh trash fish mixed with artificial feed FF-999 with a protein content of 35%. The results showed that the control treatment (100% trash fish) gave the best survival rate and spesific growth rate of 75% and 2.12%/day, respectively. Meanwhile, the percentage of artificial feed substitution treatment which gave the best survival rate and specific growth rate was found in the substitution percentage treatment of 25% artificial feed with a survival rate of 66.67% and a daily weight growth rate of 1.89%/day. Substitution of 100% artificial feed caused death with a 0% survival rate. Keywords: artificial feed, feed substitution, giant-snakehead, survival rate, growth ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menentukan persentase substitusi pakan buatan yang terbaik untuk laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidup ikan toman. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan 4 level dosis substitusi pakan buatan yaitu 25%, 50%, 75% dan 100% serta 1 kontrol (tanpa substitusi pakan buatan). Pakan yang digunakan berupa ikan rucah segar dicampur dengan pakan buatan berupa pellet dengan merk FF-999 berkadar protein 35%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kontrol (100% ikan rucah) memberikan tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan berat harian terbaik masing-masing sebesar 75% dan 2.12%/hari. Sementara untuk perlakuan persentase substitusi pakan buatan yang memberikan tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan persentase substitusi sebesar 25% pakan buatan dengan tingkat kelangsungan hidup 66.67% dan laju pertumbuhan berat harian 1.89%/hari. Substitusi 100% pakan buatan menyebabkan kematian dengan tingkat kelangsungan hidup 0%. Kata kunci: ikan toman, kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, pakan buatan, substitusi pakan.


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 148-162
Author(s):  
Taufik Shidik Adi Nugroho Shidik ◽  
Julie Ekasari ◽  
Dedi Jusadi ◽  
Mia Setiawati

Cultivation of Moina sp is still constrained by its quality, productivity, and sustainability. The alternative solution is the use of cultivation media materials that have high nutritional content and easily available in large quantities to support the quality and productivity of Moina sp. and meet the needs of live feed. The objective of the study was to evaluate the effect of various culture medium on the productivity and nutritional quality of Moina sp.. Five culture media were tested in laboratory scale, i.e. organic ingredient (BO), Chlorella sp. (Ch), Chlorella sp. + organic ingredients (ChBO), biofloc (BF) and biofloc + organic ingredients (BFBO). While in mass scale, four culture media were tested, i.e. Chlorella sp. (Ch), Chlorella sp. + Organic Ingredients (ChBO), Biofloc (BF) and Biofloc + Organic Ingredients (BFBO). The peaks of Moina sp. density in different treatments were achieved in different days. ChBO treatments significantly had higher productivity (P<0.05). The highest protein content was found in Moina sp. cultured with ChBO media, even higher than artemia. Moina sp. cultured with Chlorella sp. (Ch) showed the highest PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acids) contents, while the highest MUFA (mono unsaturated fatty acids) contents was obtained from Moina sp. cultured with BFBO media lower than artemia. The study results indicates that different culture media produces different productivity and nutrient quality of Moina sp. The organic material combination of Chlorella sp. + organic material (ChBO) was the best media to improve the productivity and protein quality of Moina sp.    Keywords : Biofloc, Chlorella sp., Moina sp., organic matter, productivity, quality   ABSTRAK   Budidaya Moina sp. masih terkendala pada kualitas, produktivitas dan kestabilan dalam ketersediaannya. Untuk itu diperlukan penggunaan bahan media budidaya yang memiliki kandungan nutrisi tinggi dan mudah didapat dalam jumlah banyak untuk mendukung kualitas dan produktivitas Moina sp. demi memenuhi kebutuhan pakan hidup. Tujuan penelitian yaitu mengevaluasi pengaruh berbagai media budidaya terhadap produktivitas dan kualitas nutrisi Moina sp. Lima media kultur yang diuji dalam penelitian laboratorium yaitu Bahan Organik (BO), Chlorella sp. (Ch), Chlorella sp. + Bahan Organik (ChBO), Bioflok (BF) dan Bioflok + Bahan Organik (BFBO). Sedangkan pada penelitian skala massal diuji empat media kultur yaitu Chlorella sp. (Ch), Chlorella sp. + Bahan Organik (ChBO), Bioflok (BF) dan Bioflok + Bahan Organik (BFBO). Puncak kepadatan Moina sp. pada tiap perlakuan dicapai pada hari yang berbeda. Perlakuan ChBO memiliki produktivitas yang lebih tinggi (P<0,05). Kandungan protein Moina sp. tertinggi ditemukan pada media ChBO dan bahkan lebih tinggi dari pada artemia. Moina sp. yang dibudidayakan dengan Chlorella sp. (Ch), menunjukkan kandungan PUFA tertinggi, sedangkan kandungan MUFA yang tertinggi terdapat pada Moina sp. yang dibudidayakan dengan bahan media BFBO namun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan pada artemia. Hasil penelitian menunjukkan media kultur yang berbeda menghasilkan produktivitas dan kualitas nutrisi moina yang berbeda. Kombinasi bahan organik Chlorella + bahan organik (ChBO) merupakan media terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas nutrisi terutama protein Moina sp.   Kata kunci : Bioflok, Chlorella sp., Moina sp., bahan organik, produktivitas, kualitas


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 163-173
Author(s):  
Erni Susanti ◽  
Dinamella Wahjuningrum ◽  
Sri Nuryati ◽  
Mia Setiawati

Striped catfish Pangasianodon hypophthalamus is one of the intensive cultured commodities. Disease outbreak becomes inevitable to prevent in a fish culture. One of the most frequent disease occurred in striped catfish is the motile aeromonas septicemia (MAS) disease caused by Aeromonas hydrophila. This study aimed to evaluate the effectiveness of 1% dietary cinnamon powder and 0.5% dietary cinnamon leaf extract on the immune response of striped catfish challenged with A. hydrophila. Striped catfish used in this study sizing of 5.80 ± 0.21 g. This study contained two phases, namely in vitro and in vivo tests. In vitro test contained inhibition zone and antibacterial tests, which demonstrates that 1% cinnamon powder and 0.5% cinnamon leaf extract are effective to inhibit A. hydrophila activity. In vivo test contained four treatments, i.e fish fed with 1% cinnamon leaf powder supplemented diet; 0.5% cinnamon leaf extract supplemented diet, positive control diet, and negative control diet. Each treatment was performed in three replications. The result showed that 1% cinnamon leaf powder supplemented diet obtained the best results to enhance the immune response of striped catfish higher survival rate value at 83.33% than the positive control diet (P<0.05). Keywords: Aeromonas hydrophila, Cinnamomum burmannii, extract, Pangasianodon hypophthalmus, powder. ABSTRAK Ikan patin Pangasianodon hypophthalamus termasuk komoditas yang banyak dibudidayakan secara intensif. Kendala budidaya seperti penyakit pun sulit untuk dihindari. Salah satu jenis penyakit yang kerap menyerang ikan patin yaitu penyakit MAS (motile aermomonad septicaemia) yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas 1% (w/w) tepung dan 0,5% (w/w) ekstrak daun kayu manis dalam pakan sebagai upaya pencegahan infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan patin. Ikan patin yang digunakan berukuran 5,80 ± 0,21 g. Penelitian ini terdiri dua tahap yaitu uji in vitro dan uji in vivo. Hasil uji in vitro terhadap aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa dosis 1% (w/w) tepung daun kayu manis dan 0.5% (w/w) ekstrak daun kayu manis efektif dalam menghambat pertumbuhan A. hydrophila. Uji in vivo terdiri atas empat perlakuan yaitu pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kayu manis 1% (w/w), pemberian pakan dengan penambahan ekstrak daun kayu manis 0,5% (w/w), kontrol positif, dan kontrol negatif  dengan masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 1% (w/w) tepung daun kayu manis dalam pakan memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan respons imun ikan patin dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 83,33% lebih tinggi dibandingkan kontrol positif (P<0,05). Kata kunci: Aeromonas hydrophila, Cinnamomum burmannii, ekstrak, Pangasianodon hypophthalmus, tepung


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 139-147
Author(s):  
Jefry Jefry ◽  
Mia Setiawati ◽  
Dedi Jusadi ◽  
Ichsan Achmad Fauzi

This study was aimed to evaluate the utilization of hydrolyzed Indigofera zolingeriana by celullase enzyme as the feed ingredient of gourami fish. This study used a completely randomized design which contained three steps, whereas each step contained four treatments and four replications. The first step performed by evaluating the Indigofera leaf meal (ILM) added with cellulase enzyme of 0 g/kg (control), 0.4 g/kg, 0.8 g/kg, and 1.2 g/kg. The second step was the digestibility test of ILM on gourami seeds. The third step was feed evaluation added with ILM as much as 0% (control), 15%, 30%, and 45% against the growth performance on gourami seeds. The gourami seeds used in the second and third steps with a weight of 13.65 ± 0.39 g/seed and 5.95 ± 0.15 g/seed, respectively. The addition of 0.8 g/kg and 1.2 g/kg cellulase enzyme could significantly decrease the crude fiber of ILM with 43.33%, besides having the best value of total, ingredient, protein, lipid, and energy digestibility. The growth performance of gourami seeds given 15% ILM added feed had the best value and insignificantly different from the control feed without ILM addition based on the specific growth rate (SGR), protein retention (PR), and feed efficiency (FE).          Keywords: Cellulase, feed, hydrolyze, Indigofera zolingeriana, Osphronemus gouramy.   ABSTRAK   Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan daun Indigofera zolingeriana yang dihidrolisis enzim selulase sebagai bahan baku pada pakan benih ikan gurami. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas tiga tahap, dimana masing-masing tahap terdiri dari empat perlakuan dan empat ulangan. Pada tahap pertama dilakukan evaluasi tepung daun Indigofera (TDI) yang ditambahkan enzim selulase sebesar 0 g/kg (kontrol), 0.4 g/kg, 0.8 g/kg, dan 1.2 g/kg. Pada tahap kedua dilakukan uji kecernaan bahan TDI pada benih ikan gurami. Pada tahap ketiga dilakukan evaluasi pakan yang ditambahkan TDI sebesar 0% (kontrol), 15%, 30% dan 45%  terhadap kinerja pertumbuhan pada benih ikan gurami. Benih ikan gurami yang digunakan pada penilitian tahap kedua dengan bobot 13.65 ± 0.39 g/ekor dan 5.95 ± 0.15 g/ekor. Penambahan enzim selulase pada dosis 0.8 g/kg dan 1.2 g/kg secara signifikan mampu menurunkan serat kasar TDI sebesar 43.33 % dan memberikan nilai terbaik terhadap nilai kecernaan total, kecernaan bahan, kecernaan protein, kecernaan lemak dan kecernaan energi. Kinerja pertumbuhan benih ikan gurami yang diberikan pakan yang ditambahkan TDI sebesar 15% memilki nilai terbaik dan tidak berbeda nyata terhadap pakan kontrol tanpa TDI dari aspek laju pertumbuhan spesifik (LPS), retensi protein (RP) dan efisiensi pakan (EP).   Kata kunci: Hidrolisis, Indigofera zolingeriana, Osphronemus gouramy, pakan, selulase.


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 130-138
Author(s):  
Giri Maruto Darmawangsa ◽  
Muhammad Agus Suprayudi ◽  
Nurbambang Priyo Utomo ◽  
Julie Ekasari

This study aimed to evaluate the effect of organic selenium supplementation on diet with different protein levels on the growth performance and protein utilization of African catfish juvenile. A randomized 2×3 factorial design with two dietary protein levels (27% and 32%) and three dietary selenium (Se) supplementation levels (0 mg/kg, 3 mg/kg, and 6 mg/kg diet) in triplicates were applied in the study. African catfish juvenile with an initial average body weight and body length of 27.00 ± 0.14 g and 15.0 ± 0.5 cm, respectively, was reared in 18 units of aquarium (141 L) at a density of 142 fish/m3 for a rearing period of 40 days. Increasing organic Se supplementation level up to 6 mg/kg at high protein feed resulted in higher fish growth and final biomass, lower FCR, and higher protein utilization efficiency than those of other treatments.  Furthermore, supplementation of organic Se also resulted in lower lipid and higher Se concentrations in the fish body as well as higher blood protein level compared to those of the control. In conclusion, the result of this study suggested that dietary supplementation of organic Se up to 6 mg/kg could enhance the growth and protein utilization in African catfish fed with both low and high protein diet.   Keywords: African catfish, growth, dietary protein, protein utilization, organic selenium.   ABSTRAK   Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh suplementasi selenium organik pada pakan dengan kadar protein yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan dan pemanfaatan protein pakan ikan lele Clarias gariepenus. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2×3 dengan dua tingkat protein pakan (27% dan 32%) dan tiga tingkat suplementasi selenium (Se) pakan (0 mg/kg, 3 mg/kg, dan 6 mg/kg diet) sebanyak tiga ulangan. Ikan lele yang digunakan memiliki bobot awal rata-rata dan panjang tubuh 27 ± 0.14 g dan 15.0 ± 0.5 cm, dipelihara dalam 18 unit akuarium (141 L) dengan kepadatan 142 ekor/m3 selama 40 hari pemeliharaan. Peningkatan suplementasi Se organik hingga 6 mg/kg pada ikan yang diberi pakan protein tinggi menghasilkan kinerja pertumbuhan ikan dan biomassa akhir yang lebih tinggi, FCR yang lebih rendah, dan efisiensi pemanfaatan protein pakan yang lebih tinggi daripada perlakuan lain. Selain itu, suplementasi Se organik juga menghasilkan kadar lemak yang lebih rendah dan konsentrasi Se tubuh yang lebih tinggi serta kadar protein darah yang lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu suplementasi Se organik pada pakan hingga 6 mg/kg dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan pemanfaatan protein pakan pada ikan lele yang diberi pakan dengan kadar protein rendah dan tinggi.   Kata kunci: ikan lele, pertumbuhan, protein pakan, pemanfaatan protein, selenium organik.


2021 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 115-129
Author(s):  
Dodi Hermawan ◽  
Muhammad Agus Suprayudi ◽  
Dedi Jusadi ◽  
Alimuddin Alimuddin ◽  
Julie Ekasari

This study was aimed to evaluate the use of corn steep powder (CSP) as a plant protein source in Oreochromis niloticus diet. A commercial feed with 28% protein content and 368 kcal/g energy was used as reference diet, while the test feed consisting of various CSP content, namely 0%, 10%, 20%, and 30% and feed containing soybean meal (SBM) at the level of 20% and 30%. Tilapia were used in the trial with the initial body weight of 6.44 ± 0.29 g, and reared for thirty days in the aquarium at the density of fifteen and fed 3 times daily at a satiation level. All diets were supplied by 0.5% of Cr2O3 as an indicator for digestibility measurement. This study applied the completely randomized design experimental method containing six diet treatments and four replications. The result showed that CSP contains 40.27% protein, 26.10% lactic acid, and minerals. CSP is low in crude fiber and anti-nutritional factors. This study results that increasing the level of CSP significantly decreased feed acidity (P <0.05) compared to the control. The addition of CSP 20% increased feed digestibility including protein, lipid, energy, and dry matter digestibility. CSP 20% treatment increased final body weight, specific growth rate and reduced feed conversion ratio significantly (P<0.05) compare to other treatments. In conclusion, CSP can be used up to 20% to improve the growth performance of tilapia.   Keyword: corn steep powder, feed digestibility, growth performance, tilapia   ABSTRAK   Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan corn steep powder (CSP) sebagai sumber protein nabati pada pakan ikan nila Oreochromis niloticus. Pakan komersial dengan kadar protein 28% dan energi 368 kkal/g digunakan sebagai pakan acuan, sementara pakan uji terdiri atas pakan dengan kandungan CSP sebanyak 0% (CSP0), 10% (CSP10), 20% (CSP20) dan 30% (CSP30) serta pakan dengan kandungan tepung bungkil kedelai (SBM) pada level 20% (SBM20) dan 30% (SBM30) sebagai pembanding. Penambahan Cr2O3 0,5 % diberikan sebagai indikator untuk mengukur kecernaan. Ikan nila dengan bobot tubuh rata-rata 6.44 ± 0.29 dipelihara dalam akuarium (95×45×45 cm3) yang diisi air 100 L dengan kepadatan 15 ekor per akuarium dan diberi pakan tiga kali sehari secara at satiation selama 30 hari masa pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan desain rancangan acak lengkap dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSP mengandung protein sebesar 40,27%, asam laktat 26,10%, beberapa mineral dan indeks asam amino esensial 0,90. CSP juga rendah serat kasar dan zat antinutrisi. Peningkatan dosis CSP menurunkan pH pakan secara signifikan (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol. Penambahan CSP sampai level 20% meningkatkan nilai kecernaan total, kecernaan bahan, kecernaan protein, kecernaan lemak dan kecernaan energi. Di samping itu, perlakuan CSP 20% meningkatkan bobot akhir, laju pertumbuhan harian dan rasio konversi pakan yang signifikan (P<0,05) dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian CSP 20% dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila.   Kata kunci: corn steep powder, kecernaan pakan, pertumbuhan, ikan nila


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document