scholarly journals Kesejahteraan Subjektif Mahasiswa dimasa Pandemi Covid-19

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Naila Kamaliya ◽  
Hari Setyowibowo ◽  
Surya Cahyadi

Pemberlakuan jaga jarak fisik untuk mengurangi penyebaran Covid-19 telah berdampak pada seluruh lapisan masyarakat termasuk mahasiswa. Pemerintah Indonesia menghentikan aktivitas pembelajaran tatap muka dan diganti dengan pembelajaran daring pada perguruan tinggi yang terdampak Covid-19. Perubahan aktivitas secara tiba-tiba memungkinkan untuk berdampak pada kondisi mahasiswa pula, seperti keadaan kesejahteraan subjektif mahasiswa. Penelitian ini membahas mengenai gambaran atau keadaan kesejahteraan subjektif mahasiswa dimasa pandemi Covid-19 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Partisipan penelitian ini melibatkan 112 mahasiswa yang tersebar pada delapan pulau di Indonesia, dan diambil melalui teknik accidental sampling.  Instrumen penelitian menggunakan Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Positive and Negative Affect Scale (PANAS). Analisis data menggunakan analisis kuantitaif deskriptif univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  responden dalam penelitian ini (N = 112) paling banyak memiliki skor kesejahteraan subjektif pada kategori sedang (53,6%), rendah (17.9%), dan tinggi (28.6%). Hasil ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang mengevaluasi kehidupannya cukup positif, yaitu merasa cukup puas dengan kehidupannya serta seimbang dalam merasakan emosi positif dan negatif. Selain itu, mayoritas mahasiswa berada dikategori sedang pada dimensi life satisfaction (53,6%), kategori tinggi pada dimensi domain satisfaction (64,3%), kategori tinggi pada dimensi positive affect (54,5%), pada dimensi negative affect mayoritas berada pada kategori sedang dan rendah dengan prosentase yang sama (36,6%). Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah sebagai landasan untuk program pemberdayaan mahasiswa agar lebih tangguh dan adaptif selama dan pasca pandemi Covid-19.

2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Eka Septarianda ◽  
Mohammad Nursalim Malay ◽  
Khoiriyah Ulfah

ABSTRACT: RELATIONSHIP BETWEEN FORGIVENESS AND SUBJECTIVE WELL BEING AMONG ORPHANAGE ADOLESCENTSThis study aims to determine the relationship between forgiveness and subjective well-being in adolescents who are in the orphanage, through the three components contained in it, i.e. life satisfaction, positive affect and negative affect. The subjects of this study were 58 adolescents in the Budi Mulya Muhammadiyah Sukarame orphanage. Data collection method using three scales, those are Heartland Forgiveness Scale (HFS), Satisfaction with Life Scale (SWLS) and Possitive and Negative Affect Schedule (PANAS). The data analysis technique used is the product moment correlation. The results of the analysis of this study explain that there is a positive relationship between forgiveness and subjective well-being through the three components in SWB. The results of this study have implications about the importance of forgiveness in increasing subjective well being in orphanage adolescent.Keywords: Forgiveness, Subjective Well-Being, Orphanage AdolescentPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan forgiveness dengan subjective well-being pada remaja yang berada di panti asuhan, melalui tiga komponen yang terdapat di dalamnya, yaitu life satisfaction, positive affect dan negative affect. Subjek penelitian ini adalah 58 remaja panti asuhan Budi Mulya Muhammadiyah Sukarame. Metode pengumpulan data menggunakan tiga skala, yaitu Heartland Forgiveness Scale (HFS), Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Possitive and Negative Affect Schedule (PANAS). Data dianalisis dengan korelasi product moment. Hasil penelitian ini menerangkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara forgiveness dengan subjective well-being melalui tiga komponen dalam SWB. Hasil penelitian ini memberi implikasi tentang pentingnya forgiveness dalam meningkatkan subjective well being pada remaja dipanti asuhan.Kata Kunci: Forgiveness, Subjective Well Being, Remaja Panti Asuhan 


2020 ◽  
pp. 135910532091438 ◽  
Author(s):  
Yanhui Xiang ◽  
Rong Yuan ◽  
Jiaxu Zhao

This study explored the mediation role of emotional intelligence, positive affect, and negative affect in the influence of childhood maltreatment on life satisfaction. A total of 811 participants completed the Childhood Trauma Questionnaire, the Wong Law Emotional Intelligence Scale, the Positive Affect and Negative Affect Scale, and the Satisfaction with Life Scale validly. Results revealed that emotional intelligence, positive affect and negative affect are mediators between childhood maltreatment and life satisfaction. In addition, childhood maltreatment influenced life satisfaction through the sequential intermediary of “emotional intelligence-positive affect” and “emotional intelligence-negative affect”. Theoretical and practical implications are discussed.


2021 ◽  
Vol 12 ◽  
Author(s):  
André Hajek ◽  
Hans-Helmut König

Introduction: The prevalence of older individuals experiencing a fall is high. Moreover, falls can have deleterious effects on health status. Additionally, falls can affect the subjective well-being of individuals. However, there is a lack of studies examining the link between falls and subjective well-being. Therefore, the objective of this study was to investigate whether the onset of falling is associated with (intraindividual) decreases in subjective well-being in men and women.Materials and Methods: Longitudinal data (from wave 5 to wave 6) were taken from a population-based sample of individuals residing in private households in Germany [in our analytical sample: 3,906 observations (men), and 3,718 observations (women)]. Positive and negative affect were quantified using the Positive and Negative Affect Schedule (PANAS). Life satisfaction was assessed using the Satisfaction with Life Scale (SWLS).Results: Adjusting for various potential confounders, fixed effects regressions showed that the onset of falls was associated with a decrease in positive affect (β = 0.08, p < 0.01), and an increase in negative affect (β = 0.07, p < 0.01) among men. While the onset of falls was not associated with changes in positive affect in women, it was associated with a decrease in negative affect in women (β = 0.06, p < 0.05). Sex differences were significant. The onset of falls was not associated with decreases in life satisfaction in men, nor in women.Discussion: The present study particularly highlights the link between the onset of falls and reduced affective well-being among men. Avoiding falls may contribute to maintaining affective well-being among middle-aged and older men.


Author(s):  
Ruth Pinedo González ◽  
María José Arroyo González ◽  
César Caballero San José

El afecto está formado por dos dimensiones dominantes: el afecto positivo (AP) y el afecto negativo (AN). Ambas dimensiones están relacionadas con el ajuste psicológico de la persona y la satisfacción con la vida. El presente estudio tiene un carácter exploratorio y pretende hacer un primer análisis correlacional entre distintos constructos: disposición emocional, rendimiento académico, salud mental y satisfacción con la vida en futuros docentes. La muestra estaba compuesta por 143 estudiantes de diferentes Grados de Educación, de las especialidades de Primaria e Infantil. Para ellos se han usado las adaptaciones al castellano de los siguientes instrumentos de evaluación: el Positive and Negative Affect Schedule (PANAS), el Mental Health Inventory (MHI-5) y la Satisfaction With Life Scale (SWLS). Entre los resultados de mayor interés se encontró que el afecto positivo se relacionó con el rendimiento académico, la salud mental y la satisfacción con la vida. Además los afectos positivos y negativos junto con la satisfacción con la vida se constituyeron como las variables predictoras de la salud mental del futuro profesorado. Un análisis y discusión más extensa de los resultados se incluye en el documento.


2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 44
Author(s):  
Ajeng Sista Anindya ◽  
Christiana Hari Soetjiningsih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kepuasan perkawinan dengan kesejahteraan subjektif pada guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan, Kota Surakarta. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala yang diadaptasi oleh penulis berdasarkan Marriage Satisfacton Scale (α=.941) dan skala kedua yaitu skala kesejahteraan subjektif yang diadaptasi oleh penulis berdasarkan Positive and Negative Affect Schedule (PANAS-SF) dan Satisfaction With Life Scale (SWLS) (α=.941). Partisipan dalam penelitian ini adalah 59 guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta dan menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengujian hipotesis dan korelasi antara kepuasan perkawinan dengan  kesejahteraan subjektif guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta menggunakan uji korelasi Pearson’s Product Moment Correlation. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepuasan perkawinan dan kesejahteraan subjektif guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta (r=.970; p<.05).


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Annissa Fitriasri ◽  
M. Noor Rahman Hadjam

Abstrak. Penelitian ini merupakan kajian psikologi positif yang bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan subjektif ditinjau dari pemaafan dan coping proaktif pada ibu tunggal karena perceraian yang bekerja sebagai PNS pada Pemerintah Provinsi Jateng. Subjek penelitian ini berjumlah 34 orang yang dipilih teknik purposive sampling, dengan karakteristik berusia 25 s.d 45 tahun, pendidikan terakhir minimal setingkat SMU, memiliki anak yang diasuhnya, lamanya menjadi ibu tunggal adalah lebih dari 1 sampai dengan 4 tahun. Alat pengumpul data yang digunakan adalah adaptasi dari Satisfaction With Life Scale (SWLS) oleh Diener, Emmons, Larsen dan Griffin, Positive Affect and Negative Affect Scales (PANAS) oleh Watson, Clark dan Tellegen, Heartland Forgiveness Scale (HFS) oleh Thompson dan Snyder serta Proactive Coping Inventory oleh Greenglass, Schwarzer dan Taubret. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis regresi dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pemaafan dan coping berperan positif dan 2signifikan terhadap kesejahteraan subjektif (F= 19,515; p < 0.00; R=0.747 and R 2= 0.557), (2) sumbangan prediktor (R) pemaafan dan coping proaktif adalah 55,7 %, (3) pemaafan memiliki peran positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif (B = 1,320, p < 0.05, dan sumbangan efektif = 31,4 %), (4) coping proaktif memiliki peran positif dan signifikan terhadap kesejahteraan subjektif (B = 0,288, p < 0.05, dan sumbangan efektif= 24,3 %).Kata kunci: coping proaktif, kesejahteraan subjektif, ibu tunggal karena perceraian, pemaafan. 


2020 ◽  
Vol 11 ◽  
Author(s):  
Félix Neto ◽  
Etienne Mullet

Abstract Saudade is a psychological reaction to the absence of significant others or familiar places. The correlates of the experience of saudade were examined using a sample of Portuguese adults. Two hundred and twenty-seven participants of both genders, aged 20–65, were presented with (a) the Satisfaction with Life Scale (SWLS), (b) the Positive and Negative Affect Schedules (PANAS), (c) the brief Loneliness Scale (ULS-6), (d) the Neo Five-Factor Personality Inventory (NEO-FFI), and (e) an experience of saudade two-item scale. Experience of saudade was more often reported by females than by males, and positively correlated with negative affect, loneliness, and neuroticism.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 152-165
Author(s):  
Nureyzwan Sabani ◽  
Daliman

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penguatan kebersyukuran melalui intervensi menulis surat syukur terhadap peningkatan subjective well being siswa dalam interaksi sosial. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan desain penelitian eksperimen. Subjek penelitian ini adalah 20 siswa SD, masing-masing adalah 10 siswa untuk kelompok eksperimen dan 10 siswa untuk kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan menulis surat syukur. Pengumpulan data menggunakan skala Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Positive Affect and Negative Affect Scale (PANAS) untuk mengukur subjective well-being, sementara Gratitude, Resentment Appréciation Test-Short Form (GRAT-Short Form) digunakan untuk mengukur kebersyukuran siswa. Teknik analisis data menggunakan paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan penguatan kebersyukuran melalui intervensi menulis surat syukur memberikan bukti dapat meningkatkan subjective well-being siswa khususnya dalam dua komponen utama subjective well-being (kepuasan hidup dan afek positif). Siswa yang mendapatkan intervensi menulis surat syukur menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tingkat subjective well-being daripada siswa yang tidak menulis surat syukur.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 117 ◽  
Author(s):  
P. Chillón ◽  
R. Villén-Contreras ◽  
M. Pulido-Martos ◽  
J. R. Ruiz

<p>La promoción de actividad física diaria en los jóvenes tal como el desplazamiento activo al colegio (usar medios de transporte activos tales como andar o bicicleta), puede tener importantes beneficios para la salud. El objetivo fue analizar la asociación entre el desplazamiento activo al colegio y variables de salud positiva y estrés en niños españoles. Participaron 366 niños (172 niñas) procedentes de cuatro colegios, entre los 7 y los 11 años de edad (media±DT 9,3±0,8<strong> </strong>años). Se utilizó un cuestionario semanal sobre el modo de desplazamiento al colegio que ha sido previamente sugerido en la literatura científica denominado <em>Modo y frecuencia de desplazamiento hacia y desde el colegio</em>. La felicidad subjetiva,<em> </em>el estado de bienestar subjetivo de tipo cognitivo y afectivo, el optimismo disposicional y el estrés se evaluaron con los cuestionarios de versión en castellano de <em>Subjective Happiness Scale,</em> <em>Satisfaction with Life Scale </em>y<em> Positive and Negative Affect Schedule </em>respectivamente. El desplazamiento activo al colegio se asocia de forma inversa con el estrés (ß =-0,235±0,079, <em>p</em>=,004) ajustando por sexo, edad y nivel de estudios de la madre. Los niños que se desplazan con mayor frecuencia de forma activa al colegio tienen un menor nivel de estrés. Son necesarias medidas que fomenten el desplazarse de forma activa al colegio, por los beneficios positivos que tiene sobre la salud física y emocional, vislumbrándose como una posibilidad de encauzar adecuadamente el estrés en los niños españoles.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document