Performance evaluation of single row tractor operated carrot digger

2020 ◽  
Vol 44 (04) ◽  
pp. 1-7

Harvesting is one of the most critical operation in carrot cultivation because it is labour intensive (350 – 450 man-h/ha) and time consuming for the farmers. The present study was undertaken to evaluate the performance of single row tractor operated carrot digger designed by department of Farm Machinery and Power Engineering, COAE&T, CCS Haryana Agricultural University, Hisar, Haryana, India. The developed digger consisted of a digging, conveying, de-topping, collector and power transmission units. The carrot digger can be operated with 35 horse power tractor. It was evaluated under three variables viz., three digging blade angles (15°, 18°, 21°), three conveyor angles (25°, 35°, 45°) and three shoot catch heights (2, 4, 6 cm). The optimum value of variables obtained for operation of carrot digger were blade angle of 21°, conveyor angle of 250 and shoot catch height of 2 cm. Effective field capacity of the digger was 0.11 ha h-1 with field efficiency of 61.70 %. The digging efficiency, cut carrots, bruised carrots, picking efficiency and cutting efficiency of de-topping unit were 100, 0.62, 0.90, 62.29 and 100%, respectively at optimized value of operational variables. The labour requirement with developed carrot digger and manual method of harvesting was found 27 and 450 man-h ha-1, respectively. The operational cost of carrot digger was found Rs. 8242 ha-1 and it saves time and cost of operation in comparison to manual method of carrot harvesting. The break-even point, payback period and benefit cost ratio were 234 hours, 2.21 years and 1.56, respectively when operated for 400 hours annually. The carrot digger works better if carrots are sown in single row on the ridges rather than the broadcasting method.

2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 171-177 ◽  
Author(s):  
Md Mahamudun Noby ◽  
Md Kamrul Hasan ◽  
Md Rostom Ali ◽  
Chayan Kumer Saha ◽  
Md Monjurul Alam ◽  
...  

Bangladesh has an agrarian economy in which paddy is the dominant crop. A significant amount of field losses of paddy occurs every year due to natural calamities and a shortage of time during the harvesting period. During this study, a modification was done on locally developed BAU self-propelled reaper and its performance was compared with manual harvesting system of paddy. Several experiments were conducted in Boro paddy (April–May 2017) and Aman paddy harvesting (November–December 2017) at BAU farm of Bangladesh Agricultural University after necessary modification works in the workshop. An experiment was also conducted on Aman paddy in 2017 at BAU farm for determining manual harvesting cost. The technical and economic performances of the modified BAU self-propelled reaper were determined based on the field experiments. Results reveal that average fuel consumption, effective field capacity and field efficiency were 2.71 L/ha, 0.255 ha/h and 77.27%, respectively for the modified BAU self-propelled reaper and 2.88 L/ha, 0.25 ha/h and 75.76%, respectively for the existing BAU self-propelled reaper. These results indicated that field performances of modified BAU self-propelled reaper were better than that of the existing BAU reaper. Paddy harvesting cost was found 916 Tk/ha for modified BAU self-propelled reaper and 9200 Tk/ha for manual harvesting system. The benefit-cost ratio of the modified BAU self-propelled reaper was 2.18. Considering the technical and economic performances, modified BAU self-propelled reaper was found suitable than the existing BAU reaper.  So, the modified BAU self-propelled reaper may be introduced in Bangladesh in the commercial basis.J. Bangladesh Agril. Univ. 16(2): 171-177, August 2018


2014 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Dwi Satryawan ◽  
Emy Kernalis ◽  
Arnoldy Arby

Penelitian ini bertujuanuntuk; 1) mengetahui kondisi usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 2) biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 3) kelayakan dari usahatani padi sawah dan usahatani kedelai di Kelurahan Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur..Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari rata-rata produksi 616,335 Kg per hektar pada usahatani padi sawah dan pada usahatani kedelai rata-rata produksi sebesar 1.113,592 Kg per hektar. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi sawah sebesar Rp. 470.494,01 per hektar dan dari usahatani kedelai adalah Rp. 3.105.018,63 per hektar. Dari usahatani padi sawah didapatkan pendapatan kerja petani sebesar Rp.1.981.662,01 per hektar, penghasilan kerja petani Rp. 3.153.177,16 per hektar serta pendapatan kerja keluarga sebesar Rp. 3.171.965,04 per hektar. Sedangkan pada usahatani kedelai, pendapatan kerja petani yang diperoleh adalah Rp.4.922.739,387 per hektar, penghasilan kerja petani Rp. 6.079.579,009 per hektar serta pendapatan kerja keluarga sebesar Rp. 6.116.135,613 per hektar. Dari analisa kelayakan menggunakan Revenue Cost Ratio, Benefit Cost Ratio dan Break Even Point dapat dikatakan bahwa usahatani padi sawah dan usahatani kedelai yang diusahakan petani menguntungkan dan layak untuk diusahakan serta dikembangkan. Kata Kunci :Usahatani,Pendapatan, Kelayakan


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 30-38
Author(s):  
Syifa Mauladani ◽  
Asri Ifani Rahmawati ◽  
Muhammad Fahrurrozi Absirin ◽  
Rizki Nugraha Saputra ◽  
Aprian Fajar Pratama ◽  
...  

This study aimed to evaluate the economic feasibility of Litopenaeus vannamei shrimp reared at 400 shrimp/m2 in 56 days of culture. The experimental design was set in an 800 m2 HDPE pond installed with nanobubble and non-nanobubble. Shrimp survival and total harvest in nanobubble treatment was increased to 92% and 2,255 kg, respectively. Economic parameters calculated in this study were Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Break Even Point (BEP), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), and Sensitivity Analysis (SA). The total investment required to run this farming practice is IDR 182,887,700. Total revenue per cycle is estimated at IDR 157,850,000 with the selling price of IDR 70,000/kg of shrimp. The estimated PP is 4 cycles, with an NPV of IDR 172,329,247 projected in 10 cycles. IRR is estimated at 18% and BEP is reached after 7,058 kg production of shrimp. B/C Ratio is estimated to be 1.26 and SA showed that productivity is the most affecting parameters in the present analysis. Based on the economic study, vannamei shrimp farming associated with nanobubble system is feasible to be realized.


2020 ◽  
Vol 38 (2) ◽  
Author(s):  
Arief Danar Aprillian, R. Pramono dan Sulistyowati

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menghitung efisiensi keuangan usahatani melon Kinanti oleh petani pada Kelompok Tani Budi Rukun Satu di Desa Banyusri Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali pada bulan Maret 2020, berdasarkan kriteria investasi (Investment Criteria) sederhana yakni BC ratio (Benefit Cost Ratio), BEP (Break Even Point), dan ROI (Revenue On Invensment) untuk mengukur seberapa besar efisiensi penggunaan modal terhadap penerimaan.  Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan kuestioner dan observasi lapangan. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden. Sampel sejumlah 21 orang sehingga diambil semua (sensus) pada bulan Januari sampai bulan Maret 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha melon ini diusahakan oleh tenaga dengan usia produktif (21-29 tahun) dan bisa mengurangi pengangguran di desa Banyusri dan  dari hasil analisis BC ratio sebesar 1,93 , BEPQ) sebanyak  4.910 Kg/Ha /tahun, BEPharga Rp 2.864,-/kg, dan BEP(Q) PK sebesar Rp 62.214.365,29. ROI sebesar 193% maka usahatani melon efisien dalam penggunaan modal terhadap penerimaan dan layak diusahakan. Kata kunci : Efisiensi usaha, usahatani  melon


2016 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 45-48
Author(s):  
M Ahmed ◽  
S Ishtiaque ◽  
MMR Sarker ◽  
AS MMR Khan ◽  
AK Choudhury ◽  
...  

The experiment was conducted at farmers’ field of On-Farm Research Division (OFRD), Bandarban during Rabi season of 2014-15 to find out suitable combination of hybrid maize and chilli intercropping system to increase system productivity and economic return. The experimental design was Randomized Complete Block (RCB) design with six dispersed replications. The maize var. BARI Hybrid Maize-9 and chilli (local) were used in the experiment. Two intercropping combinations viz., Maize single row (100 cm x 25 cm) + 2 rows chilli (50 cm x 40 cm) and Maize single row (150 cm x 25 cm) + 3 rows Chilli (50 cm x 40 cm) were evaluated against their sole crops. The highest gross return (Tk. 435040 ha-1), net return (Tk. 366290 ha-1) and benefit cost ratio (6.33) were recorded in maize single row (150 cm x 25cm) + 3 rows Chilli (50 cm x 40 cm) combination. Cob yield of hybrid maize and green fruit yield of Chilli were the highest in the respective sole crops. The results revealed that maize single row (150 cm x 25 cm) + 3 rows Chilli (50 cm x 40 cm) combination might be suitable and economically profitable for the hilly areas.Bangladesh Agron. J. 2016, 19(1): 45-48


ELKHA ◽  
2019 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Erick Radwitya ◽  
Akhdiyatul Akhdiyatul

Abstract–              Kabupaten Ketapang merupakan Kabupaten terluas, memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian besar penduduk tinggal di pesisir pantai, dengan kecepatan angin rata-rata adalah 5,1 m/s dan persentase penyinaran matahari 70% merupakan yang tertinggi di Kalimantan Barat. Jika dilihat dari letak dan iklim, untuk memenuhi kebutuhan energi listrik dalam memenuhi kebebutuhan PJU di Kabupaten Ketapang. Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan PJU adalah Energi Angin dan Energi Surya. Guna mengoptimalkan potensi energi terbarukan yaitu energi angin dan energi surya yang ada di Kabupaten Ketapang untuk kebutuhan PJU maka perlu suatu Kajian Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Angin Stand Alone dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Stand Alone untuk PJU. Analisis ekonomi adalah suatu analisis untuk mengetahui layak tidaknya suatu kegiatan untuk dilaksanakan dan titik beratnya pada hasil total, produktivitas dan keuntungan. Dalam analisis finansial ini biasanya digunakan Cost Benefit Analisys, Capital Recovery, Payback of Period, Break Even Point dan Benefit Cost Ratio. Hasil yang diperoleh dari kajian ini, untuk PLT Angin AWI-E500T biaya investasi awal senilai Rp. 41.688.350 dengan kapasitas produksi 723 kWh per tahun dan biaya investasi awal untuk PLTS Solar Cell senilai Rp. 18.625.800 dengan kapasitas produksi 204,4 kWh per tahun. Dari analisis ekonomi dengan menggunakan metode BCR, hasil nilai Benefit Cost Ratio untuk PLT Angin AWI E500T dan PLTS Solar Cell lebih besar dari 1 (BCR ≥ 1), ini berarti investasi  layak (feasible) untuk dilaksanakan. Keywords–PLT-Angin Stand Alone, PLTS Solar Cell Stand Alone, Penerangan Jalan Umum (PJU), dan Benefit Cost Ratio (BCR)


2013 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Dwi Satryawan ◽  
Emy Kernalis ◽  
Arnoldy Arby

Penelitian ini bertujuanuntuk; 1) mengetahui kondisi usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 2) biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani padi sawah dan usahatani kedelai; 3) kelayakan dari usahatani padi sawah dan usahatani kedelai di Kelurahan Simpang Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan wawancara, dengan jumlahsampel 31 responden yang diambil secara acak sederhana. Sampel merupakan petani yang berusahatani padi sawah dan kedelai secara bergiliran dalam satu tahun.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Mei sampai dengan tanggal 24 Juni 2013.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari rata-rata produksi 616,335 Kg per hektar pada usahatani padi sawah dan pada usahatani kedelai rata-rata produksi sebesar 1.113,592 Kg per hektar. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi sawah sebesar Rp. 470.494,01 per hektar dan dari usahatani kedelai adalah Rp. 3.105.018,63 per hektar. Dari usahatani padi sawah didapatkan pendapatan kerja petani sebesar Rp.1.981.662,01 per hektar, penghasilan kerja petani Rp. 3.153.177,16 per hektar serta pendapatan kerja keluarga sebesar Rp. 3.171.965,04 per hektar. Sedangkan pada usahatani kedelai, pendapatan kerja petani yang diperoleh adalah Rp.4.922.739,387 per hektar, penghasilan kerja petani Rp. 6.079.579,009 per hektar serta pendapatan kerja keluarga sebesar Rp. 6.116.135,613 per hektar. Dari analisa kelayakan menggunakan Revenue Cost Ratio, Benefit Cost Ratio dan Break Even Point dapat dikatakan bahwa usahatani padi sawah dan usahatani kedelai yang diusahakan petani menguntungkan dan layak untuk diusahakan serta dikembangkan. Kata Kunci :Usahatani,Pendapatan, Kelayakan


2014 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 125 ◽  
Author(s):  
Ermiati Ermiati ◽  
Abdul Muis Hasibuan ◽  
Agus Wahyudi

<p>Penguasaan lahan dan produktivitas kakao di tingkat petani masih sangat rendah sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan petani. Kabupaten Kolaka merupakan salah satu sentra utama kakao dengan jumlah petani kakao sangat besar di Sulawesi Tenggara. Penelitian bertujuan mengetahui profil dan kelayakan usahatani kakao di tingkat petani. Penelitian dilaksanakan di Desa Atula dan Desa Dangia, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara pada bulan April sampai Juli 2012. Pengambilan data menggunakan metode survei dengan wawancara langsung terhadap 30 orang petani kakao yang diambil secara acak sederhana. Data dianalisis secara deskriptif dan kelayakan usahatani melalui analisis benefit cost ratio (B/C ratio), net present value (NPV), dan internal rate of return (IRR). Hasil analisis dengan discount factor 18% per tahun diketahui nilai NPV Rp19.646.384,00; B/C ratio 2,87; dan IRR 51% sehingga diketahui usahatani layak untuk diusahakan. Pendapatan petani Rp7.697.674,00/tahun (Rp641.743,00/bulan). Jika produktivitas tetap (773 kg/ha) diperoleh break even point (BEP) harga sebesar Rp8.043,00/kg. Jika harga tetap (Rp18.000,00/kg), BEP produktivitas adalah 345,5 kg/ha/tahun. Periode pengembalian modal pada tahun keenam. Hal ini menunjukkan usahatani kakao di lokasi penelitian dapat memberikan sumbangan pendapatan ke petani, meskipun dengan keuntungan relatif kecil. Berdasarkan analisis tersebut, luas areal minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup layak petani adalah 2 ha atau produktivitas di atas 1,5 ton/ha/tahun.</p><p>Kata kunci: Profil usahatani, pendapatan petani, kelayakan usahatani, kakao</p><p>Limitation of land tenure and productivity in farmers’ level causing lower farmers income. Kolaka District is one of cocoa main producers in Southeast Sulawesi with a large number of farmers. The objective of this study was to investigate the profile and feasibility of cocoa farming system in farmers level. The research was conducted at Atula and Dangia Village, Ladongi Subdistrict, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi, in April to July 2012. Data was collected by survey method and direct interview with 30 farmers. Data was analyzed descriptively and feasibility analysis method with criteria of benefit cost ratio (B/C ratio), net present value (NPV), and internal rate of return (IRR). The result showed that cocoa farming system is feasible (NPV of IDR19,646,384.00; B/C ratio of 2,87 and IRR of 51%). Farmers income was of IDR7,697,674.00 per year (IDR641,743.00 per month). If the yield is constant (773 kg/ha), then price break even point (BEP) is IDR8,043.00/kg. If the price is constant (IDR18,000.00/kg), then BEP of yield is 345,5 kg/ha/year. This result showed that cocoa farming gives a relatively low level of income for farmers, eventhough it is feasible. Based on those analysis, minimum area of 2 ha per households of productivity or 1.5 ton/ha/yr required to meet income decent life.</p>


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 6
Author(s):  
Robi Y. Dasfordate ◽  
Lefrand Manoppo ◽  
Meta S. Sompie

Usaha perikanan adalah seluruh usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap ikan, membudidayakan ikan, serta termasuk kegiatan menyimpan mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial. Aspek kelayakan usaha adalah aspek menyangkut masalah keuangan yang diinvestasikan dalam pengeluaran, penerimaan serta pendapatan suatu usaha. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelayakan usaha soma dampar dan mengetahui sistem bagi hasil antara pemilik alat tangkap pukat pantai dan buruh pada satu trip penangkapan yang telah dilakukan terhadap satu unit soma dampar Kelurahan Mawali.Penelitian ini menggunakan metode survei dan studi kasus. Investasi sebesar Rp. 108.846.000. biaya tetap Rp. 11.889.200. biaya tidak tetap Rp. 33.200.000. biaya total Rp.45.089.200. pendaptan nilai produksi Rp. 137.500.000. BCR (Benefit Cost Ratio) Sebesar 3.05%. BEP (Break Even Point) sebesar Rp. . rentabilitas 8 % dan jangka waktu pengembalian dalam waktu 1,177 tahun tahun atau kurang lebih 1 tahun 2 bulan. Maka dari hasil tersebut, usaha soma dampar kelurahan Mawali layak menguntungkan.


2021 ◽  
Author(s):  
Sapmaya Wulan ◽  
Tya Mei Astuti

Dunia bisnis saat ini berkembang pesat pada kota-kota berkembang maka tidak dapat dipungkiri pula akan berkembangnya bisnis-bisnis yang ada saat ini. Berkembangnya bisnis tersebut dikarenakan banyakanya permintaan konsumen akan kebutuhan yang harus mereka penuhi. Kebutuhan yang semakin meningkat ini tentunya juga memerlukan sarana dan prasarana dalam pendistribusiannya karena tidak semua orang dapat membuat sendiri kebutuhan sandang yang mereka butuhkan oleh sebab itu mulai bermunculan industri- industri dibidang fashion. Butik merupakan toko pakaian ekslusif yang menjual berbagai macam pakaian yang berbeda. Untuk mendirikan Butik Lady Center perlu ada rancangan perkiraan biaya yang diperlukan, modal yang dibutuhkan dan benefit yang akan diperoleh. Sebelum rencana Butik Lady Center dilaksan akan terlebih dahulu perlu dilakukan Analisis Kelayakan Bisnis untuk mengetahui kelayakan usaha tersebut. Untuk itu yang menjadi permasalahan penelitian iniadalah: Apakah rencana mendirikan Butik Lady Center di Pringsewu layak untuk dilaksanakan ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan rencana usaha Butik Lady Center di Pringsewu. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, dimana untuk metode kuantitatif digunakan tiga Kriteria Investasi yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR); Analisis Pay Back Period (PBP), dan Analisis Break Even Point (BEP)dan untuk metode kualitatif digunakan pendekatan non-finansial yakni aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek yuridis (hukum), aspek birokrasi, aspek manajemen dan sdm, aspek ekonomis, dan aspek lingkungan. Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh NPV =Rp 467.412.569; Net B/C = 1,19 ; IRR = 35,83%, analisis Pay Back Period selama 3 tahun 9 bulan 9 hari, dan analisis Break Even Point selama 3 Tahun 1 Bulan 26 Hari. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif dapat disimpulkan bahwa rencana mendirikan Butik Lady Center layak untuk dilaksanakan (go).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document