Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih rendah, dibanding pengguna kontrasepsinon MKJP seperti suntik dan pil. Tingginya PUS menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek, membuat rentan terjadinya putus pakai (droup out). Peserta KB aktif jenis kontrasepsi suntik di Kota Metro sebanyak 7.784 (38,85%) tahun 2014. Peserta AKDR baru sebesar 31 (1,24%) dari seluruh peserta KB aktif selama tahun 2014. Tujuan penelitian menggali informasi tentang mengapa akseptor AKDR masih rendah. Penggunaan pertanyaan ”why dan how”, untuk memahami pengaruh lingkungan budaya tentang AKDR. Populasi seluruh akseptor KB di Hadimulyo Barat. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, focus group discussion dan observasi. Informan akseptor AKDR berjumlah 6 orang, diambil secara purposif dan Bidan Poskeskel Hadimulyo sebagai provider pelayanan KB. Analisis data dilakukan sesudah penelitian. Uji validitas, reliabilitas menggunakan triangulasi sumber, metode dan data. Hasil menunjukkan akseptor AKDR yakin bahwa AKDR bisa mencegah kehamilan, sedangkan akseptor Non AKDR dari unsur realita sebagian besar tidak yakin, unsur idealisme sebagian tidak yakin, dari unsur fleksibilitas sebagian tidak yakin. Saran agar tenaga kesehatan, baik provider maupun Penyuluh KB lebih banyak menggunakan pendekatan individual dalam mensosialisasikan AKDR, meyakinkan bahwa AKDR sebagai kontrasepsi yang efektif dan aman