Kandai
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

81
(FIVE YEARS 40)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa

2527-5968, 1907-204x

Kandai ◽  
2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 231
Author(s):  
Zakiyah Mustafa Husba ◽  
Heksa Biopsi Puji Hastuti ◽  
NFN Rahmawati ◽  
NFN Uniawati

Kandai ◽  
2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 259
Author(s):  
Tania Intan ◽  
Vincentia Tri Handayani

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap fenomena campur kode di dalam novel Antologi Rasa karya Ika Natassa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan pendekatan sosiolinguistik. Kerangka konsep penelitian ini dilandasi oleh referensi teoretis yang mengaitkan sosiolinguistik, bilingualisme-plurilingualisme, dan alih kode-campur kode. Dari data yang dikumpulkan, terdapat wujud campur kode berupa (1) penyisipan kata yang kemudian dibagi atas kelas kata, yaitu nomina, adjektiva, konjungsi, dan interjeksi, (2) penyisipan frasa berupa frasa nominal, frasa preposisional, dan frasa adjektival, (3) penyisipan baster, (4) penyisipan klausa, dan (5) penyisipan idiom. Penelitian juga menunjukkan bahwa para tokoh dan narator di dalam novel Antologi Rasa, yaitu: Keara, Harris, dan Ruly, ditampilkan sebagai sosok-sosok muda metropolitan bilingual yang secara aktif dan konsisten menggunakan kombinasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Para tokoh, terutama Keara dan Harris, tampak sangat leluasa mempraktikkan campur kode, baik saat berbicara dengan tokoh-tokoh lain, maupun ketika bertutur di dalam hati. Penggunaan campur kode dapat dianggap menunjang kategorisasi dan labelisasi novel Antologi Rasa sebagai sebuah karya metropolitan-populer (metropop).This research was conducted to uncover the phenomenon of code mixing in the Ika Natassa’s novel of Antologi Rasa by using descriptive qualitative method and sociolinguistic approach. The frame of research concept  is based on theoretical references that relate sociolinguistics, bilingualism-plurilingualism, with code-mixed-code switching. From the data collected, there are mixed codes in the form of (1) word insertion which is then divided into word classes, namely nouns, adjectives, conjunctions, and interjections, (2) insertion of phrases in nominal phrases, prepositional phrases, and adjunctival phrases, (3) baster insertion, (4) clause insertion, and (5) idiom insertion. The research also shows that the characters and narrators in the novel of Antologi Rasa, namely: Keara, Harris, and Ruly, are shown as bilingual metropolitan young figures who actively and consistently use a combination of Indonesian and English to communicate. The characters, especially Keara and Harris, seem very free to practice code mixing, both when talking to other characters and speaking inwardly. The use of mixed code can be considered to support the categorization and labeling of the Antologi Rasa novel as a popular metropolitan work.


Kandai ◽  
2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 183
Author(s):  
Firman A.D. ◽  
NFN Asri ◽  
NFN Sukmawati

Kandai ◽  
2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 205
Author(s):  
Jerniati Indra

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan kompositum idiomatis bahasa Mandar. Tulisan ini menggunakan teori morfologi struktural dengan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data: observasi,pencatatan, dan retrospeksi. Hasil kajian menunjukkan bahwa konstruksi kompositum idiomatis bahasa Mandar dapat dibentuk dari beberapa pola, yaitu pola (kata dasar+kata dasar), (kata berimbuhan+kata dasar), (kata dasar+ kata berimbuhan), (kata ulang+kata dasar), dan (kata dasar+kata ulang). Konstruksi unik ditemukan pada pola (kata berimbuhan+kata dasar), komponen kedua kompositum ini semuanya diisi oleh nama binatang yang menjadi analogi bagi bentuk, keadaan, dan sifat manusia. Muatan makna kompositum adalah solidaritas dan pendidikan di samping muatan yang bersifat positif dan negatif. Kompositum idiomatis bahasa Mandar dapat menduduki fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam konstruksi kalimat.The writing aims at uncovering idiomatic compounds in Mandarese language. It applies structural morphology theory using descriptive qualitative through technique of collecting data such as: observation, taking note, and retrospection. Result of research shows that the construction of idiomatic compound in Mandarese language could be formed based on some patterns, namely (base form+base form), (affixes word+base form), (base form+affixes word), (repetition+base form), and (base form+repetition) patterns. Unique construction is found in (affixes word+base form) pattern, the component of both compounds consists of animal names that become analogy of form, situation and nature of human being. The meaning of compound is solidarity and education but also implies positive and negative meaning. Idiomatic compound of Mandarese language places the function of subject, predicate, object, and adverb in construction of sentence.


Kandai ◽  
2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 166
Author(s):  
Rangga Asmara ◽  
Widya Ratna Kusumaningrum

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan strategi kesantunan positif Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam pidatonya berkonteks diplomasi luar negeri. Penelitian ini menggunakan ancangan pragmatis. Data dalam studi ini berupa kata, frasa, dan kalimat yang memenuhi rumusan strategi kesantunan positif yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson (1987). Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari video dan teks transkripsi pidato Presiden Jokowi pada Forum APEC CEO Summit dan Konferensi Asia Afrika. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan metode simak. Teknik analisis yang dipergunakan adalah model analisis interaktif. Hasil kajian ini menunjukkan Presiden Jokowi menggunakan tiga belas substrategi kesantunan positif yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson dalam pidatonya berkonteks diplomasi luar negeri, yaitu (1) memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan pendengar,      (2)membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada pendengar, (3) mengintensifkan perhatian pendengar dengan pendramatisiran peristiwa atau fakta, (4) menggunakan penanda identitas kelompok (bentuk sapaan, dialek, jargon, atau slang), (5) mencari persetujuan dengan  topik yang umum atau mengulang sebagian atau seluruh ujaran, (6) menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white-lies), dan pemagaran opini (hedging opinions), (7)  menggunakan  basa-basi (small talk) dan presuposisi, (8) menggunakan lelucon, (9) memberikan tawaran atau janji, (10) menunjukkankeoptimisan,(11) melibatkan penutur dan pendengar dalam aktivitas, (12) memberikan pertanyaan atau meminta alasan, dan (13) memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada pendengar. This research aims to describe the positive politeness strategy spoken by President Jokowi in his speech in a context of international diplomacy. This study uses a pragmatic approach. The data were words, phrases and sentences in President Jokowi's speech at the APEC CEO Summit Forum and the Asia Africa Conference. The data were collected by using documentation and note-taking. These data were analyzed using an interactive analysis model. The results of this study indicated that President Jokowi used 13 positive politeness sub-strategies developed by Brown and Levinson (1987) in his speech in the context of international diplomacy, namely (1) paying attention to the likes, desires and needs of listeners, (2) exaggerating attention, approval, and sympathy for listeners, (3) intensifying the listener's attention by dramatizing events or facts, (4) using group identity markers (greeting, dialect, jargon, or slang), (5) seeking an agreement on a general topic by repeating parts or all of the utterances, (6) avoiding disagreement by pretending to agree, pseudo agreement, white-lies, and hedging opinions, (7) using small talk and presupposition, (8) using jokes, (9) giving offers or promises, (10) showing optimism, (11) involving speakers and listeners in the activities, (12) giving questions or asking for reasons, and (13) giving gifts (goods, sympathy, attention, cooperation) to the listener.


Kandai ◽  
2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 217
Author(s):  
Ninawati Syahrul

Masalah yang diungkap dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaimanakah kritik sosial atas kebobrokan perilaku pejabat negara dan/atau anggota masyarakat yang terkandung dalam cerpen “Karangan Bunga dari Menteri” karya Seno Gumira Ajidarma? Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan kritik sosial atas kebobrokan perilaku pejabat negara dan/atau anggota masyarakat yang terkandung dalam cerpen “Karangan Bunga dari Menteri” karya Seno Gumira Ajidarma. Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif interpretatif.  Dikaji menggunakan pendekatan sosiologi sastra dari tinjauan aspek sosial dan budaya. Data karya tulis ilmiah berupa teks narasi dan dialog dalam “Karangan Bunga dari Menteri” karya Seno Gumira Ajidarma. Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka dengan cara menyimak dan mencatat pokok persoalan yang akan dikaji. Teknik analisis data menggunakan metode pembacaan heuristik dan hermeneutika. Hasil karya tulis ilmiah menunjukkan kritik sosial yang dimaksud adalah kritikan terhadap pemerintahan yang disajikan dengan cara yang cukup halus, tetapi terbuka. Dalam hal ini, pengarang melambangkannya dengan sosok seorang menteri yang sangat sibuk dengan urusan pekerjaannya sehingga menganggap undangan pernikahan yang dialamatkan kepadanya tidak penting. Dalam cerpen itu, tampak kepiawaian Seno Gumira Ajidarma dalam mengolah kritik sosial yang dibalut dengan alur cerita dan penokohan yang apik. Pengarang tampil sebagai sosok “hakim sosial kemasyarakatan” dalam merawat dan mengawal kehidupan masyarakat yang berbudaya. The problem revealed in this study is how is social criticism of the depravity of the behavior of state officials and / or members of the community itself contained in the short story "Garlands of Ministers" by Seno Gumira Ajidarma? This study aims to describe the social criticism of the depravity of the behavior of state officials and / or members of the community itself contained in the short story "Wreath of the Minister" by Seno Gumira Ajidarma. This study uses a descriptive qualitative interpretive method. The elaboration uses a sociological approach to literature from the viewpoint of social and cultural aspects. The research data are in the form of narrative texts and dialogues in "Garlands of Ministers" by Seno Gumira Ajidarma. Data collection techniques using literature study by listening and noting the main issues that will be decomposed. Data analysis techniques used heuristic and hermeneutic reading methods. The results showed that the social criticism concerned was criticism of government presented in a fairly subtle, but open way. In this case the author symbolizes it with the figure of a minister who is so busy with his work affairs that he considers the marriage invitation addressed to him unimportant. In this short story, Seno Gumira Ajidarma's expertise in processing his social criticism was wrapped with neat storylines and characterizations. The author appears as a figure of "social social judge" in caring for and guarding the life of a civilized society.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document