Share Social Work Journal
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

164
(FIVE YEARS 59)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Padjadjaran

2528-1577, 2339-0042

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 127
Author(s):  
Romayana Sari Lumbantoruan ◽  
Nandang Mulyana ◽  
Meilanny Budiarti Santoso
Keyword(s):  

Generasi milenial memiliki peranan yang penting dalam melakukan perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak dapat dipungkiri, kertelibatan generasi milenial dalam mengisi pembangunan dengan menciptakan peluang dan perubahan positif memiliki dampak yang besar bagi masyarakat. Perubahan yang dicipatakan oleh generasi milenial sangat jelas dirasakan dan tampak dalam bidang ekonomi dan bisnis, di mana perubahan terjadi dengan sangat cepat, sehingga menciptakan ketidakpastian tidak hanya dalam bidang ekonomi dan bisnis saja, melainkan juga di berbagai bidang kehidupan lainnya. BCCF merupakan komunitas mandiri yang fokus mendorong dan menggerakkan generasi milenial dalam menciptakan perubahan melalui upaya pengembangan industri kreatif di Kota Bandung. Ditinjau dengan menggunakan konsep strength prespective, generasi milenial dapat lebih memahami diri mereka, dan mampu menciptakan perubahan dengan memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki, sehingga melalui BCCF generasi milenial dapat lebih optimal berkontribusi menciptakan perubahan, terlebih generasi milenial memiliki peran penting dalam pengembangan industri kreatif, yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi khususnya di Kota Bandung. Dengan penguasaan keterampilan dalam teknologi digital, keberadaan generasi milenial menjadi sosok yang merepresentasikan dan mendukung terwujudnya masyarakat 5.0 yang memungkinkan manusia untuk memecahkan masalah sosial dengan bantuan teknologi. Dengan begitu, peran generasi milenial dalam mewujudkan masyarakat 5.0 sangatlah besar, khususnya dalam membuat inovasi dan melakukan perubahan di dalam masyarakat berbasis teknologi.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 151
Author(s):  
Binahayati Rusyidi ◽  
Yuyun Yuningsih ◽  
Zulhaeni Zulhaeni ◽  
Albertina N. Loho ◽  
Nancy Rahakbaw ◽  
...  

ABSTRACT Social workers have high potential to deal with issues and victims of violence against women through their professional services. Therefore, it is important for future social workers to be well prepared with the appropriate attitudes about the issues. This study investigated factors associated with contextual acceptance of physical violence against wives that was derived from feminist, social learning and socio-demographics perspectives.  Respondents were recruited non-randomly using convenience sampling technique. Respondents were 438 male and female undergraduate students with the average age of 20 years old. Participants were recruited from 2 private and 2 public universities located in the province of West Java, Yogyakarta, Maluku and Papua. The study found that students who knew well the victim of wife abuse, studied at universities in Western Indonesia, acknowledged themselves as Muslims, reported higher level of religiosity and endorsed egalitarian attitudes toward gender roles tended to report non-justification of wife beating. Findings were discussed within the framework of social work education strategy to improve social work students’ attitudes toward violence against wives.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 209
Author(s):  
Nuril Endi Rahman ◽  
Anita Wijaya Tyas ◽  
Annisa Nadhilah
Keyword(s):  

AbstrakMaraknya informasi yang bergulir mengenai Covid-19 sebagai pembentuk pengetahuan masyarakat, rentan memunculkan stigma negatif terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Penelitian survei ini adalah penelitian cross-sectional kuantitatif melibatkan 101 responden yang bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Covid-19 dan sikap stigma terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Yogyakarta yang sempat melakukan blokade pemukiman menunjukkan bahwa 78.2% tingkat pengetahuan tentang Covid-19 berkategori baik dan 21.8% berkategori cukup. Tingkat stigma mendapati hasil 63.4% memiliki sikap stigma cukup tinggi dan 33.7% memiliki sikap stigma tinggi. Adapun hasil analisis terhadap kedua variabel diketahui bahwa 47,5% responden dengan tingkat pengetahuan tentang Covid-19 berkategori baik, memiliki sikap stigma tergolong cukup tinggi. Namun, dari hasil uji Chi-Square diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Covid-19 dengan sikap stigma masyarakat Yogyakarta terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Sikap stigma yang muncul adalah faktor dari kesalahpahaman dalam menerima informasi mengenai bahaya dan penularan Covid-19. 


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 199
Author(s):  
Fadhlizha Izzati Rinanda Firamadhina ◽  
Hetty Krisnani

Social media is widely a common thing for everyday lives now, Even some people cannot live without it. One of the most downloaded applications in 2020 now is TikTok and they change the game in social media with its 15-60 duration videos. No wonder the impact it has on multiple sectors in the world. But can TikTok operate in the education sector? In this article, the writer will analyze Generation Z's behavior towards TikTok used as educational media and activism. The intervention methods used in this article are with literature review. Results found that TikTok can be used as a form of informal education and digital activism. Informal education, it is found that a model of learning and policy is needed to have its effect on activities. To conclude, social media usage in educational sectors is indeed beneficial, but it needs more further research and models for its applications in its activities. 


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 239
Author(s):  
Rendra Permana ◽  
Robert M.Z. Lawang

Memahami bentuk kapital sosial dalam masyarakat heterogen dapat membantu mendukung pembangunan sosial yang bermuara kepada pengentasan kemiskinan. Konsep kemiskinan sosial dari Lewandowsky digunakan sebagai alat analisis kemiskinan yang dihadapi orang Marind. Penelitian ini berfokus pada masalah kemiskinan dan kapital sosial di Kampung Wapeko, distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua. Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan dan menganalisis gambaran bentuk kapital sosial masyarakat orang asli Papua (Marind) dan transmigran di kampung Wapeko serta fungsi kapital sosial yang terbentuk dari kedua masyarakat tersebut dalam pengentasan kemiskinan di kampung Wapeko. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dari hasil penelitian, diketahui profesi orang Marind sebagai subsisten (pemburu, peramu), belum mengolah sumber daya alam karena tidak adanya kemampuan teknis dan jaringan dalam pengelolaannya (bertani, berdagang). Orang Marind hanya mampu memiliki kebutuhan dasar (rumah, listrik, air bersih) serta akses ekonomi yang sangat terbatas. Kapital sosial warga Marind berupa bonding social capital dengan penekanan pada norma pembagian dan pengelolaan lahan, kekerabatan (marga), pemanfaatan hutan serta konservasi tradisional (sasi). Tipologi bonding social capital orang Marind menimbulkan kesulitan untuk dapat menghadapi perubahan kondisi kampung dari bentuk kehidupan tradisional menuju modern karena kapital sosial yang dimiliki tidak mampu menggapai secara maksimal kapital sosial dari kelompok lain yang lebih permisif. Warga transmigran di Wapeko memiliki bridging social capital dengan norma kerjasama (gotong royong) dan etos kerja pantang menyerah yang menimbulkan jaringan yang kuat dalam menjalankan beragam variasi mata pencaharian (bertani, berdagang, pegawai) sehingga kondisi ekonominya meningkat. Pelaksanaan norma warga transmigran menimbulkan kepercayaan dari orang Marind dalam hal pemberian akses pembagian dan pengelolaan lahan serta pemanfaatan hutan. Hal tersebut memicu munculnya bridging social capital diantara dua kelompok tersebut dengan penguatan pada munculnya norma sewa lahan dan perdagangan hasil hutan (pengepul) sehingga menimbulkan pergerakan kesejahteraan ekonomi di kedua pihak. Kesimpulan penelitian adalah kemiskinan yang terjadi pada orang Wapeko disebabkan karena tidak dimilikinya bridging social capital.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 217
Author(s):  
Nuril Endi Rahman ◽  
Hendrie Adjie Kusworo

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) merupakan tenaga  non profesional yang direkrut dari unsur tokoh masyarakat setempat,  dalam rangka menyukseskan penyelenggaraan program kesejahteraan sosial di tingkat kecamatan. Bekerja sebagai TKSK yang memiliki keterbatasan materi dan karier, serta tantangan yang sulit dalam praktiknya merupakan sebuah pekerjaan yang menyimpan makna subjektif yang dialami oleh masing-masing TKSK.  Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna subjektif dari para TKSK di Kabupaten Situbondo dalam menjalani pekerjaannya sebagai pendamping PMKS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumen. Analisis data bersifat induktif yang dilakukan sejak proses pengumpulan data. Analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa, Para TKSK di Dinas Sosial Situbondo menjalankan pekerjaannya berdasarkan: 1.Motif kemanusiaan dan religiusitas, di mana pekerjaannya merupakan pekerjaan yang mulia dan atas dasar panggilan untuk mendampingi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang merupakan kelompok marginal dan mengalami kondisi pra sejahtera, serta tidak memiliki akses terhadap program-program kesejahteraan sosial, para TKSK juga menganggap pekerjaannya adalah sebagai sarana ibadah. 2. Motif ekonomi, para TKSK menjalani pekerjaan adalah bagian dari memenuhi kebutuhan hidupnya. 3. Motif mengejar karier, para TKSK di Dinas Sosial Situbondo menjalani pekerjaan tidak terlepas dari keinginan mencapai karier yang diinginkan dalam pekerjaannya, para TKSK mengharapkan statusnya untuk disetarakan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Makna kerja sebagai calling, lebih melekat pada TKSK yang memiliki masa pengabdian 5-10 tahun, sedangkan para TKSK non-aktif lebih dominan memaknai pekrjaannya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup dan mengejar karier.                                            Kata kunci: Makna kerja, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Pendamping PMKS


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 175
Author(s):  
Anisa Anisa ◽  
Muhammad Fedryansyah ◽  
Meilanny Budiarti Santoso

Kekerasan terhadap perempuan sebagai kelompok rentan dalam situasi bencana adalah isu yang kurang mendapat perhatian dalam proses penanggulangan bencana. Padahal isu ini sering kali terjadi, mulai dari tindak kekerasan yang ringan seperti diskriminasi, subordinasi, marginalisasi, beban ganda. Hingga tindak kekerasan yang serius seperti kekerasan secara fisik, psikis hingga ekonomi. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang rawan terjadi bencana, baik bencana alam, non – alam, ataupun bencana sosial memerlukan pedoman untuk pencegahan kekerasan terhadap perempuan dalam situasi bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dalam situasi bencana dengan menggunakan analasis manajemen stratefi David (2011). Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptf dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi non pastipatif dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini informan yang terlibat berjumlah 11 orang. Hasil penelitian ini menggambarkan upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dalam situasi bencana yang telah di lakukan oleh lembaga DP3AKB Jabar. Di dalamnya membahas tiga tahap manajemen strategi yaitu tahap perumusan strategi, tahap implementasi strategi dan tahap evaluasi strategi. Namun, hasil pelaksanaan strategi masih belum dapat mencapai tujuan. Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan sebuah plan of treatment berupa kegiatan Penguatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Situasi Bencana dengan tujuan untuk meningkatkan dan menguatkan peran masyarakat dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dalam segala situasi termasuk dalam situasi bencana.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 227
Author(s):  
Sugiyanto Sugiyanto ◽  
Rini Dorojati ◽  
Utami Sulistiana ◽  
Nelly Tiurmida
Keyword(s):  

       Paper berjudul menanamkan nilai-nilai kearsipan pada keluarga merupakan hasil penelitian di lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga (LK3) Pusaka di Kota Yogyakarta.  Penelitian bertujuan menguangkap dampak positif pendokumentasian arsip individu sebagai anggota  keluarga bagi dirinya dan keluarga dalam kepentingan hidup bernegara.       Pendekatan penelitian dengan metode kualitatif melalui study kasus tunggal, bersifat retrospective kearah perkembangan yang positif untuk menemukan kecenderungan dan arah perkembangan suatu kasus. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling, data primer dan sekunder dikumpulan melalui observasi, interview dan studi pusataka. Untuk menjamin reliabilitas data maka peneliti melakukan empat langkah reliabilitas, yaitu uji credibility, transferabilitas, dependability dan conformability.Temuan penelitian nilai kearsipan LK3 Pusaka cukup memadai sehingga penelitian ini dapat berkontribusi dalam memberi criticize, membuat dan mengembangkan  perilaku tertib dan disiplin yang membentuk keluarga arsiparis.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Maryatun Maryatun ◽  
Soni Akhmad Nulhaqim

ABSTRAKAdministrator memiliki peran besar dalam rangka pelaksanaan tugas fungsi panti pelayanan sosial melalui upaya rehabilitasi dan pemberdayaan untuk kemandirian Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Panti Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan Orang Terlantar Mardi Utomo Semarang memiliki tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional ataupun penunjang Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah di bidang rehabilitasi sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial khusus pengemis, gelandangan orang terlantar (PGOT). Dalam melaksanakan tugas pokok rehabilitasi, panti pelayanan sosial PGOT Mardi Utomo menselaraskannya dengan upaya pemberdayaan melalui pelaksanaan manajemen open system dengan media pengembangan Taman Edukasi Pelangi dan Agrososial Mardi Utomo. Terkait hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peranan/tindakan kepala panti dalamupaya rehabilitasi dan pemberdayaan untuk kemandirian Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Teori yang digunakan untuk mengetahui peranan administrator dalam penelitian ini menggunakan konsep organisasi layanan manusia dilihat dari Social Work Administrator. Metode penelitian deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data melalui wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala Panti Pelayanan Sosial Pengemis Gelandangan Orang Terlantar Mardi Utomo Semarang sudah melaksanakan peran/ tindakannya dengan baik dalam upaya rehabilitasi dan pemberdayaan dilihat dari aspek penerimaan, kreatif, demokrasi, kepercayaan, perencanaan, pengorganisasian dan pembuatan keputusan yang terkait upaya rehabilitasi dan pemberdayaan sosial untuk kemandirian PPKS.ABSTRACK Administrators have a large role in the implementation of the functioning duties of social services through rehabilitation and empowerment efforts for the independence of social welfare service (PPKS). Social Services Orphanage Beggar Homeless People Displaced Mardi Utomo Semarang has a duty in the field of social rehabilitation with social welfare problems especially beggars, homeless people displaced. Panti Mardi Utomo aligns it with empowerment efforts through the implementation of open system management with the development media of Taman Pendidikan Pelangi and Agrosocial Mardi Utomo. This research aims to illustrate the role of nursing heads in rehabilitation and empowerment for the independence of social welfare service. To find out the role of an administrator using the human services organization concept is viewed from the Social Work Administrator. Qualitative descriptive research methods, interview data collection techniques and literature studies. The results showed the head of Social Services Forgging Homeless People Mardi Utomo Semarang has performed a good role in rehabilitation and empowerment from the aspects of acceptance, creative, democracy, trust, planning, organizing and decision making related to rehabilitation and social empowerment for PPKS independence. 


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 163
Author(s):  
Wandi Adiansah ◽  
Soni Akhmad Nulhaqim ◽  
Gigin Ginanjar Kamil Basyar
Keyword(s):  

Konflik agraria merupakan salah satu jenis konflik yang masih terus terjadi di Indonesia. Konflik ini mengalami fluktuasi yang signifikan dari tahun ke tahun. Upaya resolusi konflik agraria melalui pendekatan litigasi dan non litigasi yang selama ini dilakukan masih belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini menunjukan bahwa diperlukan pendekatan lain dalam resolusi konflik agraria ini. Pengembangan masyarakt hadir sebagai upaya alternatif resolusi konflik agraria yang dapat dilakukan. Metode penelitian dalam tulisan ini yaitu metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data studi literatur dan studi penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukan bahwa konflik agraria menjadi konflik yang paling eksesif di Indonesia. Konflik agraria disebabkan oleh dua masalah utama yaitu masalah administrasi pertanahan dan pemanfaatan tanah. Secara umum upaya resolusi konflik agraria dilakukan dengan menggunakan pendekatan litigasi dan non litigasi. Resolusi konflik agraria berbasis komunitas melalui pengembangan masyarakat dapat menjadi upaya alternatif resolusi konflik agraria yang dapat dilakukan untuk menciptakan hasil berupa win-win sollutions bagi pihak-pihak yang berkonflik. Pengembangan masyarakat sebagai upaya resolusi konflik agraria ini dilakukan melalui empat tahapan utama yaitu tahap community organizing, tahap visioning, tahap planning dan tahap implementation and evaluation.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document