Callosum Neurology
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

68
(FIVE YEARS 47)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Callosum Neurology

2614-0284, 2614-0276

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 43-47
Author(s):  
Ida Ayu Sri Indrayani ◽  
Ida Bagus Kusuma Putra ◽  
I Gusti Ngurah Ketut Budiarsa ◽  
Anak Agung Bagus Ngurah Nuartha ◽  
Angga Krishna ◽  
...  

Pendahuluan: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) diumumkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Studi menemukan stroke dapat merupakan salah satu manifestasi neurologi COVID-19. Studi mengenai karakteristik pasien stroke pada masa pandemi COVID-19 dipublikasi untuk menunjang data mengenai COVID-10 pada pasien stroke sehingga mendukung penyusunan pedoman tatalaksana stroke yang lebih baik di masa pandemi COVID-19 Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik pasien stroke selama pandemi COVID-19 di RSUP Sanglah Kota Denpasar Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif dengan kriteria inklusi pasien yang didiagnosa stroke di RSUP Sanglah pada periode Juni-Agustus 2020. Subjek dipilih menggunakan teknik consecutive sampling Hasil Penelitian: Studi melibatkan 69 pasien stroke dengan laki-laki sebanyak 62,3% dan perempuan 37,7%. Stroke non-hemoragik didapatkan sebanyak 67,7% dan stroke hemoragik 33,3%. Dari skrining Rapid Test ditemukan 7,2% hasil reaktif dan 92,8% non-reaktif. Pemeriksaan PCR pada tes swab menunjukkan hasil 10,1% positif, negatif 11,6%, dan yang tidak diperiksa sebanyak 78,3%. Hasil pemeriksaan rontgen thorax menunjukkan gambaran pneumonia sebanyak 23,2%, tidak pneumonia sebanyak 75,4%, dan TB 1,4%. Hasil pemeriksaan D-Dimer ditemukan 62,3% normal dan 37,7% meningkat. Dari pasien yang memiliki hasil swab test positif (7 orang), didapatkan 7 orang dengan hasil D-Dimer meningkat Simpulan: COVID-19 dapat ditemukan sebagai penyebab atau penyakit penyerta pasien stroke pada masa pandemi ini. Kadar D-dimer yang tinggi dapat menjadi marker gangguan koagulasi pada COVID-19 yang merupakan salah satu mekanisme penyebab stroke pada infeksi SARS-CoV-2 ini Kata Kunci: COVID-19, D-dimer, Karakteristik, Stroke


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 6-15
Author(s):  
Ria Damayanti ◽  
Machlusil Husna ◽  
Lovita Meika Savitri ◽  
Nur Izzati

Latar Belakang: Epilepsi terjadi akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan, paroksismal dan abnormal pada neuron otak. Kelainan di bidang psikiatri seringkali muncul bersama dengan epilepsi. Hampir 20% sampai 60% pasien epilepsi memiliki beberapa jenis komorbiditas psikiatri. Kelainan di bidang psikiatri yang paling umum pada pasien epilepsi adalah depresi, ansietas dan psikotik.  Tujuan: Pada artikel ini akan dibahas mengenai epilepsi dengan komorbiditas psikiatri terutama psikosis dari tinjauan klinis, patofisiologi dan manajemen yang direkomendasikan, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien epilepsi secara umum. Diskusi: Secara umum psikosis epilepsi diklasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan kejang yang yaitu iktal psikosis, postiktal psikosis dan interiktal psikosis. Epilepsi dengan komorbiditas psikiatri diduga disebabakan oleh faktor neuropatologi, neurokimia, genetik, dan psikososial. Simpulan: Pengetahuan khusus diperlukan untuk pemilihan obat anti epilepsi (OAE) pada pasien epilepsi dengan psikosis karena seringkali terjadi interaksi obat, efek sinergi, serta efek samping yang tidak diharapkan. Kata Kunci: Manajemen Psikosis, Epilepsi, Anti Psikotik, Anti Epilepsi


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 21-26
Author(s):  
Peter Peter ◽  
Joshua Asley ◽  
Alfansuri Kadri ◽  
Putri Chairani Eyanoer ◽  
Eddy Bangun ◽  
...  

Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak kedua di dunia setelah penyakit jantung. Di negara berkembang, stroke hemoragik mencakup 34% dari semua stroke, yang disebabkan oleh perdarahan intraserebral dan perdarahan subaraknoid. Kelainan EKG dapat ditemukan pada pasien stroke hemoragik  pada 72 jam pertama setelah kejadian. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan abnormalitas EKG pada pasien stroke hemoragik yang mungkin berdampak pada peningkatan mortalitas, disertai pengaruh faktor usia, jenis kelamin, dan tekanan darah sistolik terhadap mortalitas pasien stroke hemoragik. Metode: Penelitian potong lintang retrospektif pada data rekam medis pasien stroke hemoragik di RS Haji Adam Malik, Medan periode 2017-2020, dengan teknik total sampling. Jumlah sampel yang masuk dalam kriteria inklusi sebanyak 157 sampel, yang kemudian di bagi berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, tekanan darah sistolik, abnormalitas EKG, dan mortalitas. Hasil: Subjek penelitian yang meninggal dengan EKG abnormal berjumlah 45/77 (58,4%), sedangkan subjek yang meninggal dengan EKG normal sebanyak 32/77 (41,6%). Didapatkan hubungan bermakna antara abnormalitas EKG dan mortalitas pasien stroke hemoragik dengan odd ratio (OR) 3,281; 95% IK 1,698-6,341; p<0,001. Usia (OR 0,985; 95% IK 0,960-1,010; p=0,234), jenis kelamin (OR 0,794; 95% IK 0,424-1,487; p=0,472), dan tekanan darah sistolik (OR 0,993; 95% IK 0,984-1,002; p=0,135) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan mortalitas pasien stroke hemoragik. Simpulan: Pasien stroke hemoragik dengan kelainan EKG memiliki kemungkinan mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan pasien normal, sedangkan variasi usia, jenis kelamin, dan tekanan darah sistolik tidak memiliki hubungan signifikan dengan mortalitas pasien stroke hemoragik. Kata Kunci: EKG, Mortalitas, Stroke, Perdarahan Intrakranial


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 27-33
Author(s):  
Adrean Hartanto Halim ◽  
Ida Ayu Sri Wijayanti

Latar Belakang: Nyeri kepala adalah salah satu gejala yang dapat timbul pada Pasien COVID-19. Tujuan: Membahas nyeri kepala sebagai gejala infeksi COVID-19. Diskusi: Gejala ini dapat muncul selama pasien terinfeksi virus dan disertai dengan gejala khas COVID-19 lainnya seperti demam, batuk kering, sesak napas, sakit tenggorokan, dan nyeri otot. Peran infeksi COVID-19 dan reseptor enzim Angiotensin-Converting 2 (ACE2) di dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer sangat berhubungan pada munculnya manifestasi nyeri kepala karena terjadinya efek badai sitokin. Beberapa pasien dengan stroke iskemik, migrain, dan ensefalitis mengeluhkan nyeri kepala. Simpulan: Nyeri kepala dengan berbagai intensitas dan lokasi merupakan kondisi yang harus diwaspadai karena merupakan salah satu indicator keterlibatan sistem saraf dalam perjalanan penyakit COVID-19. Kata Kunci: COVID-19, Nyeri kepala, Reseptor ACE2


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Cempaka Thursina ◽  
Sri Sutarni ◽  
RA Yayi Suryo Prabandari ◽  
Retno Sutomo ◽  
Carla Raymondalexas Machira ◽  
...  

Latar belakang: Internet gaming merupakan kejadian yang merambak dan menjadi hal yang lazim di seluruh dunia. Seiring itu pula, timbul keresahan terkait internet gaming, yaitu peningkatan jumlah gamers yang teradiksi. Maka dari itu, penelitian ini dlakukan untuk mengenal internet gaming disorderi(IGD) terutama di daerah perdesaan di Yogyakarta. Modified Children Mini Mental Status Examination(MMMSEC) merupakan alat ukur yang dipakai dalam pengukuran fungsi kognitif maupun atensi pada anak-anak. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara nilai MMMSEC bagian atensi, dan memori dengan IGD pada siswa SMP di daerah perdesaan, Yogyakarta Metode Penelitian: Metode menggunakan studi potong lintang di sejumlah SMP di daerah perdesaan Bantul, Yogyakarta pada Mei-Juni 2019. Subyek penelitian kemudian dilakukan assessment terhadap kejadian IGD, dan setelah itu dilanjutkan dengan assessment. Didapatkan total 74 subyek penelitian dengan 37 subyek dengan IGD, dan 37 merupakan subyek kontrol. Hasil: Prevalensi dari siswa SMP yang terkena IGD yaitu 8.2% di daerah perdesaan di Yogyakartan,. Terdapat 74 subyek penelitian, sebanyak 64.9% laki-laki dan 35.1% perempuan. Analisis non parametrik dengan Mann-Whitney hasil MMMSEC antara IGD dan kontrol mendapatkan hasil yang bermakna di penilaian atensi (p value =0.00), dan nilai total (p value=0.029), sedangkan pada penilaian orientasi, registrasi, recall dan bahasa tidak didapatkan hasil yang bermakna. Hasil analisist terhadap perbedaan nilai MMSMEC pada jenis kelamin tidak mendapatkan hasil yang bermakna. Simpulan: Terdapat hubungan antara nilai MMSMEC pada bagian atensi, dan total dengan IGD pada siswa SMP di perdesaan Yogyakarta. Kata Kunci: Internet Gaming Disorder, IGD, MMMSEC, Atensi, Memori


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 127-131
Author(s):  
Eric Hartono Tedyanto ◽  
Ni Komang Sri Dewi Untari

ABSTRAK Latar Belakang: Secara klinis, leukostasis didiagnosa pada pasien leukemia dengan hasil laboratorium hiperleukositosis (>100.000 u/L) disertai manifestasi respiratorik, neurologis, atau renal. Insidensi hiperleukositosis pada Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) usia dewasa 10-30%, jarang pada wanita, dan jarang menyebabkan leukostasis. Laporan Kasus: Seorang wanita berusia 20 tahun dikonsulkan dari bagian penyakit dalam dengan kejang umum tonik-klonik. Hasil laboratorium menunjukkan leukosit 134.500 u/L, hasil EKG menunjukkan iskemik miokardium. Diskusi: Leukostasis jarang terjadi pada pasien leukemia. Leukostasis menyebabkan aliran oksigen dalam darah menuju sel menjadi inadekuat, termasuk salah satunya aliran darah yang menuju sel otak. Hipoksia jaringan otak merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya kejang. Kesimpulan: Leukostasis merupakan suatu keadaan emergensi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Tujuan tatalaksana penyakit adalah mengurangi mortalitas dini, termasuk tatalaksana kejang, yang merupakan salah satu menifestasi klinis leukostasis. Kata kunci: kejang, leukostasis, leukemia.   ABSTRACT Background: Clinically, leukostasis is diagnosed in patients with leukemia with laboratory results of hyperleukocytosis (> 100,000 u / L) followed by respiratory, neurological, or renal manifestations. The incidence of hyperleukocytosis in Acute Lymphoblastic Leukemia (LLA) is 10-30% of adult age, rare in women, and rarely causes leukostasis. Case Report: A 20th-years-old woman was consulted from an Internal Medicine Department with a tonic-clonic general seizure. Laboratory results showed that leukocytes were 134,500 U / L and ECG results showed an ischemic myocardium. Discussion: Leukostasis rarely occurs in leukemic patients. Leukostasis causes the flow of oxygen in the blood to the cells to be inadequate, including the blood flow to brain cells. Brain tissue hypoxia is one of the trigger factors for seizures. Conclussion: Leukostasis is an emergency situation that can increase patient morbidity and mortality. The aim of disease management is to reduce early mortality, including management of seizures, which is one of the clinical manifestations of leukostasis. Keywords: seizure, leukostasis, leukemia.


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 100-105
Author(s):  
Anna Marita Gelgel ◽  
Tommy Sarongku
Keyword(s):  
Pet Scan ◽  

Epilepsi merupakan penyakit sistem saraf pusat yang ditandai dengan bangkitan berulang karena terganggunya aktivitas sel di otak. Sekitar 1-25 populasi didunia menderita epilepsi. Penderita epilepsi yang masih mengalami suatu bangkitan, meski sudah mendapatkan 2 jenis obat anti epilepsi, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan suatu tindakan bedah epilepsi. Bedah epilepsi merupakan suatu tindakan invasif yang mereseksi fokal epilepsi, dengan harapan penderita bebas kejang. PET Scan merupakan salah satu pencitraan yang perlu dilakukan untuk mengevaluasi pasien sebelum dilakukan tindakan bedah epilepsi.


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 96-99
Author(s):  
Harris Kristanto Soedjono ◽  
Candida Isabel Lopes Sam

Background: Optic neuritis is an inflammatory demyelinating process that causes acute impairment of vision that may appear in one or both eyes, either simultaneously or successively. Case: A 22-year-old woman admitted to Neurology Clinic with chief complaint of sudden vision loss in both eyes simultaneously in the last two days. Additional complaints like headache and dizziness also occur. The patient was in her 7th day of post-partum period when this happened. There was no problem during pregnancy nor delivery. The initial visual acuity was 1/300 in both eyes. The patient then admitted and treated with high-dose corticosteroid. After treatment, the patient went home with visual acuity of more than 6/60. Discussion: This patient may have B6, B12, and folic acid deficiency that can cause demyelinating process of optic nerve. It is also possible as an early manifestation of Multiple Sklerosis, an autoimmune process that arises during post-partum period. Conclusion: Pregnancy has a protective effect to autoimmune disease, whereas post-partum period is immunologically more vulnerable to autoimmune disease. Keywords: optic neuritis, post-partum, sudden vision loss


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 106-117
Author(s):  
Ni Made Susilawathi ◽  
Kumara Tini ◽  
Ida Ayu Sri Wijayanti ◽  
Putu Lohita Rahmawati ◽  
Putu Gede Sudira ◽  
...  
Keyword(s):  

Latar Belakang: Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan penularannya yang sangat cepat di seluruh dunia berdampak terhadap perubahan pelayanan kesehatan di bidang neurologi sebagai upaya mendukung program pengendalian penyakit ini. Tujuan: Merumuskan rekomendasi panduan pemeriksaan neurologis untuk pelayanan teleneurologi.   Diskusi: Penyesuaian dalam pelaksanaan pelayanan neurologi perlu segera dilakukan dengan mengadopsi metode pelayanan dengan telemedicine terutama dalam tata cara pemeriksaan pasien dengan pembatasan fisik dan sosial sebagai salah satu langkah pencegahan infeksi SARS-CoV-2. Simpulan: Layanan teleneurologi perlu dikembangkan dalam pelayanan neurologi termasuk pengembangan prosedur pemeriksaan neurologis secara virtual.


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 88-95
Author(s):  
Aurelia Vania ◽  
Desie Yuliani ◽  
I Ketut Sumada

Latar Belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan penyakit yang mudah menular dan menyebabkan kondisi pandemi saat ini. Manifestasi utama infeksi SARS-CoV-2 adalah gangguan sistem respirasi, tetapi manifestasi neurologis telah dilaporkan pada beberapa literatur. Tujuan: Untuk menggambarkan manifestasi klinis neurologis yang dapat ditemukan pada pasien COVID-19. Diskusi: Gejala neurologis yang dapat timbul pada COVID-19 bervariasi dari nyeri kepala, dizziness, anosmia, penyakit serebrovaskular, penurunan kesadaran, ensefalitis, meningitis, Guillain-Barré Syndrome, dan gangguan muskuloskeletal. Manifestasi klinis neurologis terkadang muncul mendahului gejala tipikal COVID-19. Simpulan: COVID-19 menyebabkan manifestasi klinis neurologis yang bervariasi dari gejala non-spesifik hingga gejala spesifik yang melibatkan sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, dan muskuloskeletal. Infeksi virus ini perlu diwaspadai sebagai penyebab keluhan neurologis di masa pandemi dan manifestasi neurologis baru perlu diantisipasi selama perawatan pasien COVID-19. Kata Kunci: COVID-19, manifestasi neurologis, SARS-CoV-2


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document