Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

90
(FIVE YEARS 56)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Relawan Jurnal Indonesia

2597-7520, 1907-6401

2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 118-126
Author(s):  
Ahmad Aswal Liambo ◽  
Sudarto Ronoatmodjo ◽  
Miftahul Jannah

Latar Belakang: Prevalensi hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia sebesar 25,8% dan proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 26,1% pada tahun 2013. Tujuan: Mengetahui prevalensi hipertensi, proporsi aktivitas fisik kurang aktif dan hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi pada penduduk dewasa di Indonesia berdasarkan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. Metode: Populasi adalah seluruh penduduk dewasa (≥18 tahun) sebanyak 26.043 responden. Variabel yang dianalisis meliputi hipertensi, aktivitas fisik, umur, jenis kelamin, pendidikan, obesitas, merokok dan tempat tinggal. Kriteria hipertensi menggunakan pedoman JNC-7 (140/90 mmHg), aktivitas fisik diukur berdasarkan kebiasaan melakukan kegiatan fisik minimal selama 10 menit dalam seminggu, terdiri dari aktif dan kurang aktif. Uji statistik pada analisis bivariat dan multivariat menggunakan cox regression. Hasil: Hasil analisis menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 24,09%, proporsi kurang aktivitas fisik sebesar 35,68% dan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi (P value 0,0001). Kesimpulan: Penduduk yang memiliki aktivitas fisik kurang aktif berisiko 1,15 kali mengalami hipertensi dibandingkan penduduk yang memiliki aktivitas fisik aktif (PR: 1,15; 95% CI: 1,09-1,21). Disarankan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan fisik dengan jalan kaki minimal selama 30 menit setiap harinya.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 127-132
Author(s):  
Eka Alicia Fibrianti ◽  
Imam Thohari ◽  
Marlik Marlik
Keyword(s):  

Latar Belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronik yang mengakibatkan gagal tumbuh pada anak. Salah satu faktor utama penyebab kejadian stunting adalah sarana sanitasi dasar yang dapat mempengaruhi asupan gizi pada anak karena asupan gizi harus didukung dengan dengan hygiene sanitasi dan kondisi lingkungan yang memadai. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar dengan kejadian stunting diwilayah kerja Puskesmas Loceret Kabupaten Nganjuk. Metode: Metode yang digunakan bersifat observasional dengan pendekatan analitik dan desaincase control. Sampel penelitian adalah balita di Puskesmas Loceret berjumlah 98 sampel. Observasi sarana sanitasi dasar rumah dilakukan dengan menggunakan instrumen dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil : Hasil penelitian dari 98 sampel diteliti bahwa71,4% sarana penyediaan air bersih, 48% sarana jamban, 15,3% sarana pengelolaan air limbah, 30,6% sarana pengelolaan sampah, 29,6% sarana pengelolaan makanan dan 42,9% sarana sanitasi dasar adalahmemenuhi syarat.Berdasarkan uji statistik,didapatkan hasil bahwa sarana penyediaan air bersih (p=0,180) dan sarana pengelolaan air limbah tidak signifikan (p=0,161). Sarana jamban (p=0,026), sarana pengelolaan sampah (p=0,028), sarana pengelolaan makanan (p=0,000) dan sarana sanitasi dasar signifikan (p=0,001). Kesimpulan :Hasil uji statistik menunjukkan bahwaada hubungan sarana sanitasi dasardengan kejadian stunting.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 65-70
Author(s):  
Atik Choirul Hidajah ◽  
Febriyanti Febriyanti ◽  
Debri Rizki Faisal

Latar Belakang: Gempa bumi yang terjadi pada bulan Juli dan Agustus di Lombok menimbulkan beberapa masalah kesehatan, salah satunya adalah keracunan makanan yang disebabkan oleh penurunan kualitas lingkungan. Pada tanggal 9 September 2018 dilaporkan kasus keracunan makanan di Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa akibat mengkonsumsi makanan pada saat kegiatan trauma healing. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan etiologi penyebab keracunan makanan di Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa. Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode investigasi dan observasi data sekunder KLB keracunan makanan Hasil : Gejala awal keracunan makanan pada pukul 16.00. Puncak tertinggi dirasakan pada pukul 19.00-19.59 dengan jumlah 65 orang. Penduduk yang paling banyak mengalami keracunan makanan adalah perempuan sebanyak 59 orang (50,43%) dan kelompok umur 5-11 tahun sebanyak 62 orang (53%). Gejala yang paling umum adalah muntah (95%). Jenis makanan yang diduga menyebabkan keracunan makanan adalah ayam (AR = 81,19%), nasi (AR = 75,21%) dan sayuran (AR = 67,52%). Agen yang diduga sebagai penyebab keracunan makanan adalah Staphylococcus, Clostridium Perfringens dan Eschericia Coli.Kesimpulan: Keracunan makanan yang terjadi di Desa Mapi Rea merupakan sumber penularan umum yang berasal dari satu sumber penularan yaitu makanan yang dimakan pada saat kegiatan trauma healing. Makanan yang dianggap memiliki risiko tinggi adalah ayam, nasi, dan sayuran. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa Eschericia Coli merupakan bakteri penyebab keracunan makanan.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 133-138
Author(s):  
Nita Wahyuningsih ◽  
Dina Susanti

Latar Belakang: Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Penggunaanalat pelindung diri oleh tenaga kesehatan khusunya perawat saat memberikan pelayanan merupakan salah satu upaya pencegahan penularan virus Covid-19 yang saat ini masih menjadi wabah di seluruh dunia.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan alat pelindung diri oleh perawat di Ruang UGD dan Ruang khusus Covid-19.Metode: Penelitian ini merupakanpenelitian deskriptif yang melibatkan 45 orang perawatRuang UGD dan Ruang khusus Covid-19. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk google form kemudian data dianalisis secara deskriptif dengan bantuan Program SPSS for Windows 17,0 version.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh perawat di ruang UGD dan Ruangan Khusus Covid-19 dalam pemakaian penutup kepala, masker bedah atau N95, pelindung wajah, gaun bedah dan gaun isolasi, apron, sarung tangan dan pelindung sepatu. Kesimpulan: secara umum perawat di Rumah Sakit X sudah menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan tahun 2020.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Dita Hasni ◽  
Syakira Olyvia Dwi Nanda ◽  
Tri Puspita PAF
Keyword(s):  

Latar belakang : Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh pola makan baik berupa asupan zat gizi makro ataupun mikro seperti protein, lemak, karbohidrat, natrium, dan kalium. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran asupan karbohidrat, lemak, protein, natrium dan kalium pada pasien dengan hipertensi di Puskesmas Pajar Bulan Kabupaten Muara Enim Tahun 2020. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Pajar Bulan pada bulan Januari Tahun 2019 - Juli Tahun 2020 dengan 48 sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa data univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dan pengolahan data menggunakan komputerisasi program SPSS versi 25.0. Hasil : Asupan karbohidrat terbanyak adalah cukup yaitu 39 orang (81,3%), asupan protein terbanyak adalah lebih yaitu 33 orang (68,8%), asupan lemak terbanyak adalah cukup yaitu 32 orang (66,7%), asupan natrium terbanyak adalah lebih yaitu 32 orang (66,7%) dan asupan natrium terbanyak adalah kurang yaitu 48 orang (100%). Kesimpulan : Asupan karbohidrat terbanyak adalah cukup, asupan protein terbanyak adalah lebih, asupan lemak terbanyak adalah cukup, asupan natrium terbanyak adalah lebih dan asupan natrium terbanyak adalah kurang 


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 83-89
Author(s):  
Muhammad Sultan
Keyword(s):  

HIV dan AIDS merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah besar di dunia termasuk di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, tingkat infeksi HIV dan AIDS terus mengalami peningkatan yang signifikan. Tidak seperti pada kebanyakan penyakit, HIV dan AIDS sebagian besar penderita usia produktif antara 15 hingga 49 tahun. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun dan  persentase AIDS tertinggi pada kelompok umur 30-39 tahun. Oleh karena itu, HIV dan AIDS dapat menjadi suatu ancaman besar bagi angkatan kerja Indonesia dan membawa dampak yang sangat buruk bagi perekonomian dan permasalahan di tempat kerja. Mengingat usia produktif adalah tulang punggung pada dunia kerja, apabila HIV dan AIDS makin meluas pada masyarakat pekerja, maka akan mengakibatkan berbagai dampak negatif seperti berkurang atau melemahnya sumber daya manusia pekerja, peningkatan biaya pengobatan dan perawatan, kehilangan hari kerja, situasi kerja tidak kondusif, yang kesemuanya itu akan mempengaruhi penurunan produktivitas kerja dan mengancam kelangsungan dunia usaha. Maka, untuk mengantisipasi dampak negatif dari kasus HIV dan AIDS di tempat kerja diperlukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang optimal. Berbagai dampak negatif yang muncul sebagai akibat terinfeksi HIV dan AIDS antara lain kerugian ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung yang diderita individu, perusahaan, dan negara. Penderita HIV dan AIDS akan mengalami kerugian ekonomi yang diakibatkan kurangnya produktivitas kerja dan bahkan kehilangan pekerjaan. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam penanganan penderita HIV dan AIDS. Penurunan produktivitas pekerja akan berdampak pada kurangnya hasil produksi perusahaan dan secara signifikan berdampak pada perekonomian nasional karena terkait pada penerimaan pajak. Kurangnya pemahaman dan kesadaran tenaga kerja tentang HIV dan AIDS di tempat kerja menjadi penyebab munculnya stigma dan diskriminasi bagi ODHA. Stigma dan diskriminasi bagi ODHA juga akan menimbulkan pada gangguan kesehatan mental dan sosial. Selain itu, dampak kesakitan dan bahkan kematian akan dirasakan oleh penderita HIV dan AIDS. Orang yang telah terinfeksi HIV akan mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga dengan mudah terserang penyakit lainnya. Banyaknya penyakit tambahan bagi penderita HIV akan semakin mempercepat pada kematian. Oleh karena itu, perlu program dan tindakan nyata pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja melalui sosialisasi secara rutin dan berkesinambungan, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pencegahan HIV dan AIDS seperti keberadaan tenaga konselor, klinik, dan kerjasama lintas sektor dengan instansi serta pihak lain yang peduli HIV dan AIDS.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 95-101
Author(s):  
Renjani Sulistianah ◽  
Dwi Handayani ◽  
Noer Farakhin

Latar Belakang: Penyakit cacingan banyak dijumpai di negara berkembang beriklim tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Kejadian cacingan merupakan penyakit yang sering dialami oleh anak dengan personal hygiene buruk. Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran personal hygiene dengan gejala cacingan pada anak di Kampung Pasar Keputran Kota Surabaya. Metode: Penelitian ini merupakan studi epidemiologi deskriptif pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini menggunakan seluruh total populasi yang berjumlah sebanyak 49 anak berusia 5-12 tahun. Data yang digunakan adalah data sekunder. Data dianalisis secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi tabulasi silang dengan melihat nilai Odd Rasio (OR) dan probabilitas (P). Hasil:Hasil penelitian menunjukkan (38,8%) responden bergejala cacingan dan sebagian besar memiliki personal hygienebaik (73,5%). Responden yang memiliki kebiasaan defekasi yang buruk memiliki kemungkinan 1,059 kali mengalami gejala cacingan (P=51%). Kesimpulan: Personal hygiene yang buruk terutama pada kebiasaan defekasi dapat berisiko menimbulkan gejala cacingan pada anak. Oleh karena itu diharapkan peran orang tua dalam pola asuh dapat mengajarkan dan membiasakan anak untuk senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat.


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 76-82
Author(s):  
Hairil Akbar ◽  
Shermina Oruh ◽  
Andi Agustang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang dan global. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi akut yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang mengandung virus dengue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan indeks prediksi kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan desain studi kasus kontrol. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat pada bulan Maret sampai Mei 2019. Populasi yang diteliti terdiri dari seluruh penduduk yang berdomisili di Kabupaten Indramayu pada tahun 2017-2018. Total ukuran sampel adalah 102 individu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling sedangkan uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik sederhana, regresi logistik berganda dan analisis ROC. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang masuk dalam rumus indeks, yaitu tiga praktik kebiasaan (3M) di rumah, kebiasaan menggantung pakaian, dan keberadaan sampah. Rumus indeks prediksi kejadian demam berdarah dengue (DBD) (-2,424 + 1,007 * Praktek 3M di rumah (Buruk) + 1,087 * Kebiasaan menggantung pakaian (Ya) + 1,107 * Adanya sampah (Ya)). Penerapan rumus ini dapat menyimpulkan bahwa jika seseorang memenuhi setidaknya dua dari tiga indikator tersebut, maka orang tersebut diprediksi memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sedangkan jika seseorang memenuhi salah satu dari ketiga indikator tersebut, maka seseorang diprediksi memiliki risiko yang lebih rendah untuk menderita demam berdarah dengue (DBD).


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 71-75
Author(s):  
Heni Wijayanti ◽  
Dyah Ayu Wulandari ◽  
Mariam Melyani
Keyword(s):  
T Test ◽  
P Value ◽  

Latar Belakang : Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal. Sebagian besar anemia adalah anemia defisiensi zat besi (Fe) yang dapat disebabkan oleh konsumsi zat besi yang kurang dari makanan.Tomat dan jambu biji merupakan buah yang mengandung vitamin C dan zat besi tinggi yang bermanfaat jika dikonsumsi ibu hamil. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian jus tomat dan jus jambu biji merah terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III. Metode : Penelitian kuantitatif dengan metode quasy experimental two group pre-post test design. Sampel sebanyak 32 responden dengan teknik non probalility sampling. Analisis data menggunakan uji Independent-T Test. Hasil : Terdapat perbedaan efektivitas antara pemberian jus tomat dan jus jambu biji merah terhadap kadar hemoglobin ibu hamil trimester III. Uji Independent-T Test menunjukkan p-value 0,000 (<0,05) dengan nilai rerata kelompok jus tomat sebelum dan sesudah intervensi sebesar 1,10 sedangkan kelompok jus jambu biji merah juga menunjukkan peningkatan rerata kadar hemoglobin ibu hamil sebelum dan sesudah intervensi sebesar 1,86. Kesimpulan : Peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester III dengan pemberian jus jambu biji merah lebih efektif dibandingkan dengan pemberian jus tomat


2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 90-94
Author(s):  
Raden Ayu Aminah Maya ◽  
Rosmiarti Rosmiarti

Latar Belakang: Selama kehamilan, tubuh ibu hamil mengalami perubahan besar yang bias membuat ibu hamil seringkali merasa tidak nyaman, baik itu perubahan fisiologis maupun psikologis. Perubahan ini menimbulkan gejala spesifik sesuai dengan tahapan kehamilan yang terdiri dari tiga trimester. Perubahan psikologis yang sering terjadi pada ibu hamil seperti kecemasan/ stress. Dampak kecemasan yang lain adalah dapat menurunkan kualitas dan kuantitas tidur ibu hamil selama masa kehamilan Terapi non farmakologi yang   dapat dilakukan meliputi relaksasi,guided imagery, progressive   muscle   relaxation,  hipnoterapi dan terapi music klasik. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektifitas hypnopregnancy dalam meningkatkan kualitas tidur ibu. Metode: penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment dengan bentuk rancangan perbandingan kelompok statis (Static Group Comparison) dan menggunakan uji statistik chi square. Data didapatkan dari wawancara melalui lembar observasi langsung dengan instrument The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Sampel penelitian ini berjumlah 30 orang yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kontrol. Hasil:uji statistik, diperoleh tingkat signifikansi ρ<0.05 (ρ: 0.009), yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara hypnopreganncy terhadap kualitas tidur ibu hamil.Kesimpulan:hypnopregnancy dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas tidur ibu.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document