ISTORIA Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sejarah
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

112
(FIVE YEARS 16)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Yogyakarta

2615-2150, 1858-2621

2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Jiva Agung

ABSTRACTOne of the aims of formal education is to enable people to live or to work accordingly to the needs of their era. Unfortunately, instead of being used as a tool of living, nowadays learning (particularly History Education) at schools still focuses on memorizing and is far from productive let alone progressive. Yuval Noah Harari, a professor in the History Department of the Hebrew University of Jerusalem, whose trilogy books describe maps out challenges, problems, as well as recommendations for education in the 21st Century so that people of the Century could live their lives properly. This research is a critical review of Yuval Noah Harari’s thoughts about the challenges of 21st Century education. Three monumental Harari’s works (Sapiens, Homo Deus, 21st Lessons) were examined and critically compared with other relevant works. This paper concludes that there are three ways to resolve the problem of education in the 21st Century. First, by relating three periods (past, present, future); secondly, encouraging governments to make positive policies on the three most important issues (nuclear war, environmental crisis, and the disruption of information and technology); and thirdly, inviting the world to participate in solving global problems.Keywords: The 21st Century, Education, Challenges


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Hervina - Nurullita

ABSTRAKPenelitian ini berangkat dari sebuah pertanyaan bagaimana sejarah kesenian Janger yang sangat populer di Banyuwangi berkembang dengan pesat dan masih menjadi minat masyarakat dari tahun 1930’an sampai sekarang. Janger yang merupakan akulturasi dari Jawa, Bali dan Banyuwangi terus dilestarikan oleh para seniman pendukungnya. Janger identik dengan lakon Damarwulan-Minakjinggo pun menjadi perdebatan antara sejarah dan fiksi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa akulturasi dari seni Janger inilah yang menyebabkan kelestarian Janger Banyuwangi. Selain itu banyak dari seniman Banyuwangi yang menggantungkan hidupnya dari kesenian ini. Kata Kunci: Janger, Banyuwangi, Damarwulan-Minakjinggo, Akulturasi. ABSTRACTThis research come from the question history of Janger which too popular in Banyuwangi and still exist since 1930st until now. Janger is tradisional drama which acculturation from Java, Bali and Bali. Janger identic with story about Damarwulan-Minakjinggo. This story stil argued fiction or non fiction. Thi research using historical method such as heuristic, critic, interpretation and historiography. Result from this research know that acculturation between Java, Bali and Banyuwangi which make them sustainable until now. And the other many artist depend on their life in this drama.  Keywords: Janger, Banyuwangi, Damarwulan-Minakjinggo, Acculturation


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Alifi Nur Prasetia Nugroho

ABSTRAKEtnis Tiongkok merupakan bagian dari entitas budaya Indonesia. Hubungan ini terjalin sejak jaman Kerajaan Hindu-Budha di Nusantara. Rekatnya hubungan Tiongkok secara keseluruhan dengan Indonesia diawali oleh faktor ekonomi. Hiruk pikuk jalur Sutra pada masa Dinasti Han hingga perdagangan di Malaka menambah kedekatan dua negara ini hingga sekarang. Letak geografis yang strategis dalam peta perdagangan dunia menjadikan Tiongkok lahir sebagai kekuatan tandingan Barat dari Asia. Melalui metode studi pustaka dengan menggunakan berbagai sumber diharapkan dapat memberi gambaran pengaruh ekonomi signifikan Tiongkok di kancah dunia Tiongkok hadir keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh negara lain. Kekuatan nilai-nilai tradisional-budaya diiringi perkembangan IPTEK merupakan modal Tiongkok menghadapi persaingan peradaban dunia. Tiongkok dapat bertahan dalam berbagai macam tekanan dan perubahan jaman. Kini pada abad 21, Tiongkok dengan segala kesiapannya telah masuk keseluruhan bagian lini kehidupan masyarakat Indonesia.Kata Kunci: Indonesia, Tiongkok, Revolusi 4.0 ABSTRACTEthnic Chinese are part of Indonesian cultural entities. This relationship has ever existed since the Hindu-Buddhist kingdom in the archipelago. Economic factors preceded the stickiness of Chinese relations. The Silk Road during the Han Dynasty to trade in Malacca added to the closeness of the two countries to the present. The strategic geographical position on the map of world trade made Tiongkok-born as a rival power to the West from Asia. Through the literature study method using various sources, it can provide a significant assessment of the Chinese economy on the world stage. Tiongkok presents unique features which are not provided by other countries. The strength of traditional-cultural values accompanied by the development of science and technology in Tiongkok's capital in facing the competition of world civilizations in various fields. This makes Tiongkok able to endure various kinds of pressures and changes so as not to be eroded by changing times.  Keywords: Indonesia, Tiongkok, Revolution 4.0


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Iin Mas Niyah

ABSTRAKHasan al-Banna sebagi tokoh yang terkemuka di zamannya. Menurut Hasan al-Banna aspek ketuhanan atau keimanan merupakan segi terpenting dalam pendidikan Islam. Yang demikian itu karena tujuan pertama dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang beriman kepada Allah. dalam Islam, iman bukanlah sekedar ucapan atau pengakuan belaka. Iman merupakan kebenaran yang jika masuk ke dalam akal akan memberi kepuasan akli, jika masuk ke dalam  perasaan akan memperkuatnya, jika masuk ke dalam iradah atau keinginan (will) akan membuatnya dinamis dan mampu menggerakkan. Tiang pendidikan berdasar ketuhanan adalah hati yang hidup dan salalu berhubungan dengan Allah SWT, meyakini pertemuan dengan-Nya dan hisab-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya. Hat adalah satu-satunya pegangan yang dapat ditunjukkan oleh seorang hamba kepada Tuhannya pada hari kiamat sebagai sarana bagi keselamatannya. Menurut al-Banna, secara garis besar tujuan pendidikan Islam dibagi menjadi dua bagian: tujuan akhir (permanen) dan tujuan antara (kontekstual).Kata kunci: Hasan Al-Banna, Ikhwanul Muslimin,pendidikan Islam,[WU1] ABSTRACTHasan al-Banna was a prominent figure in his day. According to Hasan al-Banna the aspect of divinity or faith is the most important aspect of Islamic education. That is because the first goal of Islamic education is to shape people who believe in Allah. in Islam, faith is not just a mere speech or confession. Faith is a truth that if it enters into the mind will give satisfaction, if it enters the feeling it will strengthen it, if it enters into the iradah or desire (will) will make it dynamic and able to move. Godhead-based education poles are hearts that live and are always in touch with Allah SWT, believe in meeting Him and His reckoning, expecting His mercy and fearing His punishment. Hat is the only handle that can be shown by a servant to his Lord on the Day of Judgment as a means for his salvation. According to al-Banna, broadly the aim of Islamic education is divided into two parts: the final goal (permanent) and the intermediate goal (contextual). Keyword : Hasan Al-Banna, Muslim Brotherhood, Islamic education, 


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Rini Riris Setyowati

Ekonomi merupakan kunci sukses dalam kemajuan sebuah negara. Perekonomian dapat memperbaiki kehidupan negara, namun dapat juga menghancurkan sebuah negara bahkan negara besar sekalipun. Amerika Serikat adalah salah satu negara maju yang pernah mengalami keterpurukan akibat perekonomian yaitu pada tahun 1929. Runtuhnya perekonomian AS merupakan sebuah pukulan keras mengingat pada tahun 1920an perekonomian sedang maju pesat. Kemajuan perekonomian AS secara besar-besaran disebabkan oleh kenaikan saham secara terus menerus hingga akhirnya terjadi penurunan drastis saham pada tahun 1929, selain itu juga akibat dari perang. Hindia-Belanda turut terkena imbas dalam krisis Malaise. Komoditas barang ekspor hasil bumi Hindia-Belanda sepi dipasaran. Akibatnya terjadi penumpukan hasil barang produksi dan penurunan harga secara drastis. Menurut analisis penulis dengan menggunakan ekonomi Teori Harrod-Domar, kedua negara ini sama-sama terjebak dalam posisi kelebihan produksi. Padahal permintaan pasar pada saat itu sedang mengalami penurunan sehingga keduanya kuwalahan dalam menutupi biaya produksi. Kata kunci: Krisis 1929, Malaise, Hindia Belanda


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Teti Hestiliani

AbstractAt the end of the 19th century there was a change in the system of government in the Dutch East Indies, before a central system was implemented in which all activities were regulated by the central government in Batavia. Then this becomes increasingly complex when various affairs in the region must become central business. The change in the system of government in the Indies was then noticed by various figures in the Dutch parliament and government officials in the Dutch East Indies. This change in the system of government was also an effort to improve the standard of living in the Indies which was considered no longer a wingewest area. then in 1901 through his speech Ratu Wilhelmina conveyed that there must be a change in the system of government in the Indies. Then in 1903 a decentralization law was issued as the basis for regional autonomy in the Dutch EastIndies.  Keywords: Decentralization, Dutch East Indies, City


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Sondang Martini Siregar

ABSTRAKArkeologi merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau melalui benda yang ditinggalkannya. Pada mulanya muncul dari kegemaran orang mengumpulkan harta karun selanjutnya berkembang dengan rasa ingin tahu yang besar mengenai masa lampau. Kajian arkeologi tidak dapat berdiri sendiri karena memerlukan ilmu bantu di dalam penelitian arkeologi yang bertujuan menyusun sejarah kebudayaan, memahami perilaku manusia dan mengetahui proses perubahan kebudayaan. Maka penelitian dianggap berhasil apabila semakin banyak para ahli dalam berbagai disiplin ilmu terlibat dalam penelitian arkeologi.Kata Kunci: paradigma, ilmu, arkeologiABSTRACTArcheology is the study of the past through the objects it left behind. In the beginning, arises from the passion of people collecting treasure and then develop with great curiosity about the past. Archeological studies cannot stand alone because they require knowledge in archeological research aimed at compiling cultural history, understanding human behavior, and knowing the process of cultural change. Then the research is considered successful if more and more experts in various disciplines are involved in archeological research.Keywords: paradigm, science, archeology


2019 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
Author(s):  
Dwi Ayu Oktavia

Desa Aliyan merupakan salah satu desa tempat basis berkonsentrasinya Suku Using yang ada di Banyuwangi yang masih kental akan adat budaya leluhurnya, yakni salah satu adat budaya leluhur yang tetap dilestarikan adalah Ritul Keboan. Ritual Keboan merupakan budaya bersih desa yang diselenggarakan setahun sekali, khususnya pada Suku Using. Pelaksanaan ritual ini diadakan berkaitan dengan pertanian yang digelar oleh masyarakat Suku Using di Desa Aliyan pada Bulan Sura. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ritual adat kebo-keboan sebagai budaya luhur masyarakat Suku Using kabupaten Banyuwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) kritik sumber, (4) interpretasi, (5) penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan Ritual Adat  Keboan merupakan salah satu budaya leluhur Suku Using yang masih dilestarikan oleh generasi Using yang berada di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi.


2019 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
Author(s):  
Aman Aman

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana:  1) realitas sistem penilaian pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Yogyakarta selama ini, 2) kemampuan guru sejarah dalam mengembangkan instrumen penilaian otentik, 3) kompetensi guru sejarah dalam implementasi penilaian otentik, dan 4) kemampuan guru sejarah dalam mengolah hasil pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) realitas sistem penilaian mengikuti rambu-rambu penilaian dalam Kurikulum 2013; 2) guru sejarah cukup mampu dalam mengembangkan instrumen penilaian otentik dibuktikan dengan instrumen penilaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan kompetensi inti dan kompetensi dasar, 3) kemampuan guru sejarah dalam implementasi penilaian otentik cukup baik di mana ada kesesuaian antara instrumen yang dikembangkan dengan penerapannya dalam penilaian, dan 4) kemampuan guru sejarah dalam pengolahan hasil pengukuran cukup baik terbukti dengan dianalisisnya seluruh hasil pengukuran untuk dilakukan penilaian dan evaluasi. Simpulan penelitian ini, guru sejarah SMA Negeri 2 Yogyakarta mampu menerapkan penilaian otentik. Kata kunci: kompetensi, guru sejarah, dan penilaian otentik. ABSTRACTThe aims of this study were to find out: 1) the assessment system reality of teaching and learning of history subject at SMA Negeri 2 Yogyakarta; 2) the competence of history teacher in developing the instrument of authentic assessment; 3) the competence of history teacher in implementing authentic assessment; and 4) the competence of history teacher in processing the assessment result. The result of the study showed that: 1) the assessment system reality has followed the assessment guidance of Curriculum 2013; 2) the competence of history teacher in developing authentic assessment instrument has improved; 3) the competence of history teacher competence was good in implementing authentic assessment where there have been compatibility between developed instrument and assessment implementation; and 4) the competence of history teacher in processing the measurement result was good. The conclusion of this research, the teacher of SMA Negeri 2 Yogyakarta is competence in implementing authentic assessment.  Key words: competence, history teacher, and authentic assessment.


2019 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
Author(s):  
Masyrullahushomad Masyrullahushomad

ABSTRAKIndonesia adalah negara yang plural, pluralisme di Indonesia tercermin dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan simbol pengikat persatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika juga berarti pengakuan terhadap kenyataan sosial historis bahwa rakyat Indonesia telah sejak lama berinteraksi secara rukun dan harmonis. Namun, sangat disayangkan pasca runtuhnya Orde Baru terjadi serangkaian konflik SARA di beberapa daerah. Kota Ambon dan Poso menjadi saksi bahwa kepentingan politik, sosial, ekonomi, dan agama akhirnya mencoreng potret kerukunan dan keharmonisan yang telah terbangun sejak lama. Maka pengokohan nilai-nilai keindonesiaan dan nasionalisme menjadi sangat penting untuk kembali dikuatkan. Sehingga kejadian-kejadian konflik yang pernah terjadi di masa lalu tidak terulang kembali pada masa-masa selanjutnya.Kata Kunci: Kemajemukan, Konflik, dan Persatuan. ABSTRACTIndonesia is a plural country, pluralism in Indonesia is reflected in the motto of Unity in Diversity. The motto of Unity in Diversity is a symbol of the binding of the unity of the Indonesian nation which consists of diverse ethnicities, cultures, languages and religions. Bhineka Tunggal Ika also means recognition of the historical social reality that the Indonesian people have long interacted harmoniously and harmoniously. However, it is very unfortunate that after the collapse of the New Order a series of SARA conflicts occurred in several regions. The cities of Ambon and Poso bear witness that political, social, economic and religious interests have finally tarnished the image of harmony and harmony that has been built for a long time. So strengthening the values of Indonesianness and nationalism becomes very important to be strengthened again. So that the events of conflict that have occurred in the past did not happen again in later periods. Keywords: Diversity, Conflict, and Unity.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document