FAKUMI MEDICAL JOURNAL: Jurnal Mahasiswa Kedokteran
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

9
(FIVE YEARS 9)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Muslim Indonesia

2808-9146

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 60-72
Author(s):  
Ida Royani ◽  
Nurul Fadilah Ali Polanunu ◽  
Nasrudin Andi Mappaware ◽  
Arni Isnaini Arfah ◽  
Ninadiyah Nurul Azizah
Keyword(s):  

Preeklampsia merupakan gangguan khusus pada kehamilan yang ditandai dengan onset baru hipertensi dan disfungsi organ akhir termasuk proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Faktor mediko obstetri seperti usia, graviditas, paritas, usia kehamilan, dan riwayat hipertensi dapat mempengaruhi preeklampsia pada ibu hamil. Untuk menganalisis faktor determinan mediko obstetri terhadap preeklampsia pada ibu hamil. Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan Cross-Sectional retrospektif. Teknik sampling adalah Total Sampling dengan jumlah kasus 50. Sampel diambil dari data rekam medik ibu hamil penderita preeklampsia tahun 2017-2019. Data yang diperoleh dijabarkan dalam bentuk analisis dengan uji Chi Square. Dari total 50 kasus penderita preeklampsia didapatkan distribusi preeklampsia ringan sebanyak 10 kasus (20,0%) dan preeklampsia berat sebanyak 40 kasus (80,0%). Hasil analisis univariat didapatkan distribusi faktor mediko obstetri penderita preeklampsia berdasarkan usia yang terbanyak adalah kelompok usia <20 & >35 tahun 32 kasus (64,0%), berdasarkan graviditas adalah kelompok primigravida 35 kasus (70,0%), berdasarkan paritas adalah kelompok belum pernah melahirkan 35 kasus (70,0%), berdasarkan usia kehamilan adalah kelompok usia kehamilan >37 minggu 32 kasus (64,0%), dan berdasarkan riwayat hipertensi adalah kelompok yang tidak memiliki riwayat 28 kasus (56,0%). Hasil analisis bivariat diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan preeklampsia (p=0,024), graviditas dengan preeklampsia (p=0,004), dan paritas dengan preeklampsia (p=0,004). Sedangkan hubungan antara usia kehamilan dengan preeklampsia (p=1,000) dan riwayat hipertensi dengan  preeklampsia (p=0,302) diperoleh tidak adanya hubungan yang signifikan. Faktor determinan mediko obstetri terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil adalah usia, graviditas, dan paritas.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 73-79
Author(s):  
Nurlana Zamaun ◽  
Anna Sari Dewi ◽  
Rachmat Faisal Syamsu ◽  
Nasrudin Andi Mappaware ◽  
Arni Isnaini Arfah

Preeklampsia adalah sindrom klinis pada masa kehamilan setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg. Faktor resiko terjadinya preeklamsia adalah usia, nulliparitas, riwayat preeklamsia sebelumnya, riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus, riwayat keluarga dan obesitas. Beberapa teori mengemukakan tentang bagaimana terjadinya preeklampsia antara lain teori genetik, teori iskemia uteroplasenter, teori kerusakan endotel pembuluh darah. Tujuan dari literature review ini bertujuan untuk mengetahui hasil luaran bayi pada ibu yang mengalami preeklampsia. Jenis penelitian ini menggunakan literature review dengan desain narrative review yaitu mencari artikel yang membahas tentang hasil luaran bayi pada ibu yang mengalami preeklampsia yang telah dipublikasikan pada jurnal dari tahun 2017-2020.  Jurnal dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan telaah dari beberapa jurnal, didapatkan hasil luaran bayi pada ibu yang mengalami preeklampsia adalah bayi kurang bulan kecil masa kehamilan (KMK), bayi kurang bulan sesuai masa kehamilan (SMK), dan asfiksia.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 44-53
Author(s):  
Andi Herawati ◽  
Syamsu Rijal ◽  
Andi St Fahira Arsal ◽  
Reeny Purnamasari ◽  
Dian Amelia Abdi

Kanker payudara menempati urutan pertama jumlah kasus kanker sekaligus menjadi penyebab kematian terbesar akibt kanker di dunia setia tahunnya. Adapun fakto risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara yaitu jenis kelamin perempuan, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik, riwayat penyakit payudara, riwayat mentruasi/menarche dini (<12 tahun) atau menopause lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding data, serta faktor lingkungan.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 54-59
Author(s):  
Asmin Asmin ◽  
Arni Isnaini Arfah ◽  
Arina Fathiyyah Arifin ◽  
Asrini Safitri ◽  
Nirwana Laddo

Global Nutrition Report menunjukkan jumlah anak umur 5-19 tahun dengan prevalensi gizi lebih di Indonesia menunjukkan peningkatan. Analisis data Riskesdas 2018 di Jawa Timur prevalensi kurus dan sangat kurus 6,00% dan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang 16,8% dan prevalensi gemuk 10,4%. Pola makan merupakan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan terhadap status gizi anak sekolah dasar. Metode penelitian ini menggunakan literature review dengan desain narrative review yaitu mencari artikel yang membahas tentang hubunga pola makan terhadap status gizi anak yang telah dipublikasikan pada jurnal dari tahun 2017-2020. Jurnal dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil penelitian berdasarkan telaah dari beberapa jurnal, didapatkan hasil pola makan baik sebesar 43% dan status gizi anak sekolah dasar termasuk dalam kategori baik sebesar 78,5% dan terdapat hubungan antara pola makan dengan status gizi pada anak usia sekolah dasar. Kesimpulan penelitian ini dari 5 jurnal penelitian dapat disimpulkan terdapat 3 jurnal yang menyatakan bahwa terdapat hubungan pola makan terhadap status gizi anak sekolah dasar.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 36-43
Author(s):  
Fitriah Fitriah ◽  
Moch. Erwin Rachman ◽  
Sri Wahyuni Gayatri ◽  
Fendy Dwimartyono ◽  
Hasta Handayani Idrus

Rongga mulut merupakan gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh dengan prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya. Flora normal rongga mulut berperan sebagai pertahanan tubuh namun flora normal dapat menimbulkan penyakit, karena adanya faktor predisposisi yaitu kebersihan rongga mulut. Oleh karenanya perlu ditemukan alternatif dalam memelihara kesehatan mulut. Islam adalah agama yang menekankan kebersihan diri, misalnya berwudhu.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri pada mulut sebelum dan sesudah wudhu. Penelitian ini menggunakan desain non eksperimental dengan metode Narrative Review . Penelusuran pustaka dilakukan melalui jurnal nasional, jurnal internasional, clinical key, textbook, dan proceding book tahun 2016 – 2020. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa jenis bakteri yang terdapat dalam rongga mulut sebelum berwudhu adalah 33,33% Pseudomonas sp, 6,67% Lactobacillus sp, 3,33% Streptococcus sp, dan 0,14% Staphylococcus sp sedangkan jenis bakteri yang terdapat dalam rongga mulut setelah berwudhu adalah 26,8% Pseudomonas sp, 20% Lactobacillus sp, 5% Streptococcus sp, dan 2% Staphylococcus sp. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan jumlah bakteri yaitu peningkatan bakteri gram positif pada rongga mulut setelah berwudhu.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Andi Sesarina Tenri Ola Sapada ◽  
Suliati P. Amir ◽  
Zulfahmidah Zulfahmidah ◽  
Ratih Natasha Maharani ◽  
Andi Tenri Sanna Arifuddin

Rendahnya intensitas pencahayaan pada panti asuhan di Kota Makassar, yang penghuninya didominasi usia sekolah, dapat mempengaruhi ketajaman penglihatan penghuninya. Hal ini dapat menjadi masalah, karena dapat mengganggu fungsi penglihatan yang dibutuhkan dalam perkembangan anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya pada panti asuhan dengan ketajaman penglihatan, faktor yang terlibat di dalamnya, serta kondisi penerangan dan ketajaman penglihatan penghuni panti asuhan. Metode penelitian menggunakan analitik observasional dengan desain cross sectional. Intensitas cahaya masing-masing sampel diukur menggunakan lux meter, sedangkan ketajaman penglihatan diukur dengan snellen chart. Analisis data menggunakan Pearson’s correlation coefficient test. Jumlah sampel 47 orang yang berasal dari 7 panti asuhan di Kecamatan Manggala Kota Makassar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa hubungan intensitas cahaya dengan visus terbaik tidak signifikan (p value 0,240) sedangkan hubungan intensitas cahaya dengan visus terburuk signifikan dengan korelasi positif (p value 0,046). Faktor yang turut mempengaruhi adalah lama paparan harian (p value 0,019) serta jarak antara mata dan bacaan (p value 0,047). Intensitas cahaya panti asuhan masih belum memenuhi standar (kurang dari 200-300 lux) dan sebagian besar penghuninya memiliki ketajaman penglihatan menurun (kurang dari 6/6). Berdasarkan data objektif dan hasil analisis, ditemukan hubungan yang signifikan antara intensitas cahaya panti asuhan dengan ketajaman penglihatan.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 12-21
Author(s):  
Dedy Kurniawan ◽  
Shulhana Mokhtar ◽  
Rasfayana Rasfayana ◽  
Yani Sodiqah ◽  
Arina Fathiyyah Arifin

Stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Mahasiswa yang mengalami  stres membutuhkan perhatian serius karena dapat membawa dampak yang kurang baik terhadap proses pembelajaran dan prestasi mahasiswa. Berbagai penelitian telah mendokumentasikan stres di kalangan mahasiswa kedokteran dan menunjukkan adanya stres yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan program studi lain di sektor non-medis. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbandingan tingkat stres mahasiswa tahap akademik Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2017, 2018 dan 2019.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 22-28
Author(s):  
Rosdiana Baharsa Baharsa ◽  
Muh Hamsah ◽  
Andi Sitti Fahirah Arsal ◽  
Nasrudin Andi Mappaware ◽  
Nevi Sulvita Karsa

Preeklampsia adalah suatu sindrom spesifik pada kehamilan dimana keadaan terjadinya hipoperfusi ke organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang di tandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Ibu hamil membutuhkan energi kalori dan kelengkapan gizi terutama pada umur kehamilan 20 minggu yang sebaiknya tidak mengkonsumsi nutrisi yang tinggi natrium dan rendah protein karena dapat menyebabkan gangguan kehamilan seperti mie instan. Tujuan untuk mengetahui hubungan terjadinya risiko preeklampsia dengan pola makan konsumsi mie instan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode case control. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang termasuk dalam kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah accidential sampling. Metode uji statistik yang digunakan adalah chi square test. Dari hasil yang diperoleh pada pasien preeklampsia yang mengkonsumsi mie instan dan masuk dalam kategori jarang sebesar 46,7 (14 dari 30 responden), kategori sering sebesar 53,3% (16 dari 30 responden), dan kategori sangat sering 0%. Pada Pasien yang bukan preeklampsia yang mengkonsumsi mie instan dan masuk dalam kategori jarang sebesar 73,3% (22 dari 30 pasien), kategori sering sebesar 26,7% (8 dari 30 pasien), dan kategori sangat sering 0%.Terdapat hubungan antara ibu hamil yang mengkonsumsi mie instan dengan kejadian preeklampsia. Terdapat hubungan kejadian preeklampsia dengan porsi konsumsi mie instan. Terdapat hubungan dengan frekuensi mengkonsumsi mie instan yang mengakibatkan terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 29-35
Author(s):  
Hermiaty Hermiaty ◽  
Marzelina Karim ◽  
Shofiyah Latief ◽  
Prema H. Hidayati ◽  
Suci Ramadhani

Salmonella typhi adalah bakteri penyebab demam tifoid. Penyakit ini menyerang hampir di semua negara, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit demam tifoid ini dapat tertular lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh feses atau urin dari orang yang terinfeksi. Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk mengobati demam tifoid. Namun banyak dilaporkan adanya resistensi S. typhi terhadap antibiotik kloramfenikol.Oleh karena itu, mulai dikembangkan penelitian untuk meminimalisir efek samping dari penggunaan antibiotik. Salah satunya adalah dengan pengembangan antimikroba yang berasal dari bahan alam. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah tanaman pepaya (Carica papaya L  memiliki nilai medis yang tinggi dan efek antibakteri . Adapun tanaman lain yang dapat di jadikan obat adalah mentimun (Cucumis sativus) dimana memiliki senyawa aktif yang berperan sebagai antifungi dan antibakteri. Mengetahui perbedaan daya antibakteri antara buah pepaya (Carica papaya L.) dan mentimun (Cucumis sativus L.)  terhadap bakteri Salmonella thypi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental labatorium dengan metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode disc diffution. Zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak buah pepaya pada dua replikasi yaitu rata-rata diameter sebesar 0 mm dan 7 mm dan zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak buah mentimun untuk dua replikasi yaitu rata-rata diameter sebesar 0 mm dan 16,7 mm. Ekstrak buah mentimun  dengan konsentrasi 100% lebih efektif karena memiliki daerah hambat yang lebih besar jika dibandingkan dengan ekstrak buah pepaya dengan konsentrasi 100%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document