scholarly journals Hubungan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Dengan Mengkonsumsi Mie Instan

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 22-28
Author(s):  
Rosdiana Baharsa Baharsa ◽  
Muh Hamsah ◽  
Andi Sitti Fahirah Arsal ◽  
Nasrudin Andi Mappaware ◽  
Nevi Sulvita Karsa

Preeklampsia adalah suatu sindrom spesifik pada kehamilan dimana keadaan terjadinya hipoperfusi ke organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang di tandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Ibu hamil membutuhkan energi kalori dan kelengkapan gizi terutama pada umur kehamilan 20 minggu yang sebaiknya tidak mengkonsumsi nutrisi yang tinggi natrium dan rendah protein karena dapat menyebabkan gangguan kehamilan seperti mie instan. Tujuan untuk mengetahui hubungan terjadinya risiko preeklampsia dengan pola makan konsumsi mie instan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan metode case control. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang termasuk dalam kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah accidential sampling. Metode uji statistik yang digunakan adalah chi square test. Dari hasil yang diperoleh pada pasien preeklampsia yang mengkonsumsi mie instan dan masuk dalam kategori jarang sebesar 46,7 (14 dari 30 responden), kategori sering sebesar 53,3% (16 dari 30 responden), dan kategori sangat sering 0%. Pada Pasien yang bukan preeklampsia yang mengkonsumsi mie instan dan masuk dalam kategori jarang sebesar 73,3% (22 dari 30 pasien), kategori sering sebesar 26,7% (8 dari 30 pasien), dan kategori sangat sering 0%.Terdapat hubungan antara ibu hamil yang mengkonsumsi mie instan dengan kejadian preeklampsia. Terdapat hubungan kejadian preeklampsia dengan porsi konsumsi mie instan. Terdapat hubungan dengan frekuensi mengkonsumsi mie instan yang mengakibatkan terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-44
Author(s):  
Ermawati Ermawati ◽  
Hafni Bachtiar

Prolap organ panggul merupakan kondisi yang mempengaruhi kualitas hidup wanita. Prolaps organ panggul ini dapat disebabkan oleh perlukaan sewaktu proses persalinan, proses penuaan, komposisi jaringan pada seorang wanita, batuk- batuk kronis, atau sering melakukan pekerjaan berat. Pengenalan dini prolaps terkait dengan prognosis pemulihan anatomik dan fungsional organ panggul. Hingga kini, penerapannya dalam dunia klinis belum banyak sehingga pelatihan dan pembelajaran lebih lanjut tentang pelvic organ prolapse quantification (POPQ) jelas diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan metode case control study di polikilinik Obgin RSUP. Dr. M. Djamil Padang mulai bulan September 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi sebanyak 98 orang. Dengan 49 orang kelompok kontrol dan 49 orang kelompok kasus .Analisis dilakukan untuk menilai hubungan usia, paritas, pekerjaan dan indek massa tubuh dengan kejadian prolap organ panggul berdasarkan skor POPQ. Data disajikan dalam bentuk tabel. Data diuji dengan t test dan chi square test. Jika p<0,05 menunjukan hasil yang bermakna. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 27,871.terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 52,970.Dari analisa statistik pekerjaan tidak bisa di uji secara statistik.indek massa tubuh tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian prolap organ panggul.(p>0,05)


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Alfridsyah Alfridsyah ◽  
Ampera Miko ◽  
Naziatul Firda

Penyebab utama tingginya kasus meninggal akibat tekanan darah tinggi adalah mengkonsumsi makanan mengandung banyak natrium sehingga tubuh kita menampung darah yang berlebihan yang di butuhkan dan retensi cairan. Masyarakat Indonesia, sangat konsumtif dan selalu menginginkan praktis, tetapi tidak pernah mau peduli kesehatan badannya. Penelitian bersifat diskriptif analitik dengan menggunakan desain case control, pengambilan sampel secara random sampling yaitu sebanyak 35 kasus dan 35 orang kontrol. Data yang diambil meliputi data karakteristik sampel, konsumsi makanan instan serta tekanan darah pada sampel dengan pengukur tekanan darah yang dilakukan oleh bantuan enumerator. Uji statistic dengan menggunakan chi-square test. Hasil penelitian diketahui perilaku makan yang dikategorikan sering (tidak baik) pada kelompok kasus yaitu sebanyak 31 orang (64,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 17 orang (35,4%). Responden pada kelompok kasus mayoritas bertekanan darah kategori tinggi sebanyak 25 orang (71,4%) dan sebagiannya bertekanan darah normal sebanyak 10 orang (28,6%). Disimpulkan ada pengaruh perilaku konsumsi makanan instan yang mengandung natrium terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Diharapkan kepada penderita hipertensi agar mengurangi kebiasaan konsumsi makanan instant.


Author(s):  
Prakruthi G. M. ◽  
Bharathi D. R. ◽  
Yogananda R.

Objective: Asthma is a chronic airway inflammatory disease in which many cells and cellular elements play a role often arising from allergies, subsequently cause shortness of breath, wheezing and coughing it affects children in different ways. To study the sociodemographic characteristics of asthmatic children and compare the predisposing factors of asthma in children.Methods: A Community based Case control study in selected schools in chitradurga for a period of 6 mo. A total of 90 children, among which 30 asthma children and 60 non asthma children were participated. Odds ratio will be calculated to know the strength of association. chi square test will be calculated to the significance.Results: A total of 90 children aged<14 y data. Female children are more exposed to asthma than male. In childhood asthma age group between 10-14years the age group of 10 y(26.7%) and 12 y (26.7%) were more exposed to the asthma.Conclusion: In Chitradurga city, the study area, is of no exception with regard to case control. From the total of 90 children selected for the study majority were found risk factors affected. It was due to their family history, exposure to pet animals, allergy, age group, BMI and sex.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Herlina Arisdanni ◽  
Annas Buanasita

Background: Overweight and obesity becomes a problem that not only occurs in adulthood but also started from childhood. The direct cause overweight is food consumption pattern, while the factors that can affect of it such as :the role of friends, the role of parents, pocket money and perceptions of snacks.Objectives: This study aimed to analyze the relationship between the role of friends,the role of parents, pocket money and perceptions of snacks with overweight incidents in school children.Methods: This research with a case control design study involved 110 respondents with 55 case samples, and 55 control samples. Data were analyzed using chi-square test and linear regression.Results: The results showed that was a significant correlation between the role of parents (p= 0.006)), the role of friends (p= 0.000), perceptions of snack (p= 0.045), pocket money (p= 0.023) with overweight incidence.Conclusion: The role of friends and perceptions of snacks show positive correlation that could be at risk for overweight incidents, meanwhile the role of parents show a protective factors for overweight incidents. It is suggested to give nutrition education to school children, so that they have the correct perception about snacks and the parents to pay attention about healthy snacks to prevent overweight incidents in school children.ABSTRAKLatar Belakang : Gizi lebih (obesitas dan overweight) menjadi permasalahan yang tidak hanya terjadi pada saat dewasa tetapi mulai dari anak-anak, tak terkecuali anak sekolah. Faktor penyebab langsung gizi lebih adalah pola makan, sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi pola makan antara lain peran teman, peran orang tua, besaran uang saku dan persepsi terhadap jajanan.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan peran teman, peran orang tua, besaran uang saku dan persepsi terhadap jajanan dengan kejadian gizi lebih pada anak sekolah.Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi case control yang melibatkan 110 anak sekolah, dengan sampel kasus sebanyak 55 dan sampel kontrol sebanyak 55 dengan analisis data menggunakan uji chi square dan uji regresi linear.Hasil : Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua (p= 0.006), peran teman (p= 0.000), persepsi terhadap jajanan (p= 0.045), dan besaran uang saku (p= 0.023) dengan kejadian gizi lebih pada anak sekolah.Kesimpulan: Peran teman dan persepsi terhadap jajanan menunjukkan hubungan positif yang dapat beresiko terhadap kejadian gizi lebih,sedangkan peran orang tua dapat menjadi faktor yang protektif terhadap gizi lebih. Saran penelitian, perlu pendidikan gizi untuk anak sekolah agar memiliki persepsi yang benar terhadap jajanan dan orang tua perlu memperhatikan pemilihan jajanan sehat untuk mencegah kejadian gizi lebih pada anak sekolah.


2018 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 237
Author(s):  
Aditya Faisal Rakhman ◽  
Taufiqurrahman Taufiqurrahman

Background: Wasting prevalence in Indonesia is never been decreased for years. Wasting caused by many factors such as skipping breakfast and inappropriate selection of snacks that contribute to children’s level of nutritional intake adequacy.Objectives: The purpose of this research was to analyze correlation between skipping breakfast and selection of snack among elementary school children. Method: This was an analytical observational research with case control design conducted in three elementary schools in Sembung Village, Gresik. The sample size was 22 students in each group, which taken using a simple random sampling technique at student of 3rd, 4th and 5th grade. Data was collected by interviewing the respondent with structured questionnaire. Nutritional status was classified with BMI/Age using WHO-MGRS standard. Association among variables were analyzed using Chi-Square test. (α=0.05). Result: The result showed that 68.2% respondent from cases used skipping breakfast while 27.3% respondent from control used to skip breakfast. 22.7% respondent in cases used to consume high nutritional value snack food while 72.7% respondent in control used to consume high nutritional value snack food. Chi-Square test showed there was an association between breakfast habits and the selection of snack with wasting (p=0.007; OR=5.714) (p=0.001; OR=9.067).Conclusion: Skipping breakfast habits and the selection of snack had a correlation with wasting incident in village children.ABSTRAKLatar Belakang: Prevalensi wasting di Indonesia tidak pernah mengalami penurunan yang signifikan selama tahun ke tahun. Kejadian wasting dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebiasaan sarapan dan pemilihan makanan jajanan yang mampu berkontibusi terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan melewatkan sarapan dan kebiasan memilih jajanan makanan kejadian wasting pada anak sekolah dasar di pedesaan.Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain case control ini dilakukan di 3 sekolah dasar di Desa Sembung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Besar sampel penelitian ini adalah 22 sampel untuk masing -masing kelompok yang berasal dari kelas III, IV dan V dan diambil secara simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara pada anak dengan kuisioner tersktutur. Klasifikasi berdasarkan pada nilai tabel z-score IMT/U WHO-MGRS.  Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (α=0,05)Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,2% responden kelompok kasus, terbiasa melewatkan sarapan sedangkan 27,3% responden kelompok kontrol terbiasa melewatkan sarapan. 22,7% responden kelompok kasus terbiasa membeli makanan jajan bernilai gizi tinggi sedangkan 72,7% responden kelompok kontrol terbiasa membeli makanan jajan bernilai gizi tinggi. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan sarapan dan pemilihan makanan jajanan dengan kejadian wasting (p= 0,007 OR: 5,714) (p= 0,001 OR: 9,067).Kesimpulan: Kebiasaan melewatkan sarapan dan pemilihan makanan jajanan berhubungan dengan kejadian wasting pada anak pedesaan.


2017 ◽  
Vol 24 (3) ◽  
pp. 11-19
Author(s):  
Metha Fahriani ◽  
Reli Aprilawanti

Preterm labor is dangerous because of the potential increase of about 65-67% of perinatal mortality. The purpose of this study was to determine the relationship between  maternal age and incidence of anemia in preterm parturition in                       dr. M. Yunus Hospital Bengkulu. This type of research was Analytic Survey with study design Case Control with a ratio of 1: 1. The population in this study was mothers who numbered 1,434 people delivering mothers were taken by Total Sampling as many as 53 people (50%) mothers who have parturition premature for cases and  Systematic Random Sampling as many as 53 people (50%) mothers who did not experience parturition premature to control which totaled 106. The computerized data analysis using chi-square test. The results showed that of the 53 mothers who are 36 premature parturition with age 20 or 35 years and 30 people suffering from anemia. Of the 53 mothers who no premature parturition are 16 age 20 or 35 years and 15 suffer from anemia. There is a relationship between age and preterm parturition in the CI Midwifery dr. M. Yunus Hospital Bengkulu with the medium category. There is a relationship between anemia and preterm parturition in the CI Midwifery dr. M. Yunus Hospital Bengkulu with the closeness of the relationship that are in the weak category. It was expected to health worker, especially mid wifery in midwifery room to perform counseling about anemia and the importance  of  control  when  pregnant.Keywords :  age, anemia, premature partus


Author(s):  
Eka Rati Astuti ◽  
Herlen Yunita

The exchange of oxygen in the blood is influenced by red blood cells. If there is interference in pregnant women can cause anemia. Anemia in pregnancy results in fetal hypoxia. Hypoxia in the fetus can cause asphyxia in the newborn. The purpose of this study was to analyze the relationship between the degree of anemia and the incidence of asphyxia in newborns at the Sumatra Island Regional General Hospital. The research design used was case-control with analytical survey techniques. Sampling was done by random sampling technique on 80 respondents. The study was conducted for one month. Data were analyzed using the chi-square test. The results showed that asphyxiated babies were born to mothers with moderate levels of anemia, while mothers with mild anemia gave birth to non-asphyxiated babies. The results of the chi-square obtained = 0,000 < 0,005, meaning that the hypothesis is accepted. It was concluded that there was a significant relationship between the degree of anemia and the incidence of asphyxia in newborns at the Sumatra Island Regional General Hospital.


Author(s):  
Dzintars Ozols ◽  
Vadims Nefjodovs ◽  
Jānis Zariņš ◽  
Aigars Pētersons

Abstract The proper management of traumatic hand injury is crucial for wound infection prevention. Antibiotics in various forms and conditions are prescribed to avoid this complication, but the effectiveness is unclear. Most forms used are intravenous solutions, topical ointments, and oral tablets. This prospective case-control trial was conducted in a tertiary care hospital. Healthy adult patients with simple, non-bite, surgically treated hand wounds were included. During the surgery, a proper debridement and irrigation with simple saline was consistently performed. Patients were randomly assigned to one of the eight groups. Seven groups received different antibacterial prophylaxis and one received none. At the two-week postoperative follow-up the wound site was assessed and any local infection was documented. Patients were excluded from the trial if they did not comply to treatment recommendations (i.e. commence antibiotics, applied solutions or ointments on the wound). Overall, 240 patients (80.2% male, mean age 38.7 years), 30 in each study group were included. 226 patients returned for the follow-up, and seven patients were excluded from the trial. Wound infection was observed in five patients from different groups. Thus, the rate of wound infection was 2.28%. A Chi-square test revealed no difference in infection incidence between the groups (p > 0.05). In this study, antibiotics did not affect incidence of wound infection after hand trauma. Attention should be paid to proper debridement and irrigation of the wound as these interventions reduce the risk for wound infection and avoid unnecessary usage of antibiotics.


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
T.M. Rafsanjani ◽  
Djoko Trihadi Lukmono ◽  
Henry Setyawan ◽  
Anies Anies ◽  
Sakundarno Adi

Abstract: An Analysis Of Host Factors Toward The Level Ii Leprosy Disability In Nagan Raya Regency, Aceh Province. The leprosy disabilities level II is often experiencing the limitations in function among societies. In Nagan Raya Regency, there are 41% endemic areas with the number of level II disability for 5%. This research aims to prove some host and environment factors that become the risk factors for disability for level II leprosy. Case-control methods and interview methods were chosen as the design of control case in this research. 84 respondents were involved in conducting case-control design, and 42 cases of leprosy disabilities level II and 42 control of leprosy without disabilities, selected with consecutive sampling by considering the criteria of inclusion and exclusion. The results of this research were analyzed with bivariate by using chi-square test and the multivariate data were analyzed by using logistic regression test. Four variables that had the risk towards leprosy level II disability were at the age of the diagnosis time > 15 p=0,039 and OR=8,4 (CI 95%; 1,1-63,3), level of education p=0,038 and OR=3.4 (CI 95%; 1,1-10,9), too late to do early diagnosed p=0,011 and OR=5,4 (CI 95%; 1,5-19,6), types of leprosy MB p=0,015 and OR=3,9, (CI 95%; 1,3-12,1). Some host factors were proven to have risk towards leprosy disability of level II are the age at the time of diagnosis > 15 years, too late to do early diagnosis and leprosy types MB with the probability of 99.96 %. It is expected for the team of Public Health Office to conduct prevention in a productive age population, early case detection to prevent disability, and socialized the patient about the dangers of leprosy.Abstrak: Analisis Faktor Host Terhadap Kecacatan Kusta Tingkat II Di Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh. Kecacatan kusta tingkat II mengalami keterbatasan pada fungsinya dalam masyarakat. Kabupaten Nagan Raya terdapat 41% daerah endemis, dengan kecacatan tingkat II sebanyak 5%. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan beberapa faktor host merupakan faktor risiko kecacatan tingkat II. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol terhadap 84 responden,  dari 42 kasus (cacat kusta tingkat II) dan 42 kontrol (kusta tanpa cacat),  yang dipilih secara consecutive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Analisis data secara bivariat dengan uji Chi-Square dan multivariat dengan uji regresi logistik. Empat variabel merupakan faktor risiko terhadap kecacatan kusta tingkat II, yaitu umur saat diagnosis > 15 tahun p=0,039, OR=8,4 (CI 95%; 1,1-63,3), tingkat pendidikan p= 0,038, OR=3,4 (CI 95%; 1.1-10.9) diagnosis dini lambat p=0,011, OR=5,4 (CI 95%; 1,5-19,6), tipe kusta MB p=0,015, OR=3,9, (CI 95%; 1,3-12,1). Beberapa faktor host terbukti berisiko terhadap kecacatan kusta tingkat II adalah umur saat diagnosis > 15 tahun, tingkat pendidikan, diagnosis dini lambat, dan tipe kusta MB dengan probabilitas sebesar 99,96%. Diharapkan kepada dinas kesehatan melakukan pencegahan kelompok usia produktif, penemuan kasus secara dini untuk mencegah kecacatan dan memberikan pemahaman terhadap penderita tentang bahaya kusta


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 50-58
Author(s):  
Desi . ◽  
Willia Novita Eka Rini ◽  
Rd. Halim

Prevalensi diabetes melitus meningkat secara global, nasional, maupun regional, dan sebagian besar merupakan diabetes melitus tipe 2, dapat menyebabkan komplikasi, kerugian ekonomi, serta kematian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan diabetes melitus tipe 2. Desain studi case-control pada 60 responden yang diambil secara random sampling. Analisis bivariat menggunakan chi square test (95%CI, α=0,05), untuk melihat hubungan usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, aktivitas fisik, dan kebiasaa makan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di Kelurahan Talang Bakung Kota Jambi. Penelitian dilakukan selama September 2017-Juli 2018. Mayoritas responden (71,67%) berusia ≥45 tahun, (66,67%) perempuan, (61,67%) ibu rumah tangga, (38,33%) tamat SLTA/sederajat, (65,00%) tidak ada riwayat keluarga diabetes, (48,33%) melakukan aktivitas fisik sedang, dan (91,67%) memiliki kebiasaan makan tidak baik. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah usia (OR=4,97; 95%CI1,39-17,82) dan riwayat keluarga (OR=4,00; 95%CI1,27-12,58). Faktor risiko yang tidak berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah jenis kelamin (OR=1,00; 95%CI0,34-2,93), aktivitas fisik sedang (OR=0,93;95%CI0,16-5,42), aktivitas ringan (OR=1,08; 95%CI0,18-6,44), dan kebiasaan makan (OR=1,56; 95%CI 0,24-10,05). Usia dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Oleh karena itu perlu dilakukan deteksi dini, monitoring, peningkatan promosi kesehatan terkait faktor risiko, gejala, dan komplikasi diabetes melitus tipe 2.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document