Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

109
(FIVE YEARS 40)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan

2580-9237, 2085-9767

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 133-146
Author(s):  
Amaluddin Sope Nurtalib ◽  
Suryanto

Tulisan ini mengangkat topik ciri tradisi megalitik yang ada pada situs makam-makam kuno Pulau Pandan Kendari. Tulisan ini mempunyai maksud untuk mengetahui fungsi menhir dan kontinuitasnya sampai masa kini dan ciri tradisi megalitik yang terdapat di situs ini selain menhir. Penelitian ini dibangun berdasarkan kerangka penalaran induktif dengan sifat penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan dengan teknik survei dengan didukung data pustaka. Hasil analisis terhadap seluruh potensi data arkeologis yang diidentifikasi disitus ini menunjukan bahwa, 39 makam kuno yang berorientasi utara-selatan ini memiliki ciri tradisi megalitik yang pada situs makam-makam kuno tersebut; (a) menhir sebagai tanda kubur, (b) jirat dari batu alam disusun membentuk gunungan, (c) penempatan makam leluhur Kerajaan Laiwoi yang paling tinggi dan lokasinya ditengah-tengah situs. Dalam tradisi megalitik, penempatan makam kuno yang demikian berkaitan dengan tokoh yang dihormati dan memiliki status sosial tinggi. Penggunaan batu alam sebagai jirat, berkaitan dengan perwujudan simbol alam semesta. Sedangkan menhir merupakan unsur penting dalam tradisi megalitik yang bersifat simbolis dan erat kaitannya dengan kultus nenek moyang. Hal ini sesuai dengan fungsi menhir sebagai penanda kubur pada masa pra-Islam. Menhir beserta ciri tradisi megalitik yang ditemukan disitus ini, selain merupakan bentuk toleransi, juga bentuk kontinuitas tradisi megalitik dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 183-199
Author(s):  
Muhamad Alnoza ◽  
Bagus Dimas Bramantio

This study discusses the application of a Sundanese cosmology called tritangtu in the arrangement of the city of Cianjur. Tritangtu is a concept of the existence of a universal triple pattern in all aspects of human life, where the focus of this discussion is tritangtu in the world or "three patterns in the world". Research on the continuation of urban planning from the Hindu-Buddhist period to the Islamic-Colonial period has basically never been done, so that is the novelty aspect of this research. The research steps used in answering the formulation of the research problem include data collection, analysis, interpretation. Based on the research conducted in this study, the city of Cianjur has applied two cosmological concepts at two levels, namely micro and macro. At the micro level, which includes the city center, it is arranged according to the cosmological rules of Islamic cities in Java. The spatial arrangement seen in the city of Cianjur at the macro level is known to follow the rules of the tritangtu concept.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 215-222
Author(s):  
James Modouw ◽  
Wigati Yektiningtyas

Abstract: Sentani tribe in Jayapura, Papua  is  rich with cultural heritages. One of them is yung robhoni, i.e. traditional payment after somebody’s death. Commonly, in society yung robhoni is literally translated into “head payment”. This terminology raise controversion. Thus, besides as an attempt of clarification, this  writing aims at exploring (1) What is yung robhoni?,  (2) Why  yung robhoni is needed?, dan (3) How is yung robhoni  carried out?. Data were collected from some informants: tribal chiefs (ondofolo, khote, akhona) and  Sentani elders in East, Central, and West  Sentani via deep observations and interviews. By adopting socio-cultural approach, this writing found that yung robhoni is a medium to unite, harmonize, and improve the kinship relation as a form of love and respect based on the balance of right and obligation. Hopefully, through this writing the term of “yung robhoni” is not misunderstood and the harmony of social life by maintaining the social relation, respect and balancing the  right and obligation may become the positive energy for Papuan people in general.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 147-169
Author(s):  
Rusyanti Rusyanti ◽  
Muhammad Suwongso Sadewo ◽  
Nanang Saptono

Moat is one of the features that has been found in the past and has its local and contextual functions. Research by the Archaeological Center of West Java over the last two decades had found  35 moated sites associates with the findings from the 7th century to the 20th century. The function of these moated sites has long been questioned and left several options that have not been executed. As a desk study research, this paper aimed to reexamine the data classified within their geological settings and approached them with their ethnographical context to get closer to the precise functions of the moated sites. The result had found several functions of the moat based on their geological setting which is different from the highland and the lowlands, and their subsistence techniques within their moated land.   Keywords: Lampung, moat, archaeology, subsistence


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 171-182
Author(s):  
Eldi Khairul Akbar ◽  
Colet Palupi Titasari

Relief erotis yang ditemukan di Pura Meduwe Karang merupakan salah satu bentuk karya seni rupa yang bersifat simbolis magis yang digunakan oleh para seniman masa lalu sebagai media komunikasi visual. Relief ini memiliki makna yang penting untuk dikaji lebih lanjut. Tujuan dari tulisan ini untuk mengetahui bentuk cerita serta makna dari penggambaran relief erotis tersebut dengan berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan. Dalam tulisan ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskripsi analisis bahasa rupa. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, survei, dan wawancara. Analisis dilakukan dengan cara mengkaji bentuk wimba, isi wimba, dan tata ungkapan dalam pada panil relief erotis. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk cerita relief erotis yang dipahatkan pada dinding pelinggih Pura Meduwe Karang menggambarkan adegan senggama dengan latar kejadian di luar ruangan (alam). Penggambaranya merupakan bentuk simbol suci yang termasuk dalam wujud kepercayaan simbolis magis yang memiliki makna sebagai bentuk permohonan pertolongan, perlindungan, dan kesuburan terutama dalam bidang pertanian dan perladangan.


2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 201-214
Author(s):  
Rini Maryone

Di wilayah Kabupaten Sarmi khususnya daerah pedesaan masih ada yang menggunakan peralatan hidup tradisional.  Berdasarkan hal tersebut, penulis mengajukan beberapa masalah, yaitu ;  apa saja nama, bentuk, fungsi cara pembuatanannya dan peratan hidup apa saja yang masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Sarmi. Tujuan penulisan ini adalah mengetahui bentuk, fungsi cara pembuatan  dan juga mengetahui peralatan hidup apa saja masih bertahan dalam kehidupan masyarakat Sarmi. Untuk mengungkapkan permasalahan  maka metode yang digunakan adalah metode penelitian deskritif, dengan pendekatan etnoarkeologi dilakukan dengan beberapa tahap, pengolahan data, dilakukan dengan cara mendeskripsikan data mengenai peralatan hidup, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Hasil yang diperoleh berupa ; Noken, Jaring tangan, Busur  Panah,Tifa, Alat tusuk, Sangkur, Wadah Dawa, Alat putar papeda, Alat berbentuk seperti garpu, Jenis wadah yang mirip seperti dawan namun berukuran lebih kecil, Gelang tanganpemukul, Sendok,  Daun pembungkus rokok, Menokok sagu.Peralatan hidup suku-suku yang berada di Kabupaten Sarmi, mulai dari peralatan makan, peralatan menangkap ikan, peralatan berburu, peralatan menokok sagu dan perlengkapan busana tradisional. Peralatan-peralatan hidup pada masa kini, ada yang  masih dipergunakan, tetapi ada yang sudah beralih fungsi..  


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 31-48
Author(s):  
Nurul Adliyah Purnamasari ◽  
Lenrawati ◽  
Desy Sriyati Limbong ◽  
M. Yusuf ◽  
Dwi Sumaiyyah
Keyword(s):  

Abstract The statue tombs is a type of tomb that has a human-like shape. The use of the statue as a tomb on an Islamic grave can't be separated from the influence of megalithic culture. This can be evidenced by the discovery of menhir statues in several areas in South Sulawesi and its nearby areas. Several previous studies have revealed the existence of statues in several areas in Sulawesi Selatan. This study was carried out as an effort to trace all library data related to statues in South Sulawesi, both online and offline. The results of the research then produced information on 43 statue tombs spread across 26 ancient tomb sites in 13 regencies / city, both in Bugis ethnical areas in Barru, Pinrang, Sidenreng Rappang, Bone, Enrekang and East Luwu districts. Then in the ethnical areas of Makassar area in Makassar, Selayar Islands, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar and Maros Regency.   Abstrak Nisan arca merupakan tipe nisan yang memiliki bentuk menyerupai manusia. Penggunaan patung arca sebagai nisan pada kubur Islam tidak terlepas dari pengaruh budaya megalitik. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan arca menhir pada beberapa  daerah di Sulawesi Selatan dan wilayah terdekatnya. Beberapa penelitian terdahulu telah mengungkapkan keberadaan nisan arca pada beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Kajian ini kemudian dilakukan sebagai upaya untuk menelusuri seluruh data pustaka terkait nisan arca di Sulawesi Selatan, baik itu yang bersifat daring maupun luring. Hasil penelusuran tersebut kemudian menghasilkan informasi mengenai 43 nisan arca yang tersebar pada 26 situs kompleks makam kuno di 13 kabupaten/kota, baik itu pada wilayah etnik Bugis di Kabupaten Barru, Pinrang, Sidenreng Rappang, Bone, Enrekang dan Luwu Timur. Kemudian pada wilayah etnik Makassar pada Kota Makassar, Kabupaten Kepulauan Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar dan Maros.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Rizka Purnamasari

Song Pedang merupakan sebuah ceruk yang secara administratif terletak di Dusun Karang, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian yang dilakukan oleh Balar Provinsi DIY di Song Pedang menunjukkan bahwa Song  Pedang merupakan hunian pada Masa Prasejarah. Hasil temuan ekskavasi di Song Pedang diantaranya adalah alat tulang, serpih batu, gerabah, sisa-sisa tulang vertebrata, fragmen-fragmen cangkang kerang dan fragmen-fragmen tulang manusia. Kondisi geografisnya menunjukkan bahwa di terdapat gua-gua kecil yang terletak pada bukit-bukit di sekitar Song Pedang. Selain dari temuan ekskavasi, untuk menentukan fungsi dari Song Pedang juga diperlukan penelitian lebih lanjut pada gua-gua di sekitarnya. Artikel ini akan membahas hasil survei dari gua-gua di sekitar Song Pedang yang memiliki potensi arkeologis.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 71-86
Author(s):  
Wahyu Rizky Andhifani ◽  
Nuzulur Rahmadhona

Indonesia yang memiliki ragam peninggalan kebudayaan termasuk salah satunya yaitu naskah kuno. Naskah kuno tersebut menjadi sumber penting kesusastraan klasik melayu nusantara. Salah satu daerah yang sampai saat ini masih banyak menyimpan naskah kuno adalah Sumatera Selatan. Di Sumatera Selatan  tradisi tulis menulis telah ada sejak abad ke VII, dengan menggunakan aksara Pallawa, Arab Melayu, Ulu, Jawa, dan Latin. Naskah ini juga tersimpan di masyarakat, lembaga adat dan beberapa tersimpan di lembaga pemerintah seperti museum. Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana suntingan teks dan analisis isi pada naskah Ulu Puyang Bang Mangu’. Penelitian ini bertujuan untuk menyunting dan mengetahui isi naskah tersebut. Menggunakan metode filologi dengan menyajikan edisi teks dengan mendeskripsikan fisik naskah yang diteliti. Naskah Ulu Puyang Bang Mangu’ tersimpan di kantor balai Desa Ujanmas Lama. Naskah berjumlah 26 halaman, berwarna coklat, dan berisikan tentang batas-batas wilayah kekuasaan puyang Bang Mangu’. Awal naskah diawali dengan kalimat basmallah, sehingga ajaran Islam sudah masuk dan mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah tersebut.


2021 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 71-94
Author(s):  
I Made Sutaba

Archaeological research in Indonesia until the present days, has successfully discovered a diverse historical and archaeological heritage, which are classified as cultural heritage. This cultural heritage is an advice and source of historical information of the past life of the pluralistic Indonesiain ancestor. This cultural heritage beared problems, namely the aspect of typology, sociology and ideology in its contextual relationship that are unlikely to study it now. This research concentrates on the subjects in its relationship to the historical of the past and its relevance to the future of the nation building that not yet studied before. This research is a preliminary study concerning the historical messages of the past. The purpose of this research is to find out the answer of the problems. This research is done through library study for collecting data and the analysis was carried out using typological approach. The result of this study indicater a significance messages are the historical counsciousness, sense of nationalism, and its fundamental relevance for building the future of Indonesian nation. So far it is impossible to get the complete historical messages and sense of nationalism due to it characters such as incomplete, fragile, finite and so on.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document