Test case quality in test driven development: a study design and a pilot experiment

Author(s):  
A. Causevic ◽  
D. Sundmark ◽  
S. Punnekkat
Author(s):  
Federick Jonathan ◽  
Magdalena Ariance Ineke Pakereng

Dalam pengembangan perangkat lunak, terdapat banyak teknik dan pendekatan yang digunakan untuk menghasilkan perangkat lunak yang handal. Kualitas perangkat lunak sangat bergantung pada pengujian perangkat lunak. Namun tidak semua pengembang peduli dengan tahapan pengujian pada sebuah perangkat lunak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari menerapkan proses pengujian dalam mengembangkan perangkat lunak dengan menggunakan metode TDD. Pada Metode TDD, pengembangan perangkat lunak dimulai dengan menulis test case terlebih dahulu lalu kemudian menulis kode. Pada artikel ini, dikembangkan aplikasi mobile dengan menerapkan metode TDD. Perangkat lunak yang dikembangkan adalah berupa sistem informasi mengenai data laporan kasus COVID-19. Data diambil dari Johns Hopkins University The Center of Systems Science and Engineering (JHU CSSE). Hasil penerapan metode TDD menunjukkan bahwa fungsi dan fitur dari perangkat lunak yang dibangun dapat bekerja dan terintegrasi dengan baik antar satu sama lain. Kode yang dihasilkan dari penerapan TDD juga menjadi rapih karena dilakukannya proses refactoring. In Software Engineering, there are many techniques and approaches that can be used to build a reliable software. The quality of a software relies mostly on the software testing process. However, not many developers are bothered with the testing step of a software. The purpose of this article is to learn the results from implementing a testing process on software developmenty. In TDD, the development is started by writing test case first and then writing code. This article developed a mobile application by applying TDD in the process. The android application that had been developed is an information system about report cases on COVID-19. The cases are coming from Johns Hopkins University The Center of Systems Science and Engineering (JHU CSSE). The result of using TDD in development proves that all functions and features of the developed application are working and integrated well.


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Afandi Nur Aziz Thohari ◽  
Andika Elok Amalia

Sebuah perangkat lunak dikatakan siap untuk dipakai apabila sudah melalui tahap pengujian. Pada era pengembangan perangkat lunak dengan metodologi tradisional, pengujian dilakukan dengan cara mencoba satu persatu menu aplikasi ketika aplikasi yang dikembangkan sudah jadi. Cara pengujian tersebut akan membutuhkan waktu yang lama apabila developer mengerjakan proyek perangkat lunak dalam skala besar. Selain itu, cara tersebut juga tidak dapat menguji logika dan method dari suatu kelas. Salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang dapat menghemat waktu pengujian, namun fungsionalitasnya tetap terjaga adalah test driven development (TDD). Pada metode TDD, pengembangan perangkat lunak dilakukan dengan membuat test case terlebih dahulu baru kemudian melakukan producing code. Pada penelitian ini, dikembangkan sebuah aplikasi web menggunakan TDD. Aplikasi web yang dikembangkan adalah berupa sistem informasi mengenai ulasan film lokal indonesia atau disebut Indonesia Movie Database (IMDB). Bahasa pemrograman web yang dipakai adalah ruby dengan menggunakan framework rails. Sedangkan alat yang dipakai untuk pengujian adalah Rspec. Hasil implementasi TDD membuktikan bahwa fungsi-fungsi dari aplikasi web yang dibangun dapat berkerja dengan baik. Selain itu kode program yang dihasilkan juga menjadi rapi dan mudah dibaca oleh pengembang lain karena menerapkan refactoring. Pengujian unit test menggunakan Rspec membantu pengembang dalam menangani kesalahan dan memudahkan menambah fitur baru dari aplikasi web.


2013 ◽  
Vol 4 (5) ◽  
pp. e201301002 ◽  
Author(s):  
Maya Berg ◽  
Manu Vanaerschot ◽  
Andris Jankevics ◽  
Bart Cuypers ◽  
Rainer Breitling ◽  
...  
Keyword(s):  

2019 ◽  
Vol 40 (2) ◽  
pp. 92-103 ◽  
Author(s):  
Janko Međedović ◽  
Goran Knežević

Abstract. Earlier research suggested that militant extremists could have certain aspects of psychopathic and psychotic characteristics. Relying on these studies, we investigated whether the Militant Extremist Mind-Set (MEM) could be explained by psychopathy, sadism, and Disintegration (psychosis proneness), as subclinical manifestations of amoral, antisocial, and psychotic-like traits. In Study 1 (306 undergraduate students), it was shown that sadistic and psychopathic tendencies were related to Proviolence (advocating violence as a means for achieving a goal); psychopathic and disintegrative tendencies were associated to the Vile World (belief in a world as a corrupted and vile place), while Disintegration was the best predictor of Divine Power (relying on supernatural forces as a rationale for extremist acts). In Study 2 (147 male convicts), these relations were largely replicated and broadened by including implicit emotional associations to violence in the study design. Thus, while Proviolence was found to be related to a weakened negative emotional reaction to violent pictures, Vile World was found to be associated with stronger negative emotions as a response to violence. Furthermore, Proviolence was the only MEM factor clearly differentiating the sample of convicts from male students who participated in Study 1. Results help extend current understanding about personal characteristics related to militant extremism.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document