Expression and prognostic significance of programmed death protein 1 and programmed death ligand-1, and cytotoxic T lymphocyte-associated molecule-4 in hepatocellular carcinoma

Apmis ◽  
2017 ◽  
Vol 125 (8) ◽  
pp. 690-698 ◽  
Author(s):  
Hyeyoon Chang ◽  
Wonkyung Jung ◽  
Aeree Kim ◽  
Han Kyeom Kim ◽  
Wan Bae Kim ◽  
...  
2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 103-110
Author(s):  
Muhamad Addin Syakir ◽  
Dwi Indria Anggraini

Pendahulan: Imunoterapi untuk kanker digunakan berdasarkan prinsip penyakitnya bahwa sistem kekebalan tubuh mampu menghasilkan respons imun terhadap sel-sel tumor. Saat ini tatalaksana yang tersedia untuk pasien melanoma selektif berdasarkan tingkat respons dari penyakitnya. Tujuan: Untuk mengetahui tatalaksana melanoma yang menggunakan imunologi. Metode: Artikel ini disusun menggunakan metode literature review, menggunakan 32 sumber berasal dari jurnal dan buku. Hasil: Interferon-α telah disetujui untuk pengobatan ajuvan stadium III melanoma dengan peningkatan survival rate. Diperlukan pendekatan baru dan lebih inovatif dengan peningkatan efek terapi. Prognosis pasien dengan melanoma metastasis di dunia telah berubah secara dramatis sejak adanya imun checkpoint inhibitor. Pembahasan: Ipilimumab, yang menargetkan protein cytotoxic T lymphocyte-associated protein 4 (CTLA-4) adalah agen pertama yang ada. Selanjutnya nivolumab dan pembrolizumab yang berikatan dengan protein programmed death protein 1 (PD-1) telah terbukti lebih efektif dan lebih rendah angka toksisitasnya daripada ipilimumab. Kombinasi nivolumab atau pembrolizumab dengan ipilimumab telah menghasilkan peningkatan tingkat respons dan hasil survival rate pasien. Tinjauan pustaka ini akan mengeksplorasi data uji klinis penting yang telah menyebabkan penggunaan agen imunoterapi ini di dunia dan beberapa hasil uji klinis yang saat ini dilaporkan untuk terapi kombinasi baru. Simpulan: Saat ini terapi imunologi untuk tatalaksana melanoma dapat di terapkan.   Kata kunci: Imunoterapi, kemoterapi, melanoma, tatalaksana


2019 ◽  
Vol 12 (10) ◽  
pp. e229064 ◽  
Author(s):  
Philippa Johnstone ◽  
Omar Khan

Treatment paradigms have recently changed with the introduction of immunotherapy; autoimmune toxicities that can arise are frequently very different from the more familiar chemotherapy toxicities. We present a clinical case of autoimmune haemolytic anaemia (AIHA) secondary to pembrolizumab occurring in a 73-year-old male patient being treated for lung adenocarcinoma, who had received 13 cycles of pembrolizumab. Treatment was immediately stopped and he was treated with high dose steroids to which he responded both clinically and biochemically. There have been prior reports of immunotherapy-associated AIHA with the use of cytotoxic T-lymphocyte-associated antigen-4 inhibitors, such as ipilimumab, but very few reports of programmed death-1 (PD-1)/programmed death-ligand 1 (PDL-1) inhibitor associated AIHA. We highlight a rare case of AIHA as an adverse effect of pembrolizumab, a PD-1 inhibitor. Although unusual, it is important to be vigilant for haematological immune-related adverse events.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document