Factors Controlling Meristematic Activity in Excised Roots.. II. Experiments Involving Repeated Subculture of the Main Axis Meristem of Roots of Lycopersicum esculentum, Mill. and Lycopersicum Pimpinellifolium, Dunal

1953 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-16 ◽  
Author(s):  
H. E. Street ◽  
Moira P. Mcgonagle ◽  
E. H. Roberts
1984 ◽  
Vol 62 (6) ◽  
pp. 1149-1157 ◽  
Author(s):  
D. Driss-Ecole ◽  
G. Perbal ◽  
Y. Leroux

[3H]indoleacetic acid (AIA) was applied to the shoot tip of intact young plants of Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.) for 10, 60, or 120 min. Autoradiograms of whole plants were prepared and liquid scintillation counts of stem segments and principal root segments were performed. Chromatographic analysis showed that 66% of the radioactivity was associated with AIA after 120 min of contact with [3H]AIA. Autoradiographs of semithin and ultrathin sections were prepared after treatment by DCC (1-(3-dimethyl-aminopropyl)-3-ethylcarbodiimide hydrochloride). The quantity of label per cell and the density of label were determined for all tissues of the apical bud. The density of label was greater for meristematic cells than for differentiated cells. The observed homogeneity of label distribution in the apical meristem shows that auxin levels do not play a prominent role in distinguishing between its lateral and axial zones. The density of label was similar in the apical and in the axillary bud of leaf 4. The cells of the rib meristem, which elongate to produce pith, were more intensely labelled than the other meristematic cells. The percentage of label was calculated for each tissue in a transverse section of the stem just below the apex. The amount of auxin was greatest in the parenchyma (axial and cortical) with lesser amounts in the procambium, phloem parenchyma, and xylem parenchyma. Vessels, which had the greatest density of label, did not contain more than about 3% of total radioactivity of the stem section, while sieve tubes had only 0.5%. Pathways of auxin transport and the role of AIA in regulating meristematic activity in the apical bud are discussed.


1980 ◽  
Vol 58 (2) ◽  
pp. 281-294
Author(s):  
Kim Anh Ha Ngoc

In intact tomato plants, axillary buds are completely inhibited by the main apex. A release from apical dominance is obtained by decapitation or excision of the main axis at different levels. These excisions lead to a wave of mitotic reactivation along the main stem which progresses in the basipetal way and is followed by an activation of axillary bud in the acropetal direction, from the base to the axillary bud apex. After release from apical dominance, axillary buds don't react equally. There is a basipetal gradient of their capacity of outgrowth. In the younger subapical axillary buds, mitotic reactivation is the first step observed (after 3 h); the cellular elongation occurs after 3–6 h, and foliar organogenesis begins only after 24 h. The basal axillary buds are reactivated much later. Adult leaves don't play any role on their axiliaries: the total defoliation of the plant does not lead to the outgrowth of all the axillary or cotyledonary buds.


2017 ◽  
Vol 10 (5) ◽  
pp. 301
Author(s):  
Septi Kurniawati Nurhadi

Abstract : Pajeksan and Jogonegaran kampongs are located in central city of Yogyakarta, while the lurung Pajeksan – Jogonegaran kampongs is the border as well as the main axis for the people living that are currently evolving as the houses for workers in the Malioboro area. The beneficial usage of the lurung has grown as the fulfillment of the people’s need for food. The usage is increasing and posing an intervention on the lurung space. This research is aimed to discover the use and the influence of culinary transaction space, culinary activity and form of element transaction space in the community of lurung Pajeksan - Jogonegaran kampongs. This is done by using the Behavior mapping. The result of identifying and analyzing is use to obtain the special characteristic that happen in the society so that they are able to keep their existence. The usage patterns of public space as the culinary transaction space in lurung Pajeksan - Jogonegaran kampongs is linier and it follows the shape of an elongated lurung with the greatest usage occurs at the junction of the driveway towards the kampongs. The usage of the lurung is directly related to the aspect of environment, neighborhood, and economic aspectKeyword : Lurung Pajeksan – Jogonegaran,The Usage of Lurung, and Culinary Transaction Space Abstrak: Kampung Pajeksan dan Jogonegaran merupakan dua kampung yang terletak di pusat kota Yogyakarta, sedangkan lurung kampung Pajeksan – Jogonegaran merupakan batas sekaligus menjadi poros utama kehidupan warga yang saat ini kampung tersebut berkembang sebagai hunian bagi pekerja di kawasan Malioboro. Pemanfaatan lurung berkembang sebagai pemenuhan kebutuhan pangan warga kampung. Pemanfaatan tersebut kian meningkat dan menimbulkan intervensi ruang pada badan lurung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dan pengaruh wadah transaksi kuliner, aktivitas kuliner serta elemen pembentuk wadah transaksi yang dilakukan masyarakat pada lurung kampung Pajeksan–Jogonegaran. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Behavior mapping. Hasil identifikasi dan analisis tersebut digunakan untuk memperoleh kekhasan yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat mempertahankan keberlangsungannya. Pola pemanfaatan ruang publik sebagai wadah transaksi kuliner yang terdapat pada lurung kampung Pajeksan – Jogonegaran berbentuk linier memanjang yang mengikuti bentuk lurung dengan pemanfaatan terbesar terjadi pada persimpangan menuju jalan masuk kampung. Pemanfaatan tersebut tidak terlepas dari aspek lingkungan,ketetanggaan,dan ekonomi.Kata Kunci: Lurung kampung Pajeksan - Jogonegaran, Pemanfaatan lurung, dan Wadah Transaksi Kuliner.


Author(s):  
Junaidi Junaidi ◽  
Bambang Dwi Moeljanto

           Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan dosis pupuk organic cair (POC) yang digunakan akan menghasilkan produksi dan pertumbuhan tomat yang tidak sama pula. Hipotesisnya yakni perbedaan perlakuan pemberian dosis pupuk organik cair akan berpengaruh nyata terhadap produksi dan pertumbuhan tomat.           Penelitian ini dilakukan dibawah rumah plastik dengan menggunakan polibag untuk tempat media tanam, sehingga lingkungan dapat dibuat homogen.  Oleh karena itu rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).  Macam-macam dosis POC yang dicoba dalam penelitian ini adalah : D0 : Dosis 0 ml (tanpa POC); D1 : Dosis 5 ml / tanaman;  D2 : Dosis 10 ml / tanaman; D3 : Dosis 15 ml / tanaman; D4 : Dosis 20 ml / tanaman; D5 : Dosis 25 ml / tanaman.  Dari keenam dosis POC ini masing-masing diulang 4 kali, dan masing-masing ulangan terdiri  dari 2 tanaman dalam polibag (Duplo).           Hasil pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dan produksi dianalisis dengan analisis ragam untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan dosis POC.  Bila terjadi perbedaan yang nyata maka untuk mengetahui perlakuan-perlakuan yang berbeda nyata dilakukan pengijian dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT 5%).  Penelitian ini menghasilkan kesimpulan Bahwa pemberian dosis POC dari bahan baku sampah dapur berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tomat, tetapi tidak berpengaruh terhadap produksi tomat.Kata Kunci: POC, Tomat.


2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 157
Author(s):  
Syamsuwirman Syamsuwirman ◽  
Sari Susanti ◽  
Frengki Pradinata

Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan penggunaan pupuk organik dengan limbah pasar dari limbah bokashi, dan untuk melihat pengaruh terbaik baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman tomat, dilakukan di Kelurahan Kelurahan Cupak Tangah, Kabupaten Pauh Padang, Provinsi Sumatera Barat, 250 meter di atas permukaan laut dari Februari sampai Mei 2018. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan, 4 ulangan, sehingga ada 24 unit percobaan, dan setiap unit eksperimen memiliki 6 polibag tanaman, jadi ada 144 polibag tanaman. Semua tanaman menjadi objek pengamatan untuk mengamati pertumbuhan dan produksi. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji F. Jika F-count > F-table, maka dilanjutkan dengan Duncan's New Multiple Range Test (DNMRT) pada tingkat nyata 5%. Perlakuan yang diberikan adalah sejumlah kompos dan limbah pasar bokashi, yaitu: A = 0 ton/hektar (kontrol); B = 5 ton/hektar (200 gram/tanaman); C = 10 ton/ha (400 gram/tanaman); D = 15 ton/hektar (600 gram/tanaman); E = 20 ton/hektar (800 gram/tanaman). Hasil panen untuk pertumbuhan umumnya lebih baik dari pada kompos dibandingkan dengan bokashi, kecuali untuk tinggi tanaman, sedangkan hasil tanaman tomat, tanaman yang mendapatkan perlakuan kompos menunjukkan pengaruh yang lebih baik. Disarankan untuk menggunakan kompos limbah pertanian dengan dosis 20 ton/hektar (800 gram/tanaman) untuk budidaya tomat.


2017 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 134
Author(s):  
Elmitra Elmitra ◽  
Luky Dharmayanti ◽  
Herlina Herlina ◽  
Setya Enti Rikomah

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document