scholarly journals ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS AND MARKOV CHAIN IN SHARED KNOWLEDGE THROUGH SOCIAL MEDIA

2015 ◽  
Vol 77 (5) ◽  
Author(s):  
Nor Intan Saniah Sulaiman ◽  
Saadiah Ghazali ◽  
Nerda Zura Zabidi ◽  
Mohd Faizal Omar ◽  
Rose Alinda Alias

Many studies have been performed to measure successful knowledge sharing in general. However, limited study has been done to assess successful knowledge sharing through social media. Hence, in this paper intend to discuss our approach to assess   knowledge sharing among personal social media user. In order to achieve our objective, we proposed to integrate Analytic Hierarchy Process (AHP) and Markov Chain (MC) technique to investigate the pattern of the shared knowledge through social media. Markov Chain will be used to model the knowledge sharing success through expert opinion and stochastic process. We anticipate the outcome of the assessment in a form of a final matrix showing the probability of successful knowledge sharing through social media. The elements in each row of the Markov Chain transition matrix will be calculated using Analytic Hierarchy Process.  The assessment tool produce from our research is expected to benefit policy maker or internet user in order to enhance their knowledge sharing strategy in social media application.

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 162-169
Author(s):  
Istna Mar`atul Khusna ◽  
Novita Mariana

Abstrak— Bibit merupakan salah satu penentu dalam keberhasilan budidaya tanaman padi. Budidaya tanaman padi dimulai dari memilih bibit tanaman yang berkualitas karena bibit termasuk objek utama yang dikembangkan pada budidaya selanjutnya. Bibit sebagai pembawa gen dari induknya yang akan menentukan sifat dari tanaman setelah berproduksi dan untuk mendapatkan bibit padi yang berkualitas dapat diperoleh dari memilih dan menentukan bibit yang berasal dari induk berkualitas. Kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya padi. Bibit yang berkualitas mampu beradaptasi, memiliki pertumbuhan yang cepat serta seragam, tumbuh lebih cepat, tahan hama dan tinggi nilai produktivitasnya. Untuk mendapatkan bibit padi berkualitas, petani sering mengalami kesulitan. Berdasarkan kesulitan yang dialami petani, maka akan dibangun sebuah sistem pendukung keputusan untuk membantu petani memutuskan bibit yang akan ditanam sesuai dengan kondisi lingkungan tanam dengan mempertimbangkan beberapa aspek kriteria. Dalam mengatasi masalah pemilihan bibit padi tersebut dibuat sebuah program sistem pendukung keputusan agar memudahkan informasi dan rekomendasi kepada petani padi tentang bibit yang berkualitas. Dengan menggunakan dua metode yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Penentuan bobot kriteria dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), sedangkan untuk tahap perankingan dikerjakan dengan menggunakan metode TOPSIS. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah padi berkualitas dari lima alternatif yang sudah ditetapkan, yaitu: Sunggal, Inpari32, Ciherang, IR64, Situbagendit. Sistem menghasilkan nilai preferensi tertinggi yaitu 0,858 pada padi Sunggal di urutan pertama dan  0,767 pada padi Inpari32 diurutan kedua. Jadi dari hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan bibit padi berkualitas yang cocok ditanam di di desa sambongbangi yaitu Sunggal dan Inpari32..Kata Kunci : Bibit Padi, DSS, TOPSIS, AHP, Kualitas Bibit Padi


2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Sri Lestari ◽  
Desy Rosarina ◽  
Eko Hariyanto

MH14-024 Bobbin Horn adalah sebuah produk untuk komponen Horn atau klakson yang diproduksi oleh PT. Mitsuba Indonesia. Produk ini diproduksi dengan proses injection molding dengan sistem cold runner, yaitu proses produksi injection molding yang menghasilkan barang dengan kualitas bagus, tapi masih disertai runner. Runner ini yang dilihat oleh PT. Mitsuba Indonesia suatu hal yang sia-sia, karena tidak mempunyai nilai jual dan bahkan memerlukan suatu proses yang bernama crusher, supaya runner tersebut bisa kembali digunakan sebagai bahan campuran pada proses injection berikutnya. PT. Mitsuba Indonesia terus mengembangkan proses produksi untuk terus meningkatkan produktifitas, salah satunya dengan mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini, proses produksi dengan menggunakan mesin injection molding ada beberapa pengembangan sistem, yaitu sistem mini runner dan sistem hot runner. Yang masing-masing memiliki nilai lebih dari sistem yang sebelumnya. Pada penelitian ini, penulis mempelajari data-data hasil kuesioner seorang responden ahli dan kemudian dianalisis dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan keputusan dalam menentukansistem mold pada MH14-024 Bobbin Horn. Hasil dari semua perhitungan dibuat rangkuman dan dievaluasi sehingga mendapatkan nilai prioritas alternatif tertinggi sebesar 0.6648 untuk sistem hot runner yang dipilih sebagai keputusan yang akan diambil untuk pembuatan mold MH14-024 Bobbin Horn. Kata Kunci : MH14-024 Bobbin Horn, Injection molding, AHP, Kriteria, Alternatif.


2017 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 88 ◽  
Author(s):  
Aji Sasongko ◽  
Indah Fitri Astuti ◽  
Septya Maharani

Pemilihan karyawan baru dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting karena menentukan kualitas perusahaan tersebut di masa yang akan datang, dalam memilih karyawan baru diperlukan ketelitian yang tinggi dalam menseleksi satu per satu pelamar yang telah mendaftar. Salah satu cara yang efektif dalam menseleksi karyawan adalah dengan cara menerapkan sistem penunjang keputusan sehingga dapat memutuskan dengan hasil yang tepat dalam menseleksi karyawan baru. Aplikasi ini menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), yaitu dengan melakukan pembobotan terhadap kriteria dan pelamar. Hasil penelitian berupa aplikasi sistem pemilihan karyawan baru  berbasis web yang memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan secara tepat dan diharapkan dapat mempermudah proses seleksi karyawan baru.


2016 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
I Nyoman Radiarta ◽  
Erlania Erlania ◽  
Joni Haryadi

Penerapan konsep pembangunan kelautan dan perikanan yang berbasis blue economy (BE) merupakan langkah strategis dalam pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan. Konsepsi BE bertujuan untuk menciptakan suatu industri yang ramah lingkungan, sehingga bisa tercipta pengelolaan sumberdaya alam yang lestari dan berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kondisi terkini dan langkah-langkah strategis pengembangan perikanan budidaya berbasis BE di Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2014. Data dikumpulkan dari lima lokasi yaitu: Provinsi Lampung, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan, serta Kabupaten Sumbawa. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terstruktur yang disusun dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process. Analisis Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT) dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang mempengaruhi pengembangan perikanan budidaya yang berbasis BE. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penerapan BE di bidang perikanan budidaya masih harus diperkaya dengan kerangka kebijakan kelautan dan perikanan, termasuk didalamnya ketersediaan teknologi perikanan budidaya yang prospektif, peningkatan sumberdaya manusia, sosialisasi konsepsi BE, dan penerapan perikanan budidaya yang mampu mengakomodasi prinsip-prinsip BE. (Analysis of Aquaculture Development Based on Blue Economy Concept Using Analytical Hierarchy Process (AHP) Approach)The implementation of blue economy (BE) concept for development of marine and fisheries sectors is a strategic step for marine and fisheries programs. The aim of BE conception is to promote an environmental friendly industrial based, so it can create natural resources management and sustainable used. Purpose of this study was to evaluate the current conditions and strategic plans for aquaculture development based on BE concept in Indonesia. The study was carried out during March-October 2014. Data were collected from five locations: Lampung, East Java, Bali, West Nusa Tenggara, South Sulawesi, and Sumbawa Regency. Interviews using a structured questionnaire based on the analytical hierarchy process approach were used for gathering data and information. SWOT analysis was also conducted to analyse aspects that affect the development of BE based aquaculture. The results of this study indicated that the application of BE in the field of aquaculture remains to be enriched with marine and fisheries policy framework, including the availability of prospective aquaculture technology, improving human resources capability, socialization of BE conception, and implementation of aquaculture which could accommodate the principles of BE.


Author(s):  
Ilham Pramuja Nasution ◽  
Arjon Samuel Sitio

The budget allocation of a village fund is very important and take big effect to village progress Because the office to distribute the tax result for village development. But, that allocation is not accurately. Therefore there was design a system to support a decision a budget allocation of village funds by using an Analytical Hierarchy Process (AHP) method. This research done to the make-easy an office village in budgeting is the allocation of village funds. An method of Analytical Hierarchy Process (AHP) is one of a method known as important as the highest level. An AHP method is look for the best alternative


2014 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Ahmad Fatih Fudhla

Ahmad Fatih FudhlaSystems Modeling Laboratory, Industrial Engineering Department, STT YPMRaya Ngelom 86, Taman, Sepanjang, Sidoarjo 61257, East Java, IndonesiaEmail: [email protected] keputusan dalam memilih desain pengembangan komponen Gear Transmission box (GTB) pada Traktor Tangan dilakukan dengan banyak kriteria. Berdasarkan diskusi Focus group dan brainstorming yang dilakukan oleh tim pengembangan produk, teridentifikasi tujuh kriteria yakni; Ketahanan material terhadap korosi, Kemampuan desain untuk diproses di lantai produksi, kemampuan desain dalam menahan beban operasi maksimum traktor tangan, pengaruh terhadap proses produksi komponen lainnya, biaya manufaktur, massa desain GTB, dan waktu proses. Kriteria tersebut dikelompokkan ke dalam kategori positif dan negative. Positif adalah kriteria yang nilainya semakin besar semakin baik, sedangkan negatif semakin kecil semakin baik. Terdapat tiga alternatif desain, yakni Desain Awal, Desain 1 dan Desain 2. Pemilihan dilakukan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Evaluasi dilaksanakan terpisah untuk kedua kategori. Alternative terbaik adalah alternative yang memiliki nilai perbandingan terbesar antara nilai alternatif criteria positif dan negative.KataKunci: Analytical Hierarchy Process, Perbandingan Berpasangan, Perancangan dan Pengembangan Komponen ProdukABSTRACTDecision making on selection of hand tractor Gear Transmission Box (GTB) “Improvement Designs” is carried out according to many criteria. Based on the focus group and brainstorm performed by product-development teams, seven criteria are finally identified as follows; Material corrosion resistance, Manufacturability, The ability of the design to withstand the maximum load operation, influence on the other components process, manufacturing cost, mass of GTB design, and processing time. Those criteria are categorized into positive and negative characteristics. Positive criteria indicate that score which is the greater the better, by contrast, negative is the less the better. There are 3 alternatives namely Initial Design, Design 1 and Design 2. The selection is performed based on Analytic Hierarchy Process (AHP) Method. The evaluation is analyzed separately according to each category. The best alternative is the one which has the highest ratio between positive and negative criteria.Key Words: Analytical Hierarchy Process, Pair-wise Comparison, Component Design and Development


1989 ◽  
Vol 33 (20) ◽  
pp. 1406-1410 ◽  
Author(s):  
Michael A. Vidulich

One objective of the project was to determine compare two analytic algorithms for converting judgment matrices into subjective workload ratings. The original eigenvector algorithm used in Saaty's Analytic Hierarchy Process (AHP) was compared an algorithm of calculating geometric means. Also, three methods of identifying excessively inconsistent matrices were compared. Data from nine previous experiments were re-examined in the present analysis. There were no differences between the AHP ratings and the geometric mean ratings in terms of their sensitivity to the experimental manipulations. However, two of the inconsistency measures were successfully used to cull the data-sets of inconsistent matrices and improved the statistical sensitivity of one set of ratings. These findings suggest that: (1) the computationally simpler geometric means algorithm can be used as an alternative to the eigenvector algorithm, and (2) culling inconsistent matrices can sometimes improve rating sensitivity. These findings, along with previous research, demonstrate that judgment matrices can be a very valuable workload assessment tool. The essential steps for the proper use of judgment matrices in workload assessment are reviewed. A user's guide and software are also being prepared to aid researchers and practitioners


2014 ◽  
Vol 988 ◽  
pp. 675-682 ◽  
Author(s):  
Yong Xin Liao ◽  
Eduardo Rocha Loures ◽  
Osíris Canciglieri ◽  
Hervé Panetto

The Analytic Hierarchy Process (AHP) is one of the widely accepted and frequently used priority assessment methods. A number of studies, which employed the AHP method, have already been carried out in different domains to support their multi-criteria decision-making definitions and applications. However, few researchers have paid attentions to extract and represent the important concepts and their relationships from the AHP method itself. The aim of this study is firstly to propose a way for representing the AHP method as an AHP Ontology together with a set of reasoning rules. Then, a prototype assessment tool is developed to show the possibility of obtaining more flexibility and reusability of this ontological representation.


2017 ◽  
Vol 2017 ◽  
pp. 1-9 ◽  
Author(s):  
Mahmoudreza Keymanesh ◽  
Hasan Ziari ◽  
Samira Roudini ◽  
Ali Nasrollahtabar Ahangar

It is attempted to identify and prioritize the accident prone points (black spots) in “Iraanshahr-Sarbaaz-Chabahar” road located in Baluchistan, Iran, without no use of accident data but rather using Analytic Hierarchy Process (AHP), which is the enhanced procedure of road safety audit technique. First, by surveying the whole route, all factors that could influence accidents in this road were specified; then the route was divided into eight sections; this division was performed based on the uniformity and homogeny of each section in terms of geometric design and regional conditions. In each section, potentially hazardous locations were identified and some questionnaires were prepared, which were filled by 5 road traffic experts familiar with the route; then the collected data were analyzed by Analytical Hierarchy Process (AHP) using Expert Choice Software and the black spots were identified and prioritized. Finally, these black spots were compared with the black spots that had been obtained by traffic police based on accident data.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document