scholarly journals Pertumbuhan Lili (Lilium longiflorum) Pada Berbagai Komposisi Media Tanam dan Zat Pengatur Tumbuh Naphthalene Acetic Acid (NAA) pada Tahap Aklimatisasi

2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 144-151
Author(s):  
Lulu Fatikhatul Maryamah ◽  
Florentina Kusmiyati ◽  
Syaiful Anwar

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik yang dapat mengatur proses fisiologi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh komposisi media dan konsentrasi NAA serta kombinasi media dan NAA terhadap pertumbuhan lili pada tahap aklimatisasi. Penelitian dilakukan di rumah plastik di kecamatan Tembalang dan Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 3 x 5 dengan ulangan 3 kali. Faktor pertama adalah berbagai komposisi media tanam yaitu arang sekam dan kompos, yang terdiri dari M1 (1 : 1), M2 (2 : 1) dan M3 (3 : 1). Faktor kedua adalah konsentrasi NAA terdiri dari D0 (0 ppm), D1 (2,5 ppm), D2 (5 ppm), D3 (7,5 ppm), D4 (10 ppm). Analisis data menggunakan uji anova dengan taraf signifikan 5%, jika ada perbedaan akan diuji lanjut dengan uji Duncan Multiple Range-Test (DMRT) pada taraf α = 5%.  Hasil penelitian menunjukkan berbagai komposisi media menghasilkan umur bertunas, tinggi tanaman, panjang akar dan bobot segar yang berbeda nyata, tapi jumlah akar yang tidak berbeda nyata. Komposisi terbaik didapatkan pada arang sekam dan kompos pada perbandingan 3:1. Konsentrasi NAA menghasilkan umur bertunas, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar dan bobot segar yang tidak berbeda nyata. Kata kunci : lili, komposisi media, konsentrasi dan NAA

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 2125-2131
Author(s):  
Joshua H.L. Tobing ◽  
Donn Ricky ◽  
Meyria K Situmeang

White Oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is an alternative food for the society because of its high nutrients content. This study uses of ZPT and media to see the grow of the mycelium white oyster mushroom. Media used are the boiling water extract of nuts (green beans, soy bean, peanuts, beans of string bean, and beans of nut snaps) and ZPT (Naphthalene Acetic Acid and Kinetin). Anova was used to analyze the data at a significant level of α = 0.05. The results shows that: (1) There’s a significant effect of ZPT and Non-ZPT on the mycelium growth with p=0.000, Duncan Multiple Range Test (DMRT) shows that Kinetin is highest contribution to the significancy of Anova; (2) planting media used in the study shows a significant differences on the mycelium growth with p=0039, Duncan Multiple Range Test shows that beans of long bean and soy bean are the highest contribution to the significancy of Anova; (3) time/days of observation  done in the study shows a significant differences on the mycelium growth with p=0000, Duncan Multiple Range Test shows that T6 or day 14 of observation shows the highest contribution to the significancy of Anova; (4) the interaction of ZPT, Non-ZPT and planting media show a significant differences on the mycelium growth p=0000; (5) the interaction of ZPT, Non-ZPT and time show a significant differences on the mycelium growth with p=0000; (6) the interaction of media and planting time show a significant differences on the mycelium growth with p=0000; and (7) the interaction of ZPT, Non-ZPT and planting media and time do not affect significantly the mycelium growth with  p=0053.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Mariani Mariani ◽  
Haslianti Haslianti ◽  
Suwarjoyowirayatno Suwarjoyowirayatno

ABSTRACT         The aim of this study was to determine the effect of acetic acid, hydrochloric acid, and citric acid on the physical characteristics of glue from red snapper scales. This study used a completely randomized design (CRD) with one factor of the acid solvent type (5% acetic acid, 5% hydrochloric acid, and 5% citric acid with 150 g of fish scales. Observation data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) at the 95% level, if there is a significant difference (p <0.05) then a further test is carried out with the DMRT (Duncan Multiple Range Test) tests at the 95% significant level. The results obtained showed that the effect of acetic acid, hydrochloric acid, and citric acid on the characteristics of glue from red snapper fish scales had a significant effect on the adhesive strength value of fish glue, wood surface damage, viscosity, water content but not the pH of fish glue. The best results for the stickiness of fish glue, wood surface damage, fish glue viscosity, pH, and water content were obtained on extraction using acetic acid 6.61; 40.75; 3.60; 4.46; and 48,26 respectively. The results obtained showed that the effect of using acetic acid, hydrochloric acid, and citric acid on the characteristics of glue from red snapper fish scales had a significant effect on the adhesive strength value of fish glue, wood surface damage, viscosity, water content but not the pH of fish glue. Keywords: Acetic acid, citric acid,  fish glue, fish scales, hydrochloric acid.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam asetat, asam klorida, dan asam sitrat terhadap karakteristik fisik lem dari sisik ikan kakap merah dan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam asetat, asam klorida dan asam sitrat terhadap karakteristik kimia lem dari sisik ikan kakap merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu jenis pelarut asam (asam asetat 5%, asam klorida 5%, dan asam sitrat 5% dengan sisik ikan sebanyak 150 g. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada taraf 95%, apabila terdapat beda nyata (p<0,05) maka dilakukan uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 95%. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan asam asetat, asam klorida dan asam sitrat terhadap karakteristik lem dari limbah sisik ikan kakap merah memberikan pengaruh nyata terhadap nilai keteguhan rekat lem ikan, kerusakan permukaan kayu, viskositas, kadar air namun tidak dengan pH lem ikan. Hasil terbaik untuk uji keteguhan rekat lem ikan, kerusakan permukaan kayu, viskositas, pH lem ikan dan kadar air lem ikan terdapat pada ekstraksi menggunakan asam asetat dengan nilai masing-masing 6.61; 40.75; 3.60; 4.46 dan 48.26.Kata kunci: Asam asetat, asam klorida, asam sitrat, lem ikan, sisik ikan


2019 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 166
Author(s):  
Irvan Adi Fitriyanto ◽  
Karno Karno ◽  
Budi Adi Kristanto

Penelitian ini bertujuan untukmengkaji keberhasilan sambung samping tanaman durian pada berbagai taraf konsentrasi IAA dan umur batang bawah yang berbeda. Penelitian disusun dengan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor pertama adalah konsentrasi auksin IAA (0, 75 da 150 ppm) dan faktor kedua adalah umur batang bawah (6, 9, dan 12 bulan). Masing-masing perlakuan diulang 5 kali. Parameter yang diamati yaitu waktu keberhasilan sambungan, waktu pecah tunas, panjang tunas, jumlah daun terbuka, dan lebar tajuk. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pada taraf konsentrasi IAA sedangkan taraf umur batang bawah memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah daun terbuka dan lebar tajuk. Tidak ada interaksi antara taraf konsentrasi IAA dan umur batang bawah yang berbeda terhadap sambung samping durian vaietas bawor. Kata kunci : durian bawor, IAA, sambung samping, umur batang bawah


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 137-143
Author(s):  
Yanu Andria Sucianto ◽  
Sutarno Sutarno ◽  
Syaiful Anwar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan invigorasi dengan menggunakan zat pengatur tumbuh terhadap viabilitas benih kelor setelah mengalami penyimpanan dan mengetahui konsentrasi yang tepat untuk invigorasi pada benih kelor. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial 3x2 dengan 5 kali ulangan. Faktor pertama yaitu konsentrasi  ZPT (zat pengatur tumbuh) yang terdiri atas 3 taraf yaitu D0: 0 ppm, D1: 50 pm, D2:100 ppm. Faktor kedua yaitu jenis zat pengatur tumbuh yang  terdiri atas 2 jenis yaitu M1: (Giberelin Acid) GA3, M2: (Naphthalene Acetic Acid) NAA. Parameter yang diamati dalam penelitian ini terbagi atas parameter perkecambahan benih dan parameter pertumbuhan bibit. Paremeter perkecambahan yaitu daya kecambah, potensi tumbuh maksimum, tinggi kecambah, panjang akar kecambah, kecepatan berkecambahan dan parameter pertumbuhan bibit yaitu jumlah daun, diameter batang, tinggi tanaman, bobot biomasa basah dan bobot biomasa kering. Data dianalisis ragam (uji F) dan dilanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan hormon GA3 pada benih kelor lebih responsif dari penggunaan hormon NAA pada hampir semua parameter yang diamati. Kata kunci : kelor, zat pengatur tumbuh, pertumbuhan


2021 ◽  
Vol 46 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Ellok Dwi Sulichantini ◽  
Eliyani Eliyani ◽  
Alvera Prihatini Dewinazari ◽  
Susylowati Susylowati ◽  
Agusty Saputra

Kalimantan whose existence is increasingly extinct so it needs to be preserved by in vitro propagation. This study aims to determine the effect of a combination of the growth regulators, Benzyl Amino Purin (BAP), Kinetin, Naphthalene Acetic Acid (NAA) and banana extract on the growth of sugar cane orchids in vitro. The basic media used were Half Murashige and Skoog (1/2 MS), on the base media were added 30 g.L-1 sugar, 8 g.L-1 seaweed commercial powder,  plus BAP 3 ppm, Kinetin 3 ppm, NAA 0.5 ppm, and ambon banana extract 100 g.L-1, the acidity (pH) of the media is adjusted to around 5.8. The research design used was a Completely Randomized Design (CRD), each treatment was repeated six times. Data were analyzed using variance analysis and continued with DMRT (Duncan Multiple Range Test) tests with a level of 5%.            The results showed that the half media Murashige and Skoog was good for the propagation of sugarcane orchids.  The addition of BAP growth regulators, Kinetin, NAA, and banana extracts showed a good response to growth culture. The addition of BAP 3 ppm + NAA 0.5 ppm showed the best results for the height increased, leaf number increased, leaf length increased, leaf width increased, and the number of shots increased. The addition of Ambon banana extract to media containing growth regulators tended to decrease the growth response, seen in the parameters of plant height increased, leaf number increased, leaf length increased, leaf width increased, the number of shoots increased, the number of roots increased and in root length increased.


2020 ◽  
Vol 11 (4) ◽  
pp. 5059-5066
Author(s):  
Sushma B K ◽  
Raveesha H R

The present work is aimed to determine the chemical constituents in Baliospermum montanum methanolic extracts. An in vitro regenerated procedure was developed for the induction of callus from stem explant cultured on Murashige and Skoog (MS) medium fortified with various concentration and permutations of 2, 4-dichloro phenoxy acetic acid, 1-naphthalene acetic acid, 6-benzyl amino purine and gibberellic acid. FTIR &amp; GC-MS analysis was done according to standard procedure. The quantitative estimation of β-sitosterol was done by HPLC method. Maximum fresh and dry weight of callus was estimated in the combination of GA3 (0.5 mg/L) + NAA (2 mg/L) compared to other concentration. The FTIR analysis showed various functional compounds with different characteristic peak values in the extracts. Major bioactive constituents were recognized in the GC-MS analysis. Root extract revealed the existence of 1-hexadecanol, pentanoic acid, 2-(aminooxy)- and 1-hexacosanol. Leaf extract showed the presence of propanoic acid, 2-oxo-, trimethylsilyl ester, 9,12-octadecadienoic acid (z,z)-, trimethylsilyl ester, docosane, 1,22-dibromo- and pentatriacontane. Stem and stem derived callus exhibit the presence of 1,6,3,4-dihydro-2-deoxy-beta-d-lyxo-hexopyranose, n-hexadecanoic acid and pentanoic acid, 2-(aminooxy). The methanolic extract of leaf exhibited 0.2149 % of β-sitosterol content. There were no peaks observed in the root, stem and stem derived callus. Further studies are necessary for the isolation and characterization of bioactive compounds from B. montanum.


2013 ◽  
Vol 14 (3) ◽  
Author(s):  
Daru Mulyono

The objective of this research is to know the optimal formula of Indole Butiric Acid (IBA), Naphthalene Acetic Acid (NAA), Vitamine B1 and the combination with shading intensities to the acclimatization of Gaharu stump (Aquilaria beccariana). This research used Factorial Design with basic analysis of Complete Randomized Design in order to know theeffect of treatment. The research was carried out in Agroindustry and Biotechnology Laboratory, Ciampea, Bogor, from July to September 2007. The results of the research showed that after 8 weeks of treatment: (a). The combination of 55 % shading intensity with IBA 15 mg/l + NAA 10 mg/l + Vitamine B1 1 mg/l was the best formula for increasingheight of Gaharu stump 4.660 cm. (b). The combination of 55 % shading intensity with IBA 15 mg/l + NAA 30 mg/l + Vitamine B1 1 mg/l was the best formula for increasing sum of Gaharu leaf stump 12.337 leafs, (c). The combination of 55 % shading intensity with IBA 15 mg/l + NAA 40 mg/l + Vitamine B1 1 mg/l was the best formula for increasing sumof Gaharu root stump 3.783 roots, and (d). The combination of 55 % shading intensity with IBA 15 mg/l + NAA 40 mg/l + Vitamine B1 1 mg/l was the best formula for increasing length of Gaharu root stump 3.686 cm.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 120-128
Author(s):  
Evan Yonda Pratama ◽  
Riski Hasputri ◽  
Rudi Tejo Setiyono

Jagung merupakan salah satu sumber komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah penggunaan varietas unggul baru, pemupukan dan pengaturan populasi tanam. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah diadopsi oleh petani adalah Varietas Unggul Baru (VUB) yang memiliki daya hasil yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan calon varietas jagung hibrida yang memiliki hasil yang lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan PT Mulya Agro Sarana, Desa Wonokerto, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada April sampai Agustus 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan meliputi 4 calon varietas jagung hibrida MASB1, MASB2, MASB3, MASB4, dan satu varietas jagung hibrida sebagai standar yaitu varietas Bima 20 Uri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon varietas jagung hibrida yang prospektif dikembangkan lebih lanjut yaitu MASB3 dan MASB4, hal ini terlihat pada bobot 1000 butir dan produktivitas ton/ha. Data produktivitas adalah MASB3 sebesar 12.16 ton/ha dan MASB4 sebesar 14.18 ton/ha.


Author(s):  
Sukarman Hadi Jaya Putra ◽  
Maria Stefina Asriyani

Cabai merah besar memiliki nilai ekonomi tinggi, namun cabai merah besar termasuk dalam jenis buah yang mudah rusak. Perlakuanpascapanen yang tepat dibutuhkan, salah satunya melalui proses pengeringan yang sering digunakan secara mekanis dengan waktu pengeringan dan suhu yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berapa lama pengeringan dengan suhu yang berbeda melalui perubahan karakteristik cabai merah besar (Capsicum annum L.). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Temperatur pengeringan yang digunakan adalah S1 (50 °C), S2 (55 °C), S3 (60 °C) dan S4 (65 °C). Waktu pengeringan yang digunakan L1 (20 jam), L2 (23 jam), dan L3 (26 jam). Pengamatan parametrik terdiri dari warna, tekstur, dan rasa. Analisis data yang digunakan adalah analisis varians (ANOVA) 95% (α=0,95) dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT)5%. Observasi digunakan dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan suhu yang berbeda berpengaruh terhadap perubahan warna dan rasa cabai merah besar.


Author(s):  
Laili Munawaroh ◽  
Ummu Kalsum ◽  
Purwanti Budi Laksono ◽  
Irwan Siallagan

Tanaman yang ternaungi mengakibatkan ketersediaan cahaya menjadi berkurang terutama pada intensitas cahaya. Perbedaan karakteristik tanaman yang diatur oleh gennya menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi ternaungi menjadi berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati respon tanaman kedelai varietas Ceneng pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya yang berbeda. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan 1 faktor, yaitu naungan. Perlakuan tersebut meliputi perlakuan naungan ± 59% menggunakan pohon pada 0 minggu setelah tanam (MST), naungan paranet pada 8 MST dan tanpa naungan sebagai kontrol. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, lebar dan panjang daun, waktu berbunga, jumlah bunga, jumlah polong total, jumlah polong hampa dan polong isi, kandungan klorofil serta gula pada daun. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of varians (anova) dengan taraf α = 5%. Hasil uji anova yang signifikan berbeda dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan pada tanaman kedelai varietas Ceneng meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b dan karotenoid daun, namun kadar antosianin menjadi menurun. Perlakuan naungan 59% dan 8 MST memberikan rata-rata kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan tanpa naungan. Perlakuan naungan pada kedelai varietas Ceneng yang cocok adalah naungan 8 MST.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document