Pengobatan Lele Dumbo (Clarias gariepinus L.) yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila di Kabupaten Banyumas dengan Menggunakan Ekstrak Daun Api-Api (Avicennia marina)

Sainteks ◽  
2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Dini Siswani Mulia ◽  
Syiva Vauziyyah

Aeromonas hydrophila merupakan salah satu bakteri patogen yang sering menginfeksi lele dumbo (Clarias gariepinus L.) dan menyebabkan penyakit motile aeromonas septicemia (MAS) atau dikenal dengan aeromoniasis. Penyakit ini dapat menyebabkan gagal panen dan menimbulkan kerugian yang sangat besar pada budidaya ikan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengobatan lele dumbo yang terinfeksi bakteri A.hydrophila di Kabupaten Banyumas dengan menggunakan ekstrak daun api-api (Avicennia marina). Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan berupa konsentrasi pemberian ekstrak A.marina, yaitu P0=tanpa pemberian ekstrak daun A. marina, P1= konsentrasi ekstrak daun A. marina 0,2 g/L, P2= konsentrasi ekstrak daun A. marina 0,3 g/L, dan P3=konsentrasi ekstrak daun A. marina 0,4 g/L. Pengobatan ikan dilakukan secara rendaman. Proses recovery diamati selama 30 hari setelah pengobatan. Parameter utama dalam penelitian adalah perkembangan penyakit, proses recovery, sintasan, pertambahan berat ikan, dan panjang ikan. Parameter pendukung dalam penelitian, yaitu suhu, pH, dan kadar O2 terlarut. Data sintasan dianalisis menggunakan Analisis of Variance (anova) dan dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf uji 5%. Hasil penelitian menunjukkan lele dumbo yang diobati dengan menggunakan ekstrak daun A. marina mengalami penyembuhan pada hari ke-12, sedangkan kontrol pada hari ke-30. Hasil analisis data sintasan menunjukkan P0 berbeda nyata (P<0,05) dengan P1, P2, dan P3. Konsentrasi ekstrak A. marina yang paling efektif dan efisien pada penelitian ini adalah 0,2 g/L (P1). Kata-kata kunci: Aeromonas hydrophila, Avicennia marina, Banyumas, ekstrak, lele dumbo

Sainteks ◽  
2020 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Siti Muntasiroh ◽  
Cahyono Purbomartono ◽  
Dini Siswani Mulia

Lele dumbo merupakan komoditas ikan air tawar yang mempunyai nilai kompetitif dibanding ikan air tawar lainnya sehingga banyak diminati masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut cokelat (Padina sp.) yang dicampur dengan vitamin C dalam pakan terhadap persentase hematokrit dan leukokrit serta differensial leukosit pada lele dumbo (Clarias gariepinus). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap, masing-masing 4 perlakuan dan 3 kali ulangan individu. Perlakuan dalam penelitian ini meliputi dosis P1 (3000 mg ekstrak rumput lau cokelat/kg pakan), P2 (2250 mg ekstrak rumput laut cokelat/kg pakan dan 750 mg vitamin C/kg pakan), P3 (1500 mg ekstrak rumput laut cokelat/kg pakan dan 1500 mg vitamin C/kg pakan), dan P4 (750 mg ekstrak rumput laut cokelat/kg pakan dan 2250 mg vitamin C/kg pakan). Parameter utama berupa persentase hematokrit, leukokrit, dan differensial leukosit, sedangkan parameter pendukung berupa kualitas air yang meliputi suhu, pH, dan DO. Data dianalisis menggunakan uji Analyisis of Variance (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%, apabila hasil analisis tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan menggunakan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rumput laut cokelat (Padina sp.) yang dicampur dengan vitamin C berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap hematokrit dan differensial leukosit. Nilai hematokrit tertinggi dicapai pada P3 sebesar 48,33%, diferensial limfosit tertinggi pada P3 sebesar 81,29% dan diferensial monosit tertinggi pada P2 sebesar 10,77%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak rumput laut cokelat (Padina sp.) yang dicampur dengan vitamin C dalam pakan sebesar 1500 mg ekstrak rumput laut cokelat/kg pakan dan 1500 mg vitamin C/kg pakan merupakan dosis  terbaik dalam meningkatkan imun non-spesifik.


Sainteks ◽  
2021 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 115
Author(s):  
Cahyono Purbomartono ◽  
Yusuf Aditya ◽  
Dini Siswani Mulia ◽  
Juli Rochmijati Wuliandari ◽  
Arif Husin

Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan  ikan air tawar yang  banyak dibudidayakan di Jawa Barat dan memiliki harga jual yang relatif tinggi sehingga banyak dibudidayakan secara intensif. Tingginya padat tebar dan konsumsi pakan pada budidaya intensif menyebabkan penurunan kualitas air akibat timbunan sisa pakan dan  ekskresi ikan, menimbulkan stress sehingga ikan mudah terserang penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan air tawar adalah Motile Aeromonas Septicemia (MAS), disebabkan oleh Aeromonas hydrophila. Untuk mengatasinya, pada umumnya dilakukan pengobatan dengan antibiotik, namun dapat mengakibatkan resistensi bakteri sehingga perlu alternatif lain. Salah satu alternatif adalah penggunaan ß-glucan dari ekstraksi ragi roti Saccaromyces cerevisiae untuk meningkatkan imunitas ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan β-glucan terhadap respon imun non-spesifik pada ikan mas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan. Dosis ß-glucan yang digunakan 0 g, 2,5 g, 5 g, 7,5 dan 10 g per kg pakan. Parameter yang diamati yaitu diferensial leukosit meliputi persentase limfosit, monosit dan neutrofil serta aktivitas fagositosis. Analisis data menggunakan Analisis of Varians (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ß-glucan melalui pakan berpengaruh signifikan terhadap persentase limfosit, peresentase neutrofil dan aktivitas fagositosis namun tidak berpengaruh signifikan terhadap persentase monosit. Dosis optimum untuk meningkatkan respon imun non-spesifik ikan mas yaitu 5 g/kg pakan.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 120-128
Author(s):  
Evan Yonda Pratama ◽  
Riski Hasputri ◽  
Rudi Tejo Setiyono

Jagung merupakan salah satu sumber komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah penggunaan varietas unggul baru, pemupukan dan pengaturan populasi tanam. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah diadopsi oleh petani adalah Varietas Unggul Baru (VUB) yang memiliki daya hasil yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan calon varietas jagung hibrida yang memiliki hasil yang lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan PT Mulya Agro Sarana, Desa Wonokerto, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur pada April sampai Agustus 2018. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan meliputi 4 calon varietas jagung hibrida MASB1, MASB2, MASB3, MASB4, dan satu varietas jagung hibrida sebagai standar yaitu varietas Bima 20 Uri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa calon varietas jagung hibrida yang prospektif dikembangkan lebih lanjut yaitu MASB3 dan MASB4, hal ini terlihat pada bobot 1000 butir dan produktivitas ton/ha. Data produktivitas adalah MASB3 sebesar 12.16 ton/ha dan MASB4 sebesar 14.18 ton/ha.


Author(s):  
Sukarman Hadi Jaya Putra ◽  
Maria Stefina Asriyani

Cabai merah besar memiliki nilai ekonomi tinggi, namun cabai merah besar termasuk dalam jenis buah yang mudah rusak. Perlakuanpascapanen yang tepat dibutuhkan, salah satunya melalui proses pengeringan yang sering digunakan secara mekanis dengan waktu pengeringan dan suhu yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berapa lama pengeringan dengan suhu yang berbeda melalui perubahan karakteristik cabai merah besar (Capsicum annum L.). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Temperatur pengeringan yang digunakan adalah S1 (50 °C), S2 (55 °C), S3 (60 °C) dan S4 (65 °C). Waktu pengeringan yang digunakan L1 (20 jam), L2 (23 jam), dan L3 (26 jam). Pengamatan parametrik terdiri dari warna, tekstur, dan rasa. Analisis data yang digunakan adalah analisis varians (ANOVA) 95% (α=0,95) dan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT)5%. Observasi digunakan dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan suhu yang berbeda berpengaruh terhadap perubahan warna dan rasa cabai merah besar.


Author(s):  
Laili Munawaroh ◽  
Ummu Kalsum ◽  
Purwanti Budi Laksono ◽  
Irwan Siallagan

Tanaman yang ternaungi mengakibatkan ketersediaan cahaya menjadi berkurang terutama pada intensitas cahaya. Perbedaan karakteristik tanaman yang diatur oleh gennya menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi ternaungi menjadi berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati respon tanaman kedelai varietas Ceneng pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya yang berbeda. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan 1 faktor, yaitu naungan. Perlakuan tersebut meliputi perlakuan naungan ± 59% menggunakan pohon pada 0 minggu setelah tanam (MST), naungan paranet pada 8 MST dan tanpa naungan sebagai kontrol. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, lebar dan panjang daun, waktu berbunga, jumlah bunga, jumlah polong total, jumlah polong hampa dan polong isi, kandungan klorofil serta gula pada daun. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of varians (anova) dengan taraf α = 5%. Hasil uji anova yang signifikan berbeda dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan pada tanaman kedelai varietas Ceneng meningkatkan kandungan klorofil a, klorofil b dan karotenoid daun, namun kadar antosianin menjadi menurun. Perlakuan naungan 59% dan 8 MST memberikan rata-rata kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan tanpa naungan. Perlakuan naungan pada kedelai varietas Ceneng yang cocok adalah naungan 8 MST.


Pastura ◽  
2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 40
Author(s):  
R. Sriagtula ◽  
I. Martaguri ◽  
J. Hellyward ◽  
S. Sowmen

Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi pengaruh penambahan inokulasi bakteri asam laktat (BAL) dan aditif terhadap kualitas dan karakterietik silase whole crop sorgum mutan brown midrib (Sorghum bicolor L. Moench) galur Patir 3.7 yang dipanen pada fase soft dough. Penelitian dilaksanakan secara eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 4 ulangan. Faktor A yaitu A1 = tanpa BAL, A2= penambahan BAL. Faktor B terdiri dari B1= tanpa aditif, B2= dedak, B3= jagung. Sumber BAL yang digunakan berasal dari inokulan komersil dari minuman fermentasi merk Yakult dengan dosis 1 ml (v/w) atau 11×109 CFU/ml/berat segar. Aditif terdiri dari dedak padi dan jagung halus digunakan sebanyak 3% (g/g)/berat segar. Parameter yang diamati adalah karakteristik dan kualitas silase meliputi nilai pH, nilai fleigh (NF), kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), serat kasar (SK), lemak kasar (LK) dan Abu. Data dianalisis berdasarkan analisis keragaman menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara penambahan BAL dan aditif terhadap pH, NF, BK, PK, SK, LK dan abu, sedangkan faktor tunggal adititif memberikan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi terhadap kandungan BK silase whole crop sorgum mutan BMR. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum penambahan inokulan BAL dan aditif menghasilkan karakteristik dan kualitas silase yang sama, namun demikian penambahan dedak padi dan jagung halus menghasilkan BK silase yang lebih tinggi dibanding tanpa BAL dan aditif. Kata kunci: aditif, BAL, brown midrib, silase, sorgum


2017 ◽  
Vol 76 ◽  
pp. 392-402 ◽  
Author(s):  
Asha Shelly ◽  
Chaitali Banerjee ◽  
Gunjan Kumar Saurav ◽  
Atish Ray ◽  
Vipin Singh Rana ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Diyana Lestari ◽  
Luqman Qurata Aini

Penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora merupakan dua penyakit penting yang menjadi kendala dalam budidaya cabai merah besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsorsium bakteri antagonis Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus dalam mengendalikan penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora pada cabai merah besar serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah besar sendiri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 - Desember 2020 di lahan tumpangsari bawang merah dan cabai, Desa Ubalan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Persiapan penelitian meliputi survei lokasi, persiapan alat dan bahan, pengacakan perlakuan, dan penentuan tanaman sampel. Pelaksanaan penelitian meliputi pengaplikasian larutan isolat bakteri antagonis di lapang, pengamatan mingguan, dan pengolahan data. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA dan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% menggunakan software DSAASTAT. Konsorsium P7 (Pseudomonas aeruginosa + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit virus kuning, sedangkan perlakuan konsorsium P8 (Bacillus cereus 12 + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit bercak daun Cercospora. Perlakuan konsorsium tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun. Namun, konsorsium P7 mampu meningkatkan bobot tanaman cabai meskipun secara statistik tidak berbeda dengan perlakuan lainnya.


2021 ◽  
Vol 888 (1) ◽  
pp. 012028
Author(s):  
S S C Maulid ◽  
A Susilo ◽  
D Purwanto ◽  
Kuswati

Abstract This research was conducted to examine the effect of slaughter age and sex class to carcass characteristic from Red Brahman Crossbred Cattle. The research materials were 126 heads (grouped by slaughter age (<1,5 years, 2-2,5 years, and 3 years) and sex class (bull and steer)) with taken from KASA Company, rested for 12-24 hours, and slaughtered in AM FARM abattoir with halal MUI slaughter methods. The research method was used field experiment. The data of research were analysis by using Complete Randomized Factorial Design (2X3) and Duncan Multiple Range Test if there were differences. Parameters of carcass characteristic were slaughter weight, hot carcass weight, dressing percentage, carcass components percentage (meat, bone, fat), MBR, MFR, rib eyes area, and 12th fat thickness of ribs. The results of this research showed that slaughter age and sex class has significantly (P<0,05) affect to slaughter weight and hot carcass weight. Interactions of slaughter age and sex class has significantly (P<0,05) affect dressing percentage, bone and meat percentage, MBR and MFR, and has not significant (P>0,05) rib eyes area and fat thickness. From these results, it can be concluded that slaughter age and sex class affect carcass characteristics of Red Brahman Crossbred Cattle.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 79-86
Author(s):  
Siti Zamilatul Azkiyah ◽  
Delvi Noer Kholida Rahmaniyah ◽  
Istiana Istiana ◽  
Ismatun Wafiyah

Vitamin C is one component that can increase iron absorption in patients with iron deficiency anemia. This study aims to determine the effect of vitamin C supplementation on iron absorption as measured by hemoglobin levels in anemic mice. This type of research is an experimental laboratory design. Experimental animals (Mus. Musculus) male mice were made anemia induced with sodium nitrite and then divided into three treatment groups. Group I, was given distilled water, Group II, was given ferrous sulfate, Group III, was given ascorbic acid + ferrous sulfate at a dose of 4.5 mg. The treatment was given for 14 days after experiencing anemia. Data analysis was used ANOVA test. If it has an effect, it continued with the Duncan Multiple Range Test (DMRT). Changes in the average hemoglobin level of mice ranged from 12-15 grams/dL after 14 days of treatment, which means that the hemoglobin level returned to normal. Thus, the administration of vitamin C can increase iron levels in mice (Mus musculus) Anemia by induction of sodium nitrite. ABSTRAK   Vitamin C merupakan salah satu komponen yang dapat menengkatkan absorpsi besi pada penderita anemia defisiensi besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian suplementasi vitamin C terhadap absorpsi besi yang diukur dari kadar hemoglobin hewan coba mencit anemia. Jenis penelitian berupa  desain laboratory eksperimental. Hewan coba mencit (Mus. Musculus) jantan dibuat anemia dengan diinduksi dengan natrium nitrit kemudian dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Kelompok I diberi akuades, Kelompok II diberi ferro sulfat, Kelompok III diberi asam askorbat + fero sulfat dengan dosis 4,5 mg. Perlakuan diberikan selama 14 hari setelah mengalami anemia. Analisis data menggunakan ANOVA. Bila memiliki pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Perubahan kadar hemoglobin rata-rata mencit berkisar 12-15 gram/dL setelah perlakuan selama 14 hari yang artinya kadar hemoglobin kembali ke keadaaan normal. Dengan demikian, pemberian vitamin C dapat meningkatkan kadar zat besi pada mencit (Mus musculus) Anemia dengan induksi natrium nitrit.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document