HUBUNGAN USIA, OBESITAS DAN RIWAYAT PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN KEJADIAN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) DERAJAT IV DI RSUD DR. M. HAULUSSY AMBON PERIODE 2012-2014

2017 ◽  
pp. 141-151
Author(s):  
Andrew Ruspanah

Pendahuluan. Benign Postate Hiperplasia (BPH) adalah penyakit yang umumnya terjadi pada pria lansia yang disebabkan oleh penuaan. Hiperplasia prostat adalah pertumbuhan jaringan nodul fibroadenomatosa pada prostat. Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit yang tersering kedua setelah batu saluran kemih didapatkan secara klinis di Indonesia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian Benign Prostate Hyperplasia (BPH) grade IV di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon periode 2012-2014. Metode. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik desain Cross-Sectional, dengan menggunakan catatan medis data di ruang operasi di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2012-2014 dan memperoleh jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 239, yang diambil dengan teknik total sampling. Analisis dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil yang di temukan dalam penelitian ini bahwa kejadian BPH lebih besar pada mereka yang berusia> 65 tahun dan 56-65 tahun dibandingkan dengan usia 46-55 dan <46 tahun dengan hasil tes menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan BPH dengan nilai (p= 0,000), ada hubungan antara obesitas dengan nilai BPH (p=0,019) dan riwayat diabetes mellitus setelah menggunakan uji Chi-Square, hubungan antara riwayat diabetes mellitus dengan BPH dengan nilai (p = 0,000). Kesimpulan. Ada hubungan antara umur, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian BPH.

2017 ◽  
pp. 141-151
Author(s):  
Andrew Ruspanah ◽  
Jeams T. Manuputty

Pendahuluan. Benign Postate Hiperplasia (BPH) adalah penyakit yang umumnya terjadi pada pria lansia yang disebabkan oleh penuaan. Hiperplasia prostat adalah pertumbuhan jaringan nodul fibroadenomatosa pada prostat. Pembesaran prostat jinak merupakan penyakit yang tersering kedua setelah batu saluran kemih didapatkan secara klinis di Indonesia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian Benign Prostate Hyperplasia (BPH) grade IV di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon periode 2012-2014. Metode. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik desain Cross-Sectional, dengan menggunakan catatan medis data di ruang operasi di Rumah Sakit Dr. M. Haulussy Ambon Tahun 2012-2014 dan memperoleh jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 239, yang diambil dengan teknik total sampling. Analisis dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil yang di temukan dalam penelitian ini bahwa kejadian BPH lebih besar pada mereka yang berusia> 65 tahun dan 56-65 tahun dibandingkan dengan usia 46-55 dan <46 tahun dengan hasil tes menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan BPH dengan nilai (p= 0,000), ada hubungan antara obesitas dengan nilai BPH (p=0,019) dan riwayat diabetes mellitus setelah menggunakan uji Chi-Square, hubungan antara riwayat diabetes mellitus dengan BPH dengan nilai (p = 0,000). Kesimpulan. Ada hubungan antara umur, obesitas dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian BPH.


2014 ◽  
Vol 11 (4) ◽  
pp. 157-162 ◽  
Author(s):  
Harvey J. Murff ◽  
Christianne L. Roumie ◽  
Robert A. Greevy ◽  
Carlos G. Grijalva ◽  
Adrianna H. Hung ◽  
...  

2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 93-102
Author(s):  
Angga Dwi Prasetyo

Benign Prostate Hyperplasia (BPH) is one of prostate diseases with highest prevalence rates men in the world. Benign Prostate Hyperplasia are caused by many factors, such as disorders of androgen receptors, mutations genes, age, epigenetics and environment. Detection BPH in the form of Prostate Specific Antigen (PSA), Transurethral Resection Of Prostate (TURP) and Digital Rectal Examination (DRE) which is invasive in the patient. MicroRNAs in urine eksosomes can be used to detect BPH with non-invasive to patients. This study aims to determine the potential expression of Hsa-miR-22-3p in eksosomal urine samples of BPH as a non-invasive biomarker. This was an observational cross sectional analytic study. Urine samples were obtained from dr. Sardjito Yogyakarta and dr. Soeradji Tirtonegoro hospital. Furthermore, eksosomes isolation, RNA isolation, cDNA synthesis and quantification with qRT-PCR. Based on the results, it is known that Hsa-miR-22-3p decreased expression as much as 29.54 times in BPH, there were significant differences between samples of BPH and normal samples (P = 0.001). Thus Hsa-miR-22-3p has potential as a biomarker in Benign Prostate Hyperplasia. 


2017 ◽  
Vol 89 (1) ◽  
pp. 26 ◽  
Author(s):  
Levent Ozcan ◽  
Huseyin Besiroglu ◽  
Murat Dursun ◽  
Emre Can Polat ◽  
Alper Otunctemur ◽  
...  

Objective: We evaluated the correlation between benign prostate hyperplasia (BPH) measures and diabetes mellitus in men with benign prostate hyperplasia in a prospective study. Materials and methods: Between 2008-2012, 100 diabetic and 200 non diabetic patients undergoing surgery due to benign prostate hyperplasia were enrolled in the study. The parameters evaluated for each patients included prostate volume, fasting blood glucose, HbA1c, total testosterone, total prostatic specific antigen (T-PSA), triglicerides, total cholesterol and body mass index (BMI). A questionnaire including international prostate symptom score (IPSS) was sdministered and uroflow test measuring the peak urinary flow rate was performed to appreciate the complaints of the patients objectively. Results: Diabetic patients are more likely to have larger prostate volume. The symptom score evaluated by IPSS and post micturition residual volume were also significantly higher in diabetic groups. The other statistically significant different parameter between two groups was total testosterone that diabetic patients tend to have lower levels. Diabetic counterparts were established to have higher BMI. No statistically significant differentiation was observed about trigliceryde and total cholesterol levels and uroflow rates. Conclusions: Our study suggests a positive correlation between high prostate volume and diagnosis of diabetes mellitus in patients with benign prostatic hyperplasia. We also observed a positive correlation between symptom scores and post micturion residual volumes and diagnosis of diabetes mellitus suggesting that the presence of diabetes is related to both static and dynamic components of benign prostate hyperplasia. Additionally testosterone levels were lower in diabetic patients. Further studies need to confirm these relationship in a larger population.


2014 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
Author(s):  
Taufiq Nur Budaya ◽  
Basuki B. Purnomo ◽  
Besut Daryanto ◽  
Kurnia Penta Seputra ◽  
Paksi Satyagraha

Objective: To demonstrate usefulness of Intra Prostatic Protrusion (IPP) as Predictive Factor for Acute Urinary Retention (AUR) in Benign Prostate Hyperplasia (BPH) Patients. Material & methods: Cross sectional retrospective study of case records from January to July 2012 of BPH patients at Saiful Anwar General Hospital (SAGH) Malang was carried out. The data were collected from the Medical Record Division in SAGH Malang. We noted age, prostate volume, IPP, IPSS and urinary retention status. The patients were classified by IPP degree < 5 mm (group A), 5-10 mm (group B), 10 -15mm (group C), > 15mm (group D) and we compared all parameters that we noticed. Results: Eighty patients, mean age was 66.32 years were enrolled. Transabdominal ultrasound determined the mean IPP was 13.5 mm, and prostatic volume 95 cc. IPP values were distributed as follows: group A 10 (12.5%), group B 25 (31.25%), group C 24 (30%), group D 21 (26.25%), with AUR incidence in group A 20%, group B 36%, group C 79%, and group D 81%. The IPP showed a significant correlation with urinary retention (r = 0.8, p < 0.05, OR = 15) and IPSS (r = 0.6, p < 0.05). Conclusion: IPP can be used as predictive factor for the incidence of acute urinary retention in BPH Patients.Keywords: Intra Prostatic Protrusion, Acute Urinary Retention, Benign Prostate Hyperplasia.


Jurnal JKFT ◽  
2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Imas Yoyoh ◽  
Imam Mutaqqijn ◽  
Nurjanah Nurjanah

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terus menerus mengalami peningkatan jumlah yang signifikan dari tahun ke tahun. Komplikasi jangka panjang dari DM baik mikrovaskular dan makrovaskular dapat menyebabkan insufiensi aliran darah ke tungkai, yang dapat berujung pada infeksi, ulkus dan berakhir pada amputasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan jumlah sampel 54 responden, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan kaki dan lembar observasi tentang risiko ulkus kaki diabetes. Uji analisis data menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian sebanyak 54 responden didapatkan data kategori perawatan kaki baik dengan risiko ulkus rendah sebanyak 14 responden (58,3%). Sedangkan kategori perawatan kaki kurang baik dengan risiko ulkus tinggi sebanyak 21 responden (70,0%). Hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,267 artinya perawatan kaki yang kurang baik mempunyai peluang 3,267 kali untuk risiko tinggi ulkus. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square diperoleh p=0,036 dimana nilai p-value < 0,05, maka Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara perawatan kaki dengan risiko ulkus kaki diabetes di Ruang Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang. Pasien DM dengan perawatan kaki yang kurang baik berpeluang untuk terjadinya risiko ulkus tinggi dibandingkan dengan pasien DM yang perawatan kakinya baik. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document