EVALUASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BOGOR MENGGUNAKAN PROCESS ASSESSMENT MODEL (PAM) COBIT 5

2021 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 29-40
Author(s):  
Yopie Noor Hantoro ◽  
Suryarini Widodo

Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bogor merupakan salah satu organisasi perangkat daerah yang telah menerapkan sistem informasi dalam melayani kebutuhan masyarakat melalui program Bogor Career Center (BCC). Sebuah tata kelola Teknologi Informasi (TI) yang memadai diperlukan untuk memaksimalkan program ini diperlukan sehingga memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan tujuan organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap tata kelola TI pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bogor dan memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola. Metode yang digunakan mengacu pada Process Assessment Model (PAM) kerangka kerja COBIT 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa domain tingkat kapabilitas proses TI yang sesuai dengan prioritas organisasi adalah EDM01, EDM02, EDM04, EDM05, DSS01, DSS02, DSS03, DSS04, DSS06 dan MEA01. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa domain MEA01 berada pada tingkat kapabilitas 0 (incomplete process) yang artinya proses tidak diimplementasikan atau gagal mencapai tujuan prosesnya. Sedangkan sisanya berada pada tingkat kapabilitas 1 (performed process) yang artinya proses telah diimplementasikan dan mencapai tujuan prosesnya. Sedangkan tingkat kapabilitas yang diharapkan adalah pada level 3 (established process) yang artinya proses memiliki dokumentasi terhadap proses baik pada perencanaan, kebijakan, standar dan dokumen kinerja.

2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 113-118
Author(s):  
Richardy Affan Sojuangon Siregar

Teknologi Informasi (TI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya penerapan good governance sebagai langkah instansi dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) sendiri memiliki kebijakan umum yang tertera pada Rencana Strategis 2015 – 2019 Ditjen SDA,  yaitu penataan dan penguatan sistem pengelolaan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan dalam rangka pelayanan data dan informasi, baik ke dalam maupun ke luar Ditjen SDA. Fungsi pengelolaan teknologi informasi pada Ditjen SDA sendiri di lakukan oleh Subdirektorat Sistem Informasi dan Data (Subdit SISDA). Diketahui masih terdapat masalah dalam pengelolaan tata kelola TI oleh Subdit SISDA yaitu, kurang optimalnya pegawai dalam penggunaan TI dan juga kurangnya ketersedian informasi pada beberapa Aplikasi SISDA. Maka, perlu dilakukan suatu evaluasi tata kelola TI. Dalam penelitian ini menggunakan framework COBIT 5 dengan PAM (Process Assessment Model). Penelitian ini berfokus pada proses EDM04 (Ensure Resource Optimization) dan BAI04 (Manage Availablity and Capacity). Tujuan penelitian ini mengetahui capability level kondisi saat ini (as-is) dan kondisi yang di harapkan (to-be), kesenjangan (gap), serta memberikan rekomendasi pada Subdit SISDA. Hasil dari penelitian ini menunjukan kondisi saat ini proses EDM04 berada pada level 3 (Established Process) dan kondisi yang diharapkan berada pada level 5 (Optimising Process). Kemudian kondisi saat ini proses BAI04 berada pada level 2 (Managed Process) dan kondisi yang diharapkan berada pada level 4 (Predictable Process). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa masing-masing proses memiliki gaps sebesar 2 antara as-is dan to-be, sehingga Subdit SISDA pada proses EDM04 direkomendasikan agar terlebih dahulu melakukan pelaksanaan aktivitas dan pemenuhan proses atribut work product pada level 4 (Predictable Process dan juga pada proses BAI04 direkomendasikan agar terlebih dahulu melakukan pelaksanaan aktivitas dan pemenuhan proses atribut work product pada level 3 (Established Process) sebagai solusi dari permasalahan yang ditemukan.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 101-106
Author(s):  
Muhammad Kamal Sani Firdaus

Kemungkinan adanya ancaman dan risiko TI (Teknologi Informasi) yang muncul seiring dengan penerapan IT Governance dapat menganggu proses bisnis yang berjalan. Hal ini penting bagi suatu perusahaan untuk menerapkan manajemen risiko TI. Dalam penerapannya, PLN P2B  didukung oleh Divisi Teknologi Informasi dan Telekomunikasi sebagai penyedia layanan TI. Diketahui permasalahan yang sedang dialami PLN P2B adalah insiden kehilangan data yang diakibatkan adanya kegagalan dalam migrasi data ketika PLN P2B mengupgrade server dari 3-node clusters menjadi 6-node clusters. Oleh karena itu, diperlukan adanya evaluasi terhadap manajemen risiko TI sesuai dengan standar yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kapabilitas manajemen risiko TI menggunakan metodologi Process Assessment Model (PAM) COBIT 5 yang terdiri dari tahapan Initiation, Planning the Assesment, Briefing, Data Collection, Data Validation, Process Attribute Level dan Reporting the Result. Hasil dari penelitian ini menunjukan tingkat pengelolaan risiko dan pengoptimalan risiko saat ini berada pada level 3 (Established Process) dan berdasarkan hasil penilaian risiko terdapat 6 risk issue yang tingkat risikonya di atas batas risk appetite. Sehingga PLN P2B direkomendasikan untuk menerapkan dan mengemb    angkan DRP (Disaster Recovery Plan) berdasarkan kerangka kerja yang didesain untuk mengurangi dampak terhadap fungsi dan proses bisnis utamanya. Selain itu PLN P2B direkomendasikan menentukan dan mengimplementasikan langkah pengamanan fisik sesuai dengan persyaratan. Salah satunya dengan menempatkan database server di tempat yang aman. Dengan demikian diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan PLN P2B dalam melakukan perbaikan tata kelola TI agar dapat berjalan lebih optimal.


Sebatik ◽  
2018 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
pp. 74-82
Author(s):  
Elly Elly ◽  
Fandi Halim

Evaluasi tatakelola infrastruktur TI menggunakan framework COBIT 5, studi kasus pada STMIK-STIE Mikroskil di Medan yang bertujuan untuk mengevaluasi infrastruktur TI yang diadopsi dan digunakan oleh sekolah tinggi apakah telah memenuhi standar framework COBIT 5. Evaluasi dilakukan oleh Pusat Sistem Informasi (PSI) sebagai pusat manajemen data. Data dikumpulkan lewat wawancara, kuesioner dan pemeriksaan dokumen, observasi dan investigasi kinerja. Sepuluh proses dalam lima domain – EDM, APO, BAI, DSS dan MEA – dievaluasi menggunakan Process Assessment Model (PAM) seperti yang ditentukan oleh ISACA. Rentang skor dari Level 0 (Non-existent) sebagai skor terendah menuju Level 5 (Optimizing) sebagai skor tertinggi. Skor dikumpulkan kemudian diterjemahkan ke dalam domain COBIT 5 dalam bentuk evaluasi penilaian kapabilitas untuk setiap domain. Penelitian menunjukkan saat ini STMIK-STIE Mikroskil memiliki beberapa hasil. Pertama, ada lima proses mencapai level 1 seperti EDM02, EDM04, APO04, BAI02, MEA01. Kedua, ada empat proses mencapai level 3 seperti EDM01, APO01, APO03, APO07. Ketiga, dan ada satu proses mencapai target level 4 seperti DSS05.


Author(s):  
Suhartini Setia Ningsih ◽  
Fitroh Fitroh ◽  
Suci Ratnawati

Seksi Pengembangan Aplikasi dan Data (PAD) merupakan Sub Bagian Bidang E-Government DISKOMINFO Kabupaten Bogor yang memiliki tugas memantau kegiatan pengembangan sistem. Dalam pelaksanaannya seksi PAD memiliki permasalahan terkait kompetensi pegawai yang belum mencapai standar dalam pengembangan sistem (aplikasi) serta belum terlaksananya PERBUB No.11 Tahun 2015 tentang pelaksanaan dan pengembangan sistem. Oleh karena itu, peneliti melakukan evaluasi menggunakan framework COBIT 5 dan ISO/IEC 38500. Penelitian ini menggunakan Process Assessment Model (PAM) dengan skala Guttman untuk mengetahui hasil dan capability level. Fokus domain yang digunakan adalah EDM04 Ensure Resource Management dan MEA01 Monitor, Evaluate and Assess Performance and Conformance. Hasil dan capability level untuk kondisi saat ini (as is) adalah level 2 Managed Process dengan nilai 2,38. Sedangkan, untuk kondisi yang diharapkan (to be) berada pada level 3 Established Process dengan nilai 3,00 sehingga memiliki gap sebesar 0,62 yang kemudian dibuatkan rekomendasi perbaikan berdasarkan aktivitas yang dimiliki ISO/IEC 38500.


This chapter offers best practices, methods, and strategies for evaluating and assessing coaching services once they have been implemented. In order to determine the extent to which the coaching services that have been implemented are impacting retention, a comprehensive assessment combined with thoughtful analysis of the assessment data must be undertaken on a regular and continuous cycle. The Kirkpatrick and Kirkpatrick (2006) four-level assessment model to evaluate the impact and effectiveness of the selected coaching program on an annual basis, for either an outsourced coaching service or an internal coaching unit or department, is the recommended approach detailed in this chapter. The four levels of the assessment are as follows: Level 1 of the assessment will measure student reactions to the coaching services; Level 2 will assess student learning through the use of pre- and post-coaching assessments; Level 3 will assess transfer of knowledge and skills; and Level 4 will assess the impact and results as a result of the coaching program. The chapter provides advice and discussion about when to conduct each level of the four-part assessment model and a comprehensive sample assessment that can be modified to fit the needs of a wide variety of programs and institutions.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document