scholarly journals Hubungan Berat Badan dengan Kualitas Tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Krida Wacana Angkatan 2016

2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
Author(s):  
Mohamad Naim Bin Hasan ◽  
William William ◽  
Flora Rumiati

Kelebihan berat badan merupakan faktor independen yang berkontribusi terhadap kualitas tidur yang buruk. Sleep apnea merupakan timbulnya episode abnormal pada frekuensi napas yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada saat tidur. Sleep apnea dapat berupa henti napas (apnea) atau menurunnya ventilasi yang akan menyebabkan gangguan bernapas saat tidur. Semakin besar nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) atau bertambahnya berat badan, kemungkinan untuk mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA) semakin tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran angkatan 2016 FKIK Ukrida. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan studi komparatif, yaitu untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kualitas tidur pada mahasiswa golongan berat badan lebih dan berat badan normal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sebanyak  88 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, terdiri dari 44 mahasiswa yang mempunyai berat badan normal dan 44 mahasiswa yang mempunyai berat badan lebih. Responden mengisi kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).   Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 64 responden (72,7%) mempunyai kualitas tidur buruk, dan 24 responden (27,3%) memiliki kualitas tidur yang baik, serta durasi tidur terbanyak adalah < 6 jam.  Berdasarkan uji Chi-Square, disimpulkan adanya hubungan antara berat badan dengan kualitas tidur (p = 0,000, p < 0,05) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2016 FKIK Ukrida.

2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
Author(s):  
Ni Kadek Ayu Satya Dewanti ◽  
Putu Ayu Sita Saraswati ◽  
Luh Made Indah Sri Handari Adiputra ◽  
Ni Made Linawati

Lansia merupakan seseorang yang memasuki tahap usia 60 tahun ke atas. Saat memasuki tahap lansia, akan terjadinya proses degeneratif dari perubahan fisik maupun neurologis yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Penyebab masalah kesehatan pada lansia salah satunya adalah kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi fungsi sensorimotor pada tubuh lansia sehingga akan berdampak pada stabilitas posturalnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan stabilitas postural pada lansia di Desa Kukuh, Kerambitan, Tabanan. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada bulan Februari-April 2021. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Total sampel penelitian ini sebanyak 66 orang. Variabel independen yang diukur adalah kualitas tidur yang diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index. Variabel dependen yang diukur adalah stabilitas postural yang diukur menggunakan Time Up Go Test. Uji hipotesis yang digunakan adalah chi-square untuk menganalisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisis data diperoleh nilai p=0,000 sehingga p<0,05. Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara kualitas tidur dengan stabilitas postural pada lansia di Desa Kukuh, Kerambitan, Tabanan. Sampel dengan kualitas tidur yang buruk (Global PSQI >=5) lebih dominan memiliki stabilitas postural berisiko jatuh (<=20 detik) dan sangat berisiko jatuh (<=30 detik), sedangkan sampel yang memiliki kualitas tidur yang baik (Global PSQI<5) memiliki stabilitas yang normal (<=10 detik). Kata kunci: Lansia, Stabilitas Postural, Tidur


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 344
Author(s):  
Raden Nety Rustikayanti ◽  
Ahmad Khaerul Anam ◽  
Yeti Hernawati

Gangguan tidur yang buruk dapat mengakibatkan komplikasi kehamilan. Gangguan tidur dapat berbeda pada setiap pada setiap ibu hamil bergantung pada aktivitas fisik. Tujuan penelitian untuk mengetahui korelasi aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada ibu hamil. Jenis penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 248, dengan tehnik  purposive sampling sebanyak 97 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan nilai p sebesar 0.003 (p<α). Disimpulkan bahwa aktivitas fisik berkorelasi dengan kualitas tidur pada ibu hamil.


2022 ◽  
Vol 29 (1) ◽  
Author(s):  
Reem El Sayed Hashem ◽  
Tarek Asaad Abdo ◽  
Iman Ibrahim Sarhan ◽  
Amr Mohammed Mansour

Abstract Background Patients with chronic kidney disease progress regularly every year to end-stage renal disease and have to undergo dialysis. Sleep disturbances have been reported to be frequent among patients receiving dialysis and contributing to the increase of their mortality and morbidity. The present research aimed to study the sleep pattern in hemodialysis patients and the risk factors associated. This cross-sectional case-control study included 40 subjects divided into 2 groups: 20 cases recruited from Ain Shams University Hospital’s dialysis unit and 20 in the control group with normal Pittsburgh Sleep Quality Index score matched for age and sex. Both groups were subjected to overnight polysomnography, and the cases group was assessed by the Pittsburgh Sleep Quality Index to determine their sleep quality. Results Nearly all polysomnographic parameters were significantly abnormal in the cases group except for sleep onset latency (P > 0.05), showing obstructive sleep apnea and periodic limb movement (P value 0.001). Based on their Pittsburgh Sleep Quality Index score, 30% were classified as good sleepers and 70% as bad sleepers. On comparing both groups, a significant difference was found. Poor sleepers had more worse sleep efficiency (62.9%), spent longer time during their sleep in stage 1 (26.6%) with shorter REM onset latency (113.5 ± 99.5), and had a longer duration of illness with lower serum creatinine level compared to good sleepers. Conclusions The prevalence of obstructive sleep apnea and periodic limb movement in hemodialysis patients is high; patients with longer time on dialysis are at more risk of sleep disorders, whereas hemoglobin levels, BUN, and other demographic factors do not seem to play a role in sleep disorder. Hence, patients on hemodialysis need to be screened for sleep disorders so as to improve their mortality and morbidity.


Respiration ◽  
2020 ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Kengo Ohtsuka ◽  
Rie Baba ◽  
Wakako Yamasawa ◽  
Ryutaro Shirahama ◽  
Yoichiro Hattori ◽  
...  

<b><i>Background:</i></b> Patients with obstructive sleep apnea syndrome (OSAS) experience excessive daytime sleepiness and insomnia and they are at risk of developing cardiovascular disease and stroke. Continuous positive airway pressure therapy could improve symptoms and decrease these risks; however, adherence is problematic. Although the oral appliance is another therapeutic option, patient satisfaction is limited and the effect of the nasal airway stent – a new device – remains unclear. <b><i>Objectives:</i></b> The aim of this study was to evaluate the effect of NAS therapy in patients with mild-to-moderate OSAS in a prospective, single-arm, interventional pilot study. <b><i>Method:</i></b> Patients with mild/moderate sleep apnea (<i>n</i> = 71; Apnea-Hypopnea Index [AHI], 5–20 events/h on polysomnography) were recruited. Sleep-associated events were measured using a portable device (WatchPAT200) pre- and immediately post-treatment and at 1 month follow-up. AHI (including supine and non-supine AHI), Oxygen Desaturation Index (ODI), Respiratory Disturbance Index (RDI), percutaneous oxygen saturation, heart rate, and snore volume were evaluated. Symptoms were assessed using the Epworth Sleepiness Scale, Pittsburgh Sleep Quality Index, and Hospital Anxiety and Depression Scale. <b><i>Results:</i></b> NAS use significantly improved AHI, supine AHI, RD, ODI, and snore volume compared to pre-intervention (<i>r</i> = 0.44, 0.48, 0.3, 0.42, and 0.34; <i>p</i> &#x3c; 0.001, <i>p</i> &#x3c; 0.001, <i>p</i> = 0.011, <i>p</i> &#x3c; 0.001, and <i>p</i> = 0.048, respectively). Additionally, 25 and 10% of patients showed complete and partial response for AHI, respectively; these improvements remained significant 1 month later. Pittsburgh Sleep Quality Index scores improved from 6.0 to 5.3 (<i>r</i> = 0.46, <i>p</i> = 0.022). <b><i>Conclusions:</i></b> NAS therapy reduced severity and snoring in patients with mild-to-moderate OSAS. Approximately 30% of patients did not tolerate NAS due to side effects.


SLEEP ◽  
2021 ◽  
Vol 44 (Supplement_2) ◽  
pp. A170-A171
Author(s):  
Kanlaya Panjapornpon ◽  
Narumol Luekitinun ◽  
Puncharat Luengwattanakit ◽  
Manatsanan Denthet ◽  
Tanadol Wonsa-Ardsakul ◽  
...  

Abstract Introduction The rate of positive airway pressure (PAP) adherences in obstructive sleep apnea (OSA) patients with PAP therapy has remains persistently low. Telemonitoring is a promising wireless technology to early detect of usage trouble and solve them simultaneously. We compare PAP compliance, Epworth Sleepiness Scale (ESS), Functional Outcomes of Sleep Questionnaire (FOSQ-10), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), heart rate and blood pressure in OSA patients with PAP therapy for 12 weeks between telemonitoring and protocol-based groups. Methods This is a prospective simple randomization (1:1) study, allocated into the telemonitoring and protocol-based groups, at Central Chest Institute of Thailand since June to November 2020. We recruited adult patients, who underwent split-night polysomnography (PSG), met diagnostic criteria of OSA by ICSD-3 and achieved optimal or good pressure. Demographics data, physiological sleep parameters and differences between groups were analyzed by using descriptive, paired t-test, and ANOVA. Results A total of ten OSA patients with PAP therapy were attended. Baseline characteristics between groups were compared, and it is apparent that among telemonitoring and protocol-based groups, most patients were male (60% in each group), the average age of patients were (45.60 ± 9.86 vs 41.60 ± 12.38, p = 0.588) years, body mass index (BMI) (24.66 ± 3.39 vs 30.21 ± 6.13, p = 0.114) km/m2, Epworth Sleepiness Scale (ESS) was (10.00 ± 2.92 vs 9.40 ± 3.57, p = 0.779), apnea-hypopnea index (AHI) of (60.06 ± 31.08 vs 77.98 ± 43.17, p = 0.473) events/hour, and PAP pressure usage (10.20 ± 3.71 vs 10.00 ± 3.67, p = 0.933) cmH2O. There was no significant difference between groups in clinical parameters, sleep questionnaires and PAP compliance of obstructive sleep apnea (OSA) patients with PAP therapy for 12 weeks. However, in telemonitoring group, PSQI compared among baseline, fourth and twelfth week were significantly improved (7.60 ± 2.71 vs 5.00 ± 2.00 vs 4.00 ± 1.00 respectively, p = 0.041). Conclusion Using telemonitoring-guided intervention causes significantly improved in Pittsburgh Sleep Quality Index in severe obstructive sleep apnea patients with PAP therapy for 12 weeks. There was no significant difference in PAP compliance between telemonitoring and protocol-based groups. Support (if any):


2020 ◽  
Vol 26 (3) ◽  
Author(s):  
Syela C Akasian ◽  
Flora Rumiati ◽  
William William

Musik merupakan suatu alunan nada yang bisa dinikmati, umumnya digunakan untuk menghilangkan rasa penat atau stres seseorang. Secara ilmiah musik juga dapat berpengaruh untuk meningkatkan kualitas tidur terutama pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh musik terhadap kualitas tidur pada usia dewasa muda khususnya mahasiswa fakultas kedokteran yang biasanya memiliki kualitas tidur buruk. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik simple random sampling. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida angkatan 2018 sebanyak 96 mahasiswa. Pembagian kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kuesioner tambahan untuk melihat kebiasaan mendengarkan musik pada mahasiswa dilakukan secara serentak saat proses perkuliahan.  Sebagian besar mahasiswa  memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu 88 (91,7%) mahasiswa. Tiga dari  48  mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur  memiliki kualitas tidur baik. Lima dari delapan mahasiswa yang memiliki kualitas tidur baik  tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik sebelum tidur. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan mendengarkan musik dan kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida (p  0,714). 


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 27-32
Author(s):  
Piscolia Dynamurti Wintoro ◽  
Wiwin Rohmawati ◽  
Ana Sulistyowati

Latar Belakang: Seorang ibu hamil biasa mengalami kecemasan. Pada TM III kecemasan disebabkan oleh kekhawatiran menghadapi persalinan dan apakah bayinya lahir normal atau cacat. Kecemasan meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi Jatinom. Metode: Desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi Jatinom, sebanyak 40 responden dengan teknik total sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) untuk mengukur tingkat kecemasan dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data yang digunakan chi square. Hasil : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi dengan P value sebesar 0,021. Simpulan : Ibu hamil trimester III dapat memperbaiki kualitas tidur dengan mengurangi aktivitas dan istirahat yang cukup, perasaan cemas dengan cara relaksasi, senam ibu hamil, dan yoga.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document