Efektifitas Fototerapi Pada Bayi Baru Lahir dengan Hiperbilirubinemia Berdasarkan Jenis Lampu dan Panjang Gelombang Fototerapi
Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologis maupun non fisiologis yang secara klinis menimbulkan gejala yang disebut ikterus (kuning). Pada neonatus, kadar serum bilirubin indirek yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah dan tidak dapat disembuhkan. Fototerapi dan transfusi tukar adalah dua strategi terapeutik utama untuk mencegah kerusakan otak akibat bilirubin pada neonatus. Bilirubin, yang merupakan target fototerapi ini menyerap sinar secara maksimal pada rentang spektrum biru (460-490 nm). Namun, literatur lain mengatakan spektrum panjang gelombang yang berbeda, yaitu pirus (497 nm) juga sama efektifnya dalam menurunkan kadar bilirubin. Eligibilitas dari metode penelitian ini berdasarkan Participant, Intervention, Comparison, and Outcomes (PICO) dan penggunaan Boolean Operator. Berdasarkan seleksi studi dan penilaian kualitas, didapatkan 9 artikel yang dapat dianalisa. Pada bagian pembahasan didapatkan fototerapi lampu hijau dengan panjang gelombang (500nm) memiliki efektifitas yang sama dengan fototerapi gelombang biru dalam penurunan total serum bilirubin, sehingga dapat digunakan sebagai fototerapi alternatif. Fototerapi LED tidak lebih unggul dalam efektifitas penurunan total serum bilirubin jika dibandingkan dengan fototerapi konvensional. Hal ini dikarenakan iradiasi dalam keadaan normal fototerapi LED lebih tinggi dibandingkan dengan fototerapi konvensional sehinnga meningkatkan efektifitas dari fototerapi LED.