test antigen
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

77
(FIVE YEARS 8)

H-INDEX

15
(FIVE YEARS 0)

Author(s):  
Erin D. Moritz ◽  
Susannah L. McKay ◽  
Farrell A. Tobolowsky ◽  
Stephen P. LaVoie ◽  
Michelle A. Waltenburg ◽  
...  

Abstract Repeated antigen testing of 12 SARS-CoV-2–positive nursing home residents using Abbott BinaxNOW™ identified 9/9 (100%) culture-positive specimens up to 6 days after initial positive test. Antigen positivity lasted 2–24 days. Antigen positivity might last beyond the infectious period, but was reliable in residents with evidence of early infection.


2021 ◽  
Vol 4 (02) ◽  
pp. 73-79
Author(s):  
Lenny Lusia Simatupang ◽  
Harsudianto Silaen ◽  
Seriga Banjarnahor ◽  
Regina Marintan Sinaga

Pengabdian masyarakat ini dilakukan seiring dengan penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet). Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan beberapa tahap yaitu 1) Pendaftaran, 2) Skrinning kesehatan, 3) Penjelasan (informed consent) rapit test dengan antigen, 4) Evaluasi hasil serta tahap akhir, 5) Pemberitahuan hasil Test Antigen Covid-19. Peserta Rapid Test Antigen Covid-19 sebanyak 100 orang. Hasil pengabdian masyarakat terhadap pelaksanaan Rapid Test Antigen Covid-19 kepada 100 orang bahwa 99 orang memperoleh hasil Non Reaktif (-) dan 1 orang hasil Reaktif (+) Covid-19. Saran bahwa setiap kegiatan Generasi Muda Kota Medan dan Deli Serdang diharapkan selama pandemi Covid-19 melakukan testing Rapid Test untuk mendeteksi awal sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tidak menyebabkan penularan.


Yurispruden ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Indah Wahyuni Dian Ratnasari
Keyword(s):  
Rt Pcr ◽  

Biaya tes RT-PCR atau rapid test antigen yang cukup mahal menjadikan tes RT-PCR atau rapid test antigen menjadi bisnis yang sangat menguntungkan bagi penyedia jasa pelayanan kesehatan. Hal tersebut terlihat dari banyaknya penyedia jasa yang menyediakan jasa tes RT-PCR atau rapid test antigen. Peluang tersebut membuat oknum petugas medis Kimia Farma di Bandara Internasional Kualanamu Kota Medan Sumatera Utara memanfaatkan keadaan tersebut dengan cara melakukan daur ulang alat rapid test antigen, kemudian menggunakan alat rapid test antigen bekas kepada masyarakat yang melakukan tes. Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu untuk mengkaji terkait pengaturan hukum yang dilanggar dalam penggunaan alat rapid test antigen bekas oleh oknum petugas medis kimia farma, serta ancaman pidana yang dapat diterapkan atas penggunaan alat rapid test antigen bekas oleh oknum petugas medis kimia farma.


2021 ◽  
Vol 2 (6) ◽  
pp. 1013-1022
Author(s):  
Rahma Ardelia Pratiwi ◽  
Cindy Eka Mellania Rama Dani ◽  
Moch. Aril Bastian Aril Bastian ◽  
Lukman Arif
Keyword(s):  

Di masa pandemi seperti sekarang ini, PT KAI dituntut untuk memberikan pelayanan prima terhadap para penumpang transportasi kereta api dengan aman dan nyaman, serta harus menerapkan protokol kesehatan. Salah satu kebijakan PT KAI adalah keharusan penggunaan Rapid Test Antigen, Swab Test atau PCR dan yang terbaru adalah GeNose C19. GeNose C19 adalah hasil pengembangan sebuah mesin yang berbasis sensor dengan kecerdasan buatan (artifical intelligent). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan GeNose C19 pada penumpang kereta api. Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah keberhasilan program, keberhasilan sasaran, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output, pencapaian tujuan menyeluruh. Penelitian ini berlangsung di Stasiun Pasar Turi Surabaya, menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini diharapkan dalam penerapan test GeNose sebagai syarat menggunakan transportasi kereta api menjadi lebih efektif dalam menerapkan protokol kesehatan sesuai dalam aspek penilaian pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah keberhasilan program, keberhasilan sasaran, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output, pencapaian tujuan menyeluruh.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Auliarani Putri Audy ◽  
Maulana Irfan
Keyword(s):  

Pembatasan sosial kembali dilakukan ketika laju pertumbuhan virus Corona atau Covid-19 dari hari-hari tidak menunjukkan perlambatan bahkan malah menunjukan percepatan. Dampak dari kurang efektifnya penangan tersebut memunculkan pandemi berkepanjangan yang berdampak luas pada kondisi ekonomi serta kondisi sosialmasyarakat di Indonesia. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid dua ini berdampak pula bagi perusahaan transportasi yang kini harus siap menghadapi potensi penurunan jumlah penumpang secara drastis akibat pembatasan mobilisasi masyarakat. Salah satu yang terkena dampak kebijakan tersebut diantaranya adalahperusahaan transportasi, dalam kasus ini PT Kereta Api Indonesia (PT.KAI) penerapan bebas Covid-19 dengan mengharuskan melakukan Rapid Test Antigen bagi para calon penumpang yang akan menggunakan jasa kereta api, menjadi kebijakan yang harus dilakukan oleh PT. KAI. Peluang konflik dapat terjadi ketika masyarakat merasa berkeberatan jika persyaratan tersebut memberatkannya. Dengan menggunakan studi literature artikel ini bertujuan untuk melihat pengelolaan konflik yang dibahas melalui analisis konflik, yang diharapkan dapat memberikan strategi pengelolaan konfliknya. Hasilnya menunjukkan berbagai persoalan dihadapi oleh PT.KAI,beriku juga dengan berbagai alternatif solusi tergambarkan yang menjadi modal dalam menghindari konflik yang akan terjadi.


2020 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Budi Yanti ◽  
Fitri Dewi Ismida ◽  
Klarina Elsa Siti Sarah

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan jenis penyakit baru yang teridentifikasi pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SARS-CoV-2. Angka mortalitas yang disebabkan oleh SARS-COV-2 (3,8%), hal ini lebih rendah dari angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi coronavirus sebelumnya, yaitu SARS-COV (10%) dan MERS-COV (37,1%). Namun, angka penularan dari SARS-COV-2 jauh lebih tinggi, yaitu 10 kali lipat bersifat lebih infeksius. Hal ini dapat dijadikan sebagai penjelasan penyebab dari mewabahnya virus yang terjadi secara mendadak. Infeksi SARS-COV-2 terjadi melalui droplets, kontak dengan cairan tubuh pasien yang terinfeksi, benda-benda yang terkontaminasi. COVID-19 dapat menimbulkan tanda dan gejala yang bervariasi. (WHO-2019-nCOV) Infeksi ini dapat menyebabkan gejala ISPA ringan hingga berat bahkan sampai terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Dalam melakukan diagnosis diperlukannya pemeriksaan yang memiliki tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan laboratorium (uji antigen, antobodi, serologi dan molekuler). Dalam referat ini akan dibahas mengenai beberapa pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan saat ini, yaitu rapid test antigen, rapid test antibodi, ELISA, RT-PCR dan Tes Cepat Molekuler. Setiap pemeriksaan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun pemeriksaan baku emas dalam mendiagnosis COVID-19 tetap menggunakan RT-PCR.


2012 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 106-112 ◽  
Author(s):  
Kathleen A. Thompson-Crispi ◽  
Filippo Miglior ◽  
Bonnie A. Mallard

ABSTRACTThe objective of this study was to compare the incidence rate of clinical mastitis (IRCM) between cows classified as high, average, or low for antibody-mediated immune responses (AMIR) and cell-mediated immune responses (CMIR). In collaboration with the Canadian Bovine Mastitis Research Network, 458 lactating Holsteins from 41 herds were immunized with a type 1 and a type 2 test antigen to stimulate adaptive immune responses. A delayed-type hypersensitivity test to the type 1 test antigen was used as an indicator of CMIR, and serum antibody of the IgG1 isotype to the type 2 test antigen was used for AMIR determination. By using estimated breeding values for these traits, cows were classified as high, average, or low responders. The IRCM was calculated as the number of cases of mastitis experienced over the total time at risk throughout the 2-year study period. High-AMIR cows had an IRCM of 17.1 cases per 100 cow-years, which was significantly lower than average and low responders, with 27.9 and 30.7 cases per 100 cow-years, respectively. Low-AMIR cows tended to have the most severe mastitis. No differences in the IRCM were noted when cows were classified based on CMIR, likely due to the extracellular nature of mastitis-causing pathogens. The results of this study demonstrate the desirability of breeding dairy cattle for enhanced immune responses to decrease the incidence and severity of mastitis in the Canadian dairy industry.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document