scholarly journals STRATEGI PENGELOLAAN KONFLIK PERUSAHAAN TRANSPORTASI DARAT BUMN DI MASA PANDEMI COVID-19: STUDI KASUS PT KERETA API INDONESIA DALAM PENERAPAN PSBB JILID II

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Auliarani Putri Audy ◽  
Maulana Irfan
Keyword(s):  

Pembatasan sosial kembali dilakukan ketika laju pertumbuhan virus Corona atau Covid-19 dari hari-hari tidak menunjukkan perlambatan bahkan malah menunjukan percepatan. Dampak dari kurang efektifnya penangan tersebut memunculkan pandemi berkepanjangan yang berdampak luas pada kondisi ekonomi serta kondisi sosialmasyarakat di Indonesia. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid dua ini berdampak pula bagi perusahaan transportasi yang kini harus siap menghadapi potensi penurunan jumlah penumpang secara drastis akibat pembatasan mobilisasi masyarakat. Salah satu yang terkena dampak kebijakan tersebut diantaranya adalahperusahaan transportasi, dalam kasus ini PT Kereta Api Indonesia (PT.KAI) penerapan bebas Covid-19 dengan mengharuskan melakukan Rapid Test Antigen bagi para calon penumpang yang akan menggunakan jasa kereta api, menjadi kebijakan yang harus dilakukan oleh PT. KAI. Peluang konflik dapat terjadi ketika masyarakat merasa berkeberatan jika persyaratan tersebut memberatkannya. Dengan menggunakan studi literature artikel ini bertujuan untuk melihat pengelolaan konflik yang dibahas melalui analisis konflik, yang diharapkan dapat memberikan strategi pengelolaan konfliknya. Hasilnya menunjukkan berbagai persoalan dihadapi oleh PT.KAI,beriku juga dengan berbagai alternatif solusi tergambarkan yang menjadi modal dalam menghindari konflik yang akan terjadi.

2021 ◽  
Vol 2 (6) ◽  
pp. 1013-1022
Author(s):  
Rahma Ardelia Pratiwi ◽  
Cindy Eka Mellania Rama Dani ◽  
Moch. Aril Bastian Aril Bastian ◽  
Lukman Arif
Keyword(s):  

Di masa pandemi seperti sekarang ini, PT KAI dituntut untuk memberikan pelayanan prima terhadap para penumpang transportasi kereta api dengan aman dan nyaman, serta harus menerapkan protokol kesehatan. Salah satu kebijakan PT KAI adalah keharusan penggunaan Rapid Test Antigen, Swab Test atau PCR dan yang terbaru adalah GeNose C19. GeNose C19 adalah hasil pengembangan sebuah mesin yang berbasis sensor dengan kecerdasan buatan (artifical intelligent). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan GeNose C19 pada penumpang kereta api. Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah keberhasilan program, keberhasilan sasaran, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output, pencapaian tujuan menyeluruh. Penelitian ini berlangsung di Stasiun Pasar Turi Surabaya, menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini diharapkan dalam penerapan test GeNose sebagai syarat menggunakan transportasi kereta api menjadi lebih efektif dalam menerapkan protokol kesehatan sesuai dalam aspek penilaian pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah keberhasilan program, keberhasilan sasaran, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output, pencapaian tujuan menyeluruh.


2021 ◽  
Vol 4 (02) ◽  
pp. 73-79
Author(s):  
Lenny Lusia Simatupang ◽  
Harsudianto Silaen ◽  
Seriga Banjarnahor ◽  
Regina Marintan Sinaga

Pengabdian masyarakat ini dilakukan seiring dengan penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet). Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini menggunakan beberapa tahap yaitu 1) Pendaftaran, 2) Skrinning kesehatan, 3) Penjelasan (informed consent) rapit test dengan antigen, 4) Evaluasi hasil serta tahap akhir, 5) Pemberitahuan hasil Test Antigen Covid-19. Peserta Rapid Test Antigen Covid-19 sebanyak 100 orang. Hasil pengabdian masyarakat terhadap pelaksanaan Rapid Test Antigen Covid-19 kepada 100 orang bahwa 99 orang memperoleh hasil Non Reaktif (-) dan 1 orang hasil Reaktif (+) Covid-19. Saran bahwa setiap kegiatan Generasi Muda Kota Medan dan Deli Serdang diharapkan selama pandemi Covid-19 melakukan testing Rapid Test untuk mendeteksi awal sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tidak menyebabkan penularan.


2020 ◽  
Vol 20 (3) ◽  
Author(s):  
Budi Yanti ◽  
Fitri Dewi Ismida ◽  
Klarina Elsa Siti Sarah

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan jenis penyakit baru yang teridentifikasi pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SARS-CoV-2. Angka mortalitas yang disebabkan oleh SARS-COV-2 (3,8%), hal ini lebih rendah dari angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi coronavirus sebelumnya, yaitu SARS-COV (10%) dan MERS-COV (37,1%). Namun, angka penularan dari SARS-COV-2 jauh lebih tinggi, yaitu 10 kali lipat bersifat lebih infeksius. Hal ini dapat dijadikan sebagai penjelasan penyebab dari mewabahnya virus yang terjadi secara mendadak. Infeksi SARS-COV-2 terjadi melalui droplets, kontak dengan cairan tubuh pasien yang terinfeksi, benda-benda yang terkontaminasi. COVID-19 dapat menimbulkan tanda dan gejala yang bervariasi. (WHO-2019-nCOV) Infeksi ini dapat menyebabkan gejala ISPA ringan hingga berat bahkan sampai terjadi Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik. Dalam melakukan diagnosis diperlukannya pemeriksaan yang memiliki tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan laboratorium (uji antigen, antobodi, serologi dan molekuler). Dalam referat ini akan dibahas mengenai beberapa pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan saat ini, yaitu rapid test antigen, rapid test antibodi, ELISA, RT-PCR dan Tes Cepat Molekuler. Setiap pemeriksaan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun pemeriksaan baku emas dalam mendiagnosis COVID-19 tetap menggunakan RT-PCR.


Yurispruden ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Indah Wahyuni Dian Ratnasari
Keyword(s):  
Rt Pcr ◽  

Biaya tes RT-PCR atau rapid test antigen yang cukup mahal menjadikan tes RT-PCR atau rapid test antigen menjadi bisnis yang sangat menguntungkan bagi penyedia jasa pelayanan kesehatan. Hal tersebut terlihat dari banyaknya penyedia jasa yang menyediakan jasa tes RT-PCR atau rapid test antigen. Peluang tersebut membuat oknum petugas medis Kimia Farma di Bandara Internasional Kualanamu Kota Medan Sumatera Utara memanfaatkan keadaan tersebut dengan cara melakukan daur ulang alat rapid test antigen, kemudian menggunakan alat rapid test antigen bekas kepada masyarakat yang melakukan tes. Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu untuk mengkaji terkait pengaturan hukum yang dilanggar dalam penggunaan alat rapid test antigen bekas oleh oknum petugas medis kimia farma, serta ancaman pidana yang dapat diterapkan atas penggunaan alat rapid test antigen bekas oleh oknum petugas medis kimia farma.


1970 ◽  
Vol 102 (3) ◽  
pp. 300-303
Author(s):  
N. Hjorth
Keyword(s):  

Ob Gyn News ◽  
2005 ◽  
Vol 40 (21) ◽  
pp. 14
Author(s):  
SHARON WORCESTER

2008 ◽  
Vol 38 (23) ◽  
pp. 21
Author(s):  
MIRIAM E. TUCKER
Keyword(s):  

1993 ◽  
Vol 69 (01) ◽  
pp. 008-011 ◽  
Author(s):  
Cedric J Carter ◽  
D Lynn Doyle ◽  
Nigel Dawson ◽  
Shauna Fowler ◽  
Dana V Devine

SummaryThe serial use of non-invasive tests has been shown to be a safe method of managing outpatients who are suspected of having lower limb deep venous thrombosis (DVT). Objective testing has shown that the majority of these outpatients do not have venous thrombosis. A rapid test to exclude DVT in these patients, without the need for expensive and inconvenient serial non-invasive vascular testing, would have practical and economic advantages.Studies measuring the fibrin degradation product D-dimer using enzyme-linked immunoassays (EIA) in patients with veno-graphically proven DVT suggest that it should be possible to exclude this condition by the use of one of the rapid latex bead D-dimer tests.We have examined 190 patients with suspected DVT using both a latex and an EIA D-dimer assay. The latex D-dimer test used in this study was negative in 7 of the 36 proven cases of DVT. This sensitivity of only 80% is not sufficient to allow this type of assay, in its current form, to be used as an exclusion test for DVT. The same plasma samples were tested with an EIA assay. This information was used to mathematically model the effects of selecting a range of D-dimer discriminant cut off points for the diagnosis of DVT. These results indicate that 62% of suspected clinically significant DVT could have this diagnosis excluded, with a 98% sensitivity, if the rapid latex or equivalent D-dimer test could be reformulated to measure less than 185 ng/ml of D-dimer.


2018 ◽  
Vol 9 (06) ◽  
pp. 20251-20256
Author(s):  
Mudassir Khan ◽  
Shahrukh Khan ◽  
Shohra Haider ◽  
Fazal Jalil ◽  
Muhsin Jamal ◽  
...  

Background: Prevalence of Hepatitis C viral infection and its major risk factors has been found out in population of Batkhela, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan by taking number of volunteers from the interested area. HCV prevalence has not been researched in recent time here in this area, so that’s why we contributed. Materials and Methods: Ab rapid test cassette serum/plasma (USA) kit has been used for the mentioned purpose following by ELISA and finally PCR to find out active infection of virus. ICT positive individuals were reconfirmed by ELISA and then ELISA positive samples were carefully investigated by RT-PCR for Hepatitis C Virus. Results: The study population was of 770 volunteers belonging to the mentioned area of research, 453 males and 317 females. The overall prevalence was found to be 5.32% of HCV in Batkhela. This prevalence ratio was 3.12% in males and 2.20 % in females. 3rd generation ELISA was used to refine ICT positive samples which showed that 37 of the ICT positive samples had antibodies detected by ELISA. To find out active HCV infection, ELISA positive samples were refined by real time PCR which showed 2.98% of prevalence of active HCV infection in Batkhela based on HCV RNA in their blood. Principle Conclusion: Overall prevalence was found 5.32%, contaminated reused syringes and blades at Barbour’s shop, blood transfusion, surgical operations and unhygienic food in stalls etc were found significant risk factors for acquiring HCV infection. Body weakness and pale yellow skin color was common symptom in HCV positive volunteers. Safe sexual activities, blood screening before donation and sterilizing surgical equipment’s can protect us from Hepatitis C Virus.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document