The quality of service of the deployed LTE technology by mobile network operators in Abuja-Nigeria

In this study, the real-world performance analysis of four Nigerian mobile network operators (MNOs), namely MTN, GLO, Airtel, and 9Mobile long-term evolution (LTE) cellular network, were analyzed and compared. The Nigerian MNOs utilize 5 MHz, 10 MH, and 20 MHz channel bandwidths based on third-generation partnership project’s (3 GPPs) recommendation. The presented analysis shows the uplink (UL), and downlink (DL) throughputs gaps in mobility condition as well as other LTE’s system quality of service (QoS) key performance indicators (KPI’s) of: Connection drop rate, connection failure rate, peak physical downlink throughput, minimum radio link control (RLC) downlink throughput threshold and latency are not strictly followed. The reason may be due to a lack of regulatory oversight enforcement. The comparative studies showed that MTN provides the best QoS. The introduction of novel LTE QoS metrics herein referred to as national independent wireless broadband quality reporting (NIWBQR) is the significant contribution of this study. The goal of this study is to show the quality of the network as it affects the user's experience. Important observation showed that all the MNOs are not adhering to the 3 GPPs specified user plane latency of 30 ms and control plane latency of 100 ms, respectively, which makes video streaming and low latency communication a near-impossible task.

Optimasi Jaringan 4G LTE pada Area Padat Penduduk Menggunakan Antena Multisektoral

Teknologi 4G Long Term Evolution (LTE) menawarkan kecepatan akses paket data yang jauh lebih cepat dari generasi sebelumnya. Namun pada kondisi area-area padat penduduk, kecepatan akses paket data yang dirasakan oleh pengguna akan dirasakan berbeda. Hal ini juga diimbangi dengan meningkatnya pertumbuhan user, seperti di area urban dan kawasan padat penduduk, yang memiliki trafik dan payload data yang tinggi. Kondisi tersebut ternyata tidak diimbangi dengan penyediaan kapasitas jaringan yang memadai sehingga hal tersebut menyebabkan kondisi jaringan berlebihan dan menurunnya performansi jaringan di area tersebut. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka perlu dilakukan suatu proses optimasi, salah satunya dengan menggunakan metode swap antena. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi jaringan 4G LTE di area padat penduduk menggunakan antena multisektoral. Metode ini memiliki konsep mengganti antena sektoral single beam yang terpasang dengan antena multisektoral dual beam pada site yang dominan mencakup area tersebut. Penelitian ini mengambil lokasi di kawasan Matahari Kopo Bandung yang memiliki karakteristik padat penduduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimasi yang dilakukan dengan menggunakan metode swap antena ini dapat memperbaiki kinerja site tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya payload site mencapai 41% dan penurunan trafik mencapai 30,8%, serta peningkatan downlink throughput hingga 42,5%. Selain itu coverage level sinyal Reference Signal Receive Power (RSRP) mengalami peningkatan sebesar 6,93% untuk level diatas -100 dBm.