Jurnal Lingko : Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

40
(FIVE YEARS 40)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa

2686-2719, 2686-2700

2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Ririn Rianty Angkasa ◽  
Taufik Rahayu
Keyword(s):  

Penelitian ini berjudul “Hubungan Manusia dan Binatang dalam Cerpen-cerpen Majalah Mangle”. Dalam penelitian ini digunakan teori struktural sebagai pisau bedah. Teori ini membahas keterkaitan antarunsur karya sastra. Penelitian ini memfokuskan pada pembahasan moral. Penelitian ini menekankan pada unsur tokoh dan penokohan serta unsur peristiwa. Penelitian ini menggunakan objek penelitian 11 buah cerpen majalah Manglé periode 1979-2015. Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini adalah: 1) peran tokoh binatang sebagai alat kepentingan manusia, alat kesenangan manusia, alat keuntungan manusia, objek pengganggu manusia, dan teman manusia; 2) sudut pandang manusia terhadap tokoh binatang, yakni sudut pandang negatif sebagai alat kepentingan manusia, alat kesenangan manusia, alat keuntungan manusia, serta objek pengganggu manusia, dan sudut pandang positif sebagai teman manusia, serta sebagai entitas yang menjaga keseimbangan ekosistem; dan 3) pesan yang terungkap berkaitan dengan moral manusia terhadap tokoh binatang, yaitu manusia tidak boleh memanfaatkan tenaga binatang secara berlebihan, manusia tidak boleh memanfaatkan binatang sebagai objek perjudian, manusia tidak boleh memburu binatang untuk tujuan kesenangan, manusia tidak boleh memburu binatang untuk mendapatkan keuntungan pribadi, manusia tidak boleh memburu binatang langka, manusia tidak boleh diskriminatif terhadap binatang, dan manusia tidak boleh menyakiti binatang.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Santy Yulianti ◽  
Retno Handayani ◽  
Pangkul Ferdinandus

Revitalization locations for the Adang language learning process are carried out in Alaang Village. The choice of this village due to Alaang Village is located around 30 kilometers from the center of Kalabahi city and is in the middle of the Adang language speaker area. Although it is quite far from the city center, the Alaang people only use the Adang language among the older generation. The target of this activity is the young generation as the next generation of the Adang language. One revitalization activity deals with at least 20 teenagers or children. The learning process is focused on storytelling, poetry, poetry, and singing in Adang. The material is developed based on the daily life of the Adang tribe. The recommendation that can be proposed from this activity is the maintenance of the Adang language that can be carried out by inserting local language learning through local content in schools located in the Adang language area.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Agus Yulianto
Keyword(s):  

AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bentuk-bentuk maskulinitas Islam dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El Shirazy dan pertentangannya dengan paham feminis. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk-bentuk maskulinitas Islam dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburahman El Shirazy dan pertentangannya dengan paham feminis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa maskulinitas Islam yang terdapat dalam novel berupa: 1) berpoligami; 2) saleh; 3) menghargai wanita; 4) humoris dan romantis;  5) pekerja keras dan mandiri; dan 6) teguh dalam memegang prinsip kebenaran. Selain itu pertentangan antara maskulinitas Islam dengan feminisme antara lain masalah poligami dan kesamaan peran. Kata kunci: Maskulinitas, Islam, Novel 


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Stefan Danerek

The study of loom technology and textile design structure can reveal connections between weaving traditions similarly to how comparative linguistics reveal connections between linguistic groups, due to the inherent conservatism of weaving. This paper compares the weaving traditions of the Ende and the Palu’e, who are linked in oral traditions, primarily by comparing weaving related terminology against the dictionary, and examines if Palu’e weaving have branched away from Ende weaving. The archaic style of Palu’e weaving may have a source in older forms of Flores design structures that became surpassed by developments, such as patola designs among the Ende. But the comparison of the weaving lexicons show a lower convergence than language generally and does not support a Palu’e weaving origin from the Ende, neither do the designs and basic techniques. The links between the Ende and the Palu’e are more on the proto-level; language group, culture, weaving tools. Studi tentang teknologi alat tenun dan struktur desain tekstil dapat mengungkapkan hubungan antara tradisi menenun serupa linguistik komparatif mengungkapkan hubungan antara kelompok linguistik, karena konservatisme inheren tradisi tenun. Artikel ini membandingkan tradisi tenun Ende dan Palu'e, dua kelompok yang terkait dalam tradisi lisan, terutama dengan membandingkan terminologi tenun dengan kamus, dan menguji apakah tenun Palu’e pernah bercabang dari tenun Ende. Gaya kuno tenun Palu’e mungkin memiliki sumber dalam bentuk struktur desain Flores zaman dahulu yang dilampaui perkembangan seperti desain patola di tradisi Ende. Tetapi perbandingan leksikon tenun menunjukkan konvergensi yang lebih rendah daripada bahasa pada umumnya dan tidak mendukung bahwa tenun Palu’e pernah bercabang dari tenun Ende, begitu pula desain dan teknik dasarnya. Hubungan antara Ende dan Palu lebih pada tingkat proto; kelompok bahasa, budaya, alat tenun.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Joni Soleman Nalenan ◽  
Maria Prisila Oki
Keyword(s):  

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana menyatakan tema nasionalisme dalam film Unu? Penelitian ini bertujuan untuk merepresentasikan tema nasionalisme dalam film Unu produksi Unimor melalui semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif, sedangkan teori yang digunakan adalah teoeri semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat scene yang merepresentasi tema atau makna nasionalisme dalam film Unu, yaknu:  (1) Scene 1: Tentara Nasional Indonesia (TNI) sedang menjaga arus – balik warga di Perbatasan Indonesia – Timor Leste; (2) scene 2. Dalam keadaan bangga dan bahagia Ano memperlihatkan uang rupiah hasil kerjanya kepada Ana kakak perempuannya; (3) scene 3. Ana sedang menerima jahitan seragam SD yang merupakan simbol nasionalisme  dengan sukacita; dan (4) scene 4. Ana sedang mencari jaket merah putih di pasar perbatasan Indonesia dan Timor Leste.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Resti Nurfaidah

Makalah ini mengeksplorasi tentang kehidupan suku Mentawai berdasarkan hal-hal yang terungkap di dalam novel Burung Kayu karya Niduparas Erlang. Novel ini merupakan novel ekplorasis yang menuangkan fakta di lapangan. Kehidupan perempuan suku Mentawai cukup menarik perhatian karena dianggap tidak pernah mengalami perubahan, meskipun sebagian kehidupan suku Mentawai telah ditransformasi ke dalam konsep kehidupan barasi. Penelitian ini dibatasi pada dua hal berikut, yaitu 1) bagaimana keterlibataan perempuan dalam sebuah konflik kultural? dan  2) bagaimana bentuk upaya pemertahan diri perempuan dalam suku Mentawai untuk mengatasi konflik kultural tersebut? Melalui konsep analisis framing Pan Kosicki, kehidupan perempuan suku Mentawai dieksplorasi. Hasil amatan sementara, kehidupan perempuan suku Mentawai ibarat dalam dua sisi mata uang. Pada satu sisi, peranannya sangat masif di lingkungan domestik, tetapi peranan tersebut dikooptasi kepentingan patriarkis yang sangat kental.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Risma Putri Wardani ◽  
Asep Purwo Yudi Utomo
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi,kategori dan peran sintaksis pada kalimat tunggal dan majemuk yang terdapat dalam opini “Vaksin Covid 19 Penahan Resesi” oleh Sarman Simanjorang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik baca catat dan dokumentasi. Data yang digunakan adalah teks dalam opini koran suara merdeka. Hasil penelitian ini ditemukan 10 kalimat. Banyak ditemukan kalimat yang berpola SPOK. Selain itu, ditemukan fungsi subjek,objek dan pelengkap berkategori nomina atau frasa nomina. Subjek berperan sebagai pelaku, persona,sebab. Fungsi predikat berkategori verba atau frasa verba berperan sebagai aktivitas,keadaan,jumlah. Objek berperan sebagai penerima,sasaran,alat. Pelengkap berperan sebagai status. fungsi ket. berkategori nomina dan numeralia berperan sebagai akibat, tujuan, waktu dan jumlah. Kajian ini diharapkan dapat mempermudah dalam menemukan struktur sintaksis.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
NFN Jahdiah

Abstrak:Cerita rakyat merupakan salah satu dari sastra lisan yang ada di Nusantara. Cerita rakyat sperti karya sastra lainnya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita rakyat Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti dan Dua Badangsanak  dan Hantu Ni Bayur. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan karakter apa yang terdapat dalam dua cerita tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskripsif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam cerita  Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti mempunyai nilai pendidikan karakter jujur, kerja keras, bersahabat, cinta damai, peduli sosial, , dan tanggung jawab. Nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita Dua Badangsanak dan Ni Bayur berisi nilai pendidikan  kerja keras, cinta damai,  kreatif, demokrasi, dan rasa ingin tahu.AbstractFolklore is one of oral literature that exists in Indonesian archipelago. Like any other literature, folklore has values in our life, including the value of character education. This study aims to describe the value of character education in the folklore entitled Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti dan Dua Badangsanak dan Hantu Ni Bayur. The problem which is raised in this study is what kind of the value of character education in both stories. This study uses descriptive method by using qualitative approach. The result shows that the folklore entitled Aria Tadung Wani Pewaris Pusaka Sakti has the value of character education of Honest, hardworking, friendly, peace loving, socially responsible and responsibility The values of character education in the folklore entitled Dua Badangsanak dan Hantu Ni Bayur are hard worker, loving peace, creative, social care, and curiosity. 


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Lastri Wahyuni Manurung

AbstrakPada dasarnya bahasa dan budaya saling berhubungan dan terikat satu sama lain. Bahasa juga mampu mencerminkan budaya seseorang Salah satu contoh kegiatan kebudayaan adalah prosesi yang terdapat pada pernikahan adat Batak Toba, yaitu marhata sinamot (tawar-menawar mahar). Penelitian tentang strategi kesantunan dalam kegiatan marhata sinamot ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data diperoleh percakapan yang disampaikan ketika para juru bicara sedang berdiskusi atau bernegosiasi tentang jumlah mahar. Lokasi penelitian adalah di Sidamanik. Total jumlah juru bicara yang ikut serta dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang, yang diperoleh dari 5 rekaman kegiatan marhata sinamot. Hampir semua juru bicara bekerja sebagai petani, beberapa diantara mereka adalah pensiunan perkebunan, dan pedagang. Mereka berusia antara 45-70 tahun. Kondisi sosiokultural seorang penutur berpengaruh terhadap tuturan yang dihasilkannya. Prinsip kebudayaan masyarakat Batak Toba tentang somba marhula-hula, manat mardongan tubu serta elek marboru dalam tatanan dalihan na tolu, juga berpengaruh terhadap bahasa dan strategi kesantunan yang digunakan oleh penutur. Hasil temuan ini sekaligus dapat menjadi jawaban logis bahwa budaya lah yang mempengaruhi bahasa.Kata Kunci: Bahasa, Batak Toba, Budaya, Dalihan Na Tolu, Strategi Kesantunan. AbstractBasically, language and culture are interconnected and bound to one another. Language is also able to reflect one’s culture. One example of cultural activities is the procession found in the traditional Batak Toba wedding, namely marhata sinamot (the dowry bargaining). This research on politeness strategies in marhat a sinamot activities was a qualitative descriptive research. The data has been obtained through conversations delivered when the spokesmen discussing or negotiating the amount of the dowry. The research site is in Sidamanik Sub-District. The total number of spokespersons who have participated in this study is 30, and this has been obtained from 5 recordings of the marhata sinamot activities. Almost all of the spokesmen are farmers, some of them are retiredmen and traders. Their ages are between 45-70. The findings show that the politeness strategies used by the speakers in marhata sinamot are positive politeness strategies, which are exaggerating (interest, sympathy, etc with the hearer), seeking for agreement, giving hearer sympathy, using in-group identity markers, and asserting speaker’s knowledge of and concerning for hearer’s wants. Negative politeness strategies are also used, namely: asking for empathy, minimizing the imposition, apologizing, and giving deference. The sociocultural condition of a speaker affects the speech they produce. The cultural principles of the Toba Batak community regarding ‘somba marhula-hula, manat mardongan tubu and elek marboru’ in a principle of daliha na tolu have also influenced the language and politeness strategies used by speakers. These findings can be a logical answer that culture influences language.Keywords: Language, Toba Batak, culture, dalihan na tolu, politeness strategies.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Haniva Yunita Leo

AbstrakSelama pandemi Covid-19, anjuran untuk stay at home mulai dikampanyekan melalui berbagai media. Frasa tersebut kemudian dipadankan dalam bahasa daerah dengan tujuan keefektifan penyampaian informasi. Dalam bahasa Melayu Kupang, stay at home dipadankan dengan dua frasa; kukuru’u di rumah dan lu’u di rumah. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis makna kata kukuru’u dan lu’u untuk mencari padanan yang lebih tepat dengan menggunakan metode analisis korpus. Korpus bahasa Melayu Kupang kemudian dianalisis menggunakan AntConc untuk membandingkan kolokasi kedua kata yang berdekatan makna (near-synonyms). Hasil analisis korpus menunjukkan bahwa kukuru’u lebih banyak berkolokasi dengan aktivitas di dalam rumah, sedangkan lu’u mengandung konotasi negatif dan merupakan aktivitas yang tidak hanya berlangsung di dalam rumah. Dengan demikian, kukuru’u dapat digunakan sebagai padanan yang lebih tepat untuk anjuran stay at home.Kata-kata kunci: Kukuru’u, Lu’u, Analisis Korpus, AntConc, Sinonim, Bahasa Melayu KupangAbstractDuring Covid-19 pandemic, people have been suggested to stay at home, resulting in the campaign of ‘stay at home’ in various types of media. For the sake of communication effectiveness, the phrase has been translated into local languages, one of which is Kupang Malay Language. In Kupang Malay Language, ‘stay at home’ is translated into two phrases, namely ‘kukuru’u di rumah’ and ‘lu’u di rumah’. This paper is aimed at analysing the meaning of ‘kukuru’u’ and ‘lu’u’ in order to find the most appropriate equivalence by using corpus analysis method. The corpus of Kupang Malay Language was analysed using AntConc to compare the collocation of the two near-synonyms. The result of corpus analysis indicated that kukuru’u is mostly collocated with activities in house, while lu’u has a negative connotation and is related to activities conducted not only at home but outside home as well. Thus, kukuru’u is suggested as the most suitable equivalence of ‘stay at home’.Keywords: Kukuru’u, Lu’u, Corpus Analysis, AntConc, Near-synonyms, Kupang Malay Language. Abstract During Covid-19 pandemic, people have been suggested to stay at home, resulting in the campaign of ‘stay at home’ in various types of media. For the sake of communication effectiveness, the phrase has been translated into local languages, one of which is Kupang Malay Language. In Kupang Malay Language, ‘stay at home’ is translated into two phrases, namely ‘kukuru’u di rumah’ and ‘lu’u di rumah’. This paper is aimed at analysing the meaning of ‘kukuru’u’ and ‘lu’u’ in order to find the most appropriate equivalence by using corpus analysis method. The corpus of Kupang Malay Language was analysed using AntConc to compare the collocation of the two near-synonyms. The result of corpus analysis indicated that kukuru’u is mostly collocated with activities in house, while lu’u has a negative connotation and is related to activities conducted not only at home but outside home as well. Thus, kukuru’u is suggested as the most suitable equivalence of ‘stay at home’.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document