Al-Manhaj: Journal of Indonesian Islamic Family Law
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

32
(FIVE YEARS 32)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan

2715-0097, 2714-5522

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 173-190
Author(s):  
Kudrat Abdillah ◽  
Novi Kartika Sari
Keyword(s):  

Tradisi pecotan dalam perayaan walimatul ‘ursy di Desa Bandaran merupakan suatu tradisi mengundang masyarakat dengan memberikan rokok sebagai simbolisasi undangan. Proses pelaksanaan tradisi pecotan saat ini telah mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, karena para tamu undangan dalam acara walimatul ‘ursy harus memberikan sumbangan uang dan ini menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi ketika menghadiri undangan tersebut. Tradisi pecotan saat ini mulai jarang dilaksanakan oleh sebagian masyarakat, tetapi ada pula yang tetap mempertahankan dan melaksanakan tradisi pecotan ini. Dalam penelitian ini terdapat dua rumusan masalah, yaitu pertama, Bagaimana perkembangan tradisi pecotan dalam perayaan walimatul ‘ursy di Desa Bandaran, Tlanakan, Pamekasan? Kedua, Bagaimana tradisi pecotan dalam perayaan walimatul ‘ursy di Desa Bandaran, Tlanakan, Pamekasan perspektif ‘urf?. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan studi kasus dengan jenis penelitian hukum empiris kualitatif yang bersifat penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan beberapa tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Perkembangan tradisi pecotan dalam perayaan walimatul ‘ursy di Desa Bandaran, yaitu tradisi pecotan saat ini tetap dilaksanakan oleh masyarakatnya karena tradisi pecotan atau disebut tok-otok ini mempunyai sifat berkelanjutan. Seiring perkembangan zaman penggunaan tradisi ini mulai menurun, sebagian masyarakat jarang melaksanakan tradisi pecotan. Tetapi makna dari tradisi pecotan dalam perayaan walimatul ‘ursy tetap dilaksanakan, yaitu memberikan sumbangan sebagai tambahan biaya acara tersebut. Tradisi pecotan mulai jarang dilaksanakan karena disebabkan oleh faktor ekonomi, perkembangan zaman serta kemajuan teknologi, bertambah dan berkurangnya penduduk, dan pola pikir masyarakat yang semakin maju. (2) Tradisi pecotan dalam perayaan walimatul ‘ursy perspektif ‘urf dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Pertama, dilihat dari sumbernya tradisi pecotan termasuk ‘urf fi’ly karena kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan perbuatan. Kedua, dilihat dari ruang lingkupnya tradisi pecotan juga termasuk ‘urf khash, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat di suatu daerah tertentu. Ketiga, dilihat dari kualitasnya tradisi pecotan termasuk ‘urf shahih karena tradisi pecotan yang dilakukan dapat diterima oleh banyak orang dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam serta dapat memberikan kebaikan (kemaslahatan) bagi masyarakat.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 157-172
Author(s):  
Muhammad Khatibul Umam ◽  
Nano Romadlon Auliya Akbar

Penelitian ini menyorot fenomena childfree yang mulai banyak terjadi dalam pernikahan Sebagai hal yang relatif baru di Indonesia, hak reproduksi seorang perempuan (istri) selama ini dipahami sebagai hak preogatif laki-laki (suami) sebagaimana juga fiqh klasik meyakininya. Kajian ini fokus pada 2 poin, salah satunya sudut pandang Masdar Farid Mas’udi mengenai fenomena childfree sebagai antitesa pemikiran ahli fiqh klasik khususnya Al-Ghazali.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 143-156
Author(s):  
Fahrisal Amin
Keyword(s):  

(The focus of the problem studied in this study, namely: what are the reasons for the community of Jarin Village, Pademawu District, Pamekasan Regency to carry out the dhempo tradition? and what is the community's view of the dhemo' tradition in the engagement process in Jarin Village, Pademawu District, Pamekasan Regency? After doing the research, it was concluded that the strong reason for the community to conduct demonstrations was one of them on the basis of following the previous elders.)


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 125-142
Author(s):  
Theadora Rahmawati ◽  
M. Makhrus Fauzi

Tulisan ini menganalisa dampak perkawinan siri dari segi keadilan terhadap istri dan anak-anak, serta perlindungan hukumnya yang dilakukan oleh TKI Pamekasan, baik dengan sesama Warga Negara Indonesia ataupun dengan Warga Negara Asing. Dampak terhadap anak yaitu terjadinya diskriminasi baik dari lingkungan maupun keluarganya sendiri; anak tidak mendapatkan hak-hak sipilnya (akta lahir); sulit untuk menyatakan pendapatnya; sulit untuk melangsungkan kehidupan serta pendidikannya. (This paper analyzes the impact of unregistered marriages in terms of justice for their wives and children, as well as the legal protection carried out by Pamekasan TKI, both with fellow Indonesian citizens or with foreign nationals. The impact on children is the occurrence of discrimination both from the environment and their own families; the child does not get his civil rights (birth certificate); it is difficult to express his opinion; difficult to carry on life and education.)


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 106-124
Author(s):  
Mohammad Fauzan Ni'ami

Tulisan kali ini mengupas alasan penolakan masyarakat Pakistan, Afghanistan, dan Indonesia. Menggambarkan alasan penolakan masyarakat atas lahirnya reformasi hukum keluarga Islam, dengan didahului uraian historitas pro-kontra reformasi Hukum keluarga pada ketiga negara tersebut. Hasil tulisan ini menunjukan terdapat relevansi antara alasan penolakan umat atas risalah kenabian dengan alasan penolakan masyarakat atas reformasi hukum keluarga Islam. Relevansi yang ditemukan adalah keduanya menolak perubahan (ideas movement), dan hanya ingin mempertahankan nilai kemapanan. (This article explores the reasons for the people of Pakistan, Afghanistan, and Indonesia. The people's reasons for reforming Islamic family law explain the historical pros and cons of Drawing Family Law in the three countries. The results of this paper indicate a relevance between the reasons for rejecting the prophetic message and the reasons for the users of Islamic family law reform. The relevance found is that both resist change (idea movement) and only want to maintain established values.)


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 81-105
Author(s):  
A. Zaenurrosyid ◽  
Abd Kahfi ◽  
Ali Syafa’

Dinamika hukum Islam mengalami tantangan beragam di Nusantara. Pernikahan di Pesisir Jawa menjadi problematis karena dilarang dalam hukum positif, namun dibolehkan dalam Islam. Penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dalam perspektif sosio-normatif. Ditemukan beberapa kasus pernikahan bawah tangan di Pesisiran Jawa, Pati dengan keragaman alasan suami istri menikah dibawah tangan. Faktor yang dominan adalah persoalan ekonomi, hamil di luar nikah, maupun alasan study. (The dynamics of Islamic law face various challenges in the archipelago. Marriage on Marriage on the coastal Java becomes problematic because it is prohibited in positive law, but is allowed in Islam. This research applied a qualitative approach in a socio-normative perspective. Several Cases of underhand marriages have been found in coastal Java, Pati with a variety of reasons for husband and wife marrying on underhand. The dominant factors are economic problems, pregnancy out of wedlock, and study reasons.)


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 70-80
Author(s):  
Ahmad Rizza Habibi

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 adalah upaya reformasi hukum. karena menilai anak di luar nikah memiliki status yang sama dengan anak lainnya. meski terdapat ketidakharmonisan antara keputusan dan pengaturan bagi anak yang lahir di luar nikah akibat zina dalam hukum Islam. Artikel ini mengungkap peran Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap proses harmonisasi hukum. Putusan ini menerapkan konsep Sadd al-Dzari'ah untuk menutupi kemungkinan zina sekecil apa pun sekaligus melindungi hak-hak anak. (The decision of the Constitutional Court Number 46/PUU-VIII/2010 is an effort to reform the law because they judge that children out of wedlock have the same status as other children. However, disharmony exists between decisions and arrangements for children born out of wedlock due to adultery in Islamic law. This article reveals the Indonesian Ulama Council (MUI) legal harmonization process. However, this decision applies the concept of Sadd al-Dzari'ah to cover the slightest possibility of adultery while protecting children's rights.)


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 54-69
Author(s):  
Akhmad Farid Mawardi Sufyan ◽  
Moh. Badruddin Amin
Keyword(s):  

Seperti masyarakat pada umumnya, masyarakat desa Panempan Pamekasan memiliki pandangan tertentu terhadap pernikahan yang dilaksanakan pada bulan Muharram. Hal ini menjadi analisis dan kesimpulan baru ketika fenomena ini berbenturan dengan perspektif hukum Islam, yang dapat menghadirkan khazanah baru dalam pemikiran budaya keagamaan. (Like society in general, the people of Panempan Pamekasan village have a specific view on marriages held in the month of Muharram becomes a new analysis and conclusion when this phenomenon clashes with the perspective of Islamic law, which can present new treasures in religious, cultural thought.)


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 40-53
Author(s):  
Moh. Afandi

Nafkah produktif lahir dari kreativitas suami isteri dalam upayanya untuk menjamin kesejahteraan rumah tangga. Model nafkah ini telah berhasil menjaga keharmonisan rumah tangga, melindungi keluarga dari kesenjangan ekonomi, dan memberikan peranan sosial yang setara bagi kaum hawa. (Productive livelihoods are born from the creativity of husband and wife in their efforts to ensure household welfare. This livelihood model has succeeded in maintaining household harmony, protecting families from economic disparities, and providing an equal social role for women)


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 22-39
Author(s):  
Khalilulllah ◽  
Kutsiyatur Rahmah

Kajian ini akan membahas kepemimpinan perempuan dalam lingkungan keluarga dari perspektif gender dan perspektif Sayyid Alawi Al-Maliki. Konsep kepemimpinan dalam rumah tangga tidak dinilai secara pribadi, namun banyak argumen yang menempatkan laki-laki (suami) lebih layak menjadi pemimpin dalam keluarga. Selain itu paparan ini  menjelaskan dinamika kepemimpinan perempuan dalam lingkungan keluarga Islam, khususnya dalam menjelaskan bagaimana Islam memposisikan laki-laki dan perempuan serta perannya dalam membentuk keluarga yang harmonis. (This study will discuss women's leadership in the family environment from the perspective of gender and the perspective of Sayyid Alawi Al-Maliki. The concept of leadership in the household is not assessed personally, but there are many arguments that place men (husbands) more worthy of being leaders in the family. In addition, this presentation explains the dynamics of women's leadership in the Islamic family environment, especially in explaining how Islam positions men and women and their role in forming a harmonious family.)


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document