Buletin Palma
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

95
(FIVE YEARS 32)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Indonesian Agency For Agricultural Research And Development (Iaard)

2528-7141, 1979-679x

Buletin Palma ◽  
2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Linda Trivana ◽  
Nugraha E. Suyatma ◽  
Dase Hunaefi ◽  
S. Joni Munarso

<p>Virgin coconut oil (VCO) is high quality coconut oil and categorized as the healthiest oil and functional foods. Based on these benefits, the development of a VCO in emulsion product might increase the human consumption of coconut oil because consumers dislike the only taste of pure VCO. The aim of this study was to develop the water compatible form of VCO through nano-emulsification. The effect of different types and amounts of surfactants (Tween 80 and Span 80) on the physio-chemical characteristic of emulsion containing VCO was investigated. VCO based emulsions were prepared with the aid of Ultra-Turrax homogenizer. Emulsions were developed by adding and mixing VCO with surfactants. The ratio of Tween 80 and Span 80 used were 0:10, 2.5:7.5, 5:5, 7.5:2.5, and 10:0. The droplet size of nanoemulsions consisting of Tween 80:Span 80 (0:10, 2.5:7.5, 5:5, 7.5:2.5, and 10:0) were 1.343, 0.606, 0.829, 1.439, and 2.506µm, respectively. Based on the TEM analysis and polydispersity index (PDI) &gt;0.5 showed the oil droplets are in not uniform shape, indicating a unstable emulsion. VCO emulsion with ratio Tween 80:Span 80 (0:10) obtained a homogeneous emulsion (stable) compare than that of others and w/o type emulsion. The stability of emulsion is evaluated by turbidity measurement using UV-VIS spectrophotometer with wavelength 502 nm. A combination of  treatments (ambient condition, thermal treatmeant (40°C)), and centrifuge) of VCO emulsion has resulted on thermal treat, the turbidity measured from the emulsion was higher than the other emulsion, reflecting the presence of the smaller droplets in this emulsion.</p>


Buletin Palma ◽  
2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Bedy Sudjarmoko ◽  
NFN Harianto

Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang cepat dan dalam waktu yang relatif pendek diduga dapat menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah konversi lahan perkebunan non-sawit menjadi perkebunan sawit.  Penelitian ini dilakukan pada tahun 2019, ditujukan untuk menganalisis pengaruh harga minyak sawit dan perkembangan luas area sawit terhadap kinerja perkebunan kelapa. Kinerja perkebunan kelapa diwakili oleh luas area tanaman kelapa dan tingkat produksi kelapa.  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deret waktu dari tahun 1992 sampai tahun 2016.  Model ekonometrik disajikan untuk menghubungkan kinerja perkebunan kelapa sawit dengan faktor yang memengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspansi luas area kelapa sawit tidak berpengaruh negatif terhadap kinerja perkebunan kelapa. Namun perkembangan harga sawit, meskipun secara statistik tidak signifikan, berpengaruh negatif terhadap kinerja perkebunan kelapa. Penurunan kinerja perkebunan kelapa terutama dipengaruhi oleh peningkatan upah perkebunan dan tingkat suku bunga. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa pembangunan perkebunan kelapa dalam arti luas perlu memanfaatkan dengan baik momentum yang ditimbulkan oleh perkembangan perkebunan sawit.


Buletin Palma ◽  
2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
Alfred P. Manambangtua ◽  
Semuel D. Runtunuwu ◽  
Sesilia A. Wanget

<p>Kelapa merupakan tanaman serba guna, kelapa genjah sesuai dijadikan sebagai kelapa muda segar dan lebih  potensial disadap  niranya. Indonesia memiliki kondisi iklim yang unik, menyebabkan kekeringan. Kelapa genjah rentan terhadap kekurangan air, sehingga perlu dilakukan upaya mengatispiasi kekeringan. Salah satu upaya dalam menghadapi kekeringan dengan pemberian unsur kalium. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh dosis pemberian pupuk kalium terhadap respon pertumbuhan beberapa varietas kelapa genjah di pembibitan dalam menghadapi kekeringan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Palma (Balit Palma) di Mapanget, Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan bulan Mei sampai November 2020. Menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah  4 varietas kelapa genjah. Faktor kedua adalah  5 perlakuan dosis pupuk KCl. Hasil penelitian diperoleh pemberian dosis pupuk kalium 110 g KCl menunjukan kecenderungan lebih baik pada parameter pertambahan tinggi tanaman pada 1 dan 2 bulan kekeringan. Dosis pupuk kalium 165 g KCl (P3) menunjukan kecenderungan lebih baik pada parameter pertambahan diameter batang pada 2 bulan kekeringan dan volume akar. Perlakuan kalium tidak berpengaruh nyata pada pertambahan diameter batang pada 1 bulan kekeringan, penambahan jumlah daun pada 1 dan 2 bulan kekeringan, kandungan klorofil, berat kering tajuk, dan berat kering akar. Pada perlakuan Varietas kelapa genjah tidak terdapat perbedaan yang nyata antara varietas pada semua parameter pengamatan dan hanya berbeda nyata pada kandungan klorofil. </p>


Buletin Palma ◽  
2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Hengky Novarianto ◽  
Meity A. Tulalo

The desirable future coconut variety characteristics should include (1) short trunk and low height increment, (2) early bearing, (3) high nut yield, and (4) high neera (coconut sugar sap). High yoelding but short coconut palm statures make it easy to harvest the nuts and tap the neera. The Dwarf coconut varieties are generally early bearing with a low height increment and plenty nuts per fruit bunch. The Bido tall coconut bears fruits as early as three years after planting and with high nut yield, a low height increment and a very short trunk. This study aims to evaluate early vegetative growth (2 – 3 years after planting) of eight coconut hybrids derived from combinations of Dwarfs x Bido tall hybridizations. The arrays of hybrid coconuts consisted of hybridization between three Dwarf coconut varieties by Bido tall generated in 2016, and those between five Dwarf coconut varieties by Bido tall generated in 2017. The KHINA-1 hybrid was used as the standard hybrid control. Results of the evaluation showed the evaluated Waingapu Red Dwarf x Bido tall hybrids have the largest stem girth and the highest plant heightOn the other hand, Aromatic Green Dwarf x Bido tall hybrids showed the highest leaf numbers. However, all hybrid combinations showed the same stem girth diameter at two years after planting. At two and three years after planting, the Raja Brown Dwarf x Bido tall hybrids were the tallest, while the Nias Yellow Dwarf x Bido tall coconut hybrids have the highest leaf number. All of the Dwarf x Bido tall coconut hybrids showed good vegetative performance at two and three years after planting. The differences in early vegetative performances among the evaluated Dwarf x Bido tall might indicate the differences in early bearing, high nut yield and high neera characters of the hybrids.


Buletin Palma ◽  
2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Agus Eko Prasetyo ◽  
Nanang Supena ◽  
Agus Susanto

<p>Praktek penunasan berat pelepah kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan bunga jantan sehingga kebutuhan polen dan kumbang <em>Elaeidobius kamerunicus </em>dapat terpenuhi sehingga penyerbukan alami dapat menjamin pembentukan <em>fruit set </em>tandan yang normal. Penunasan berat dilakukan mulai tanaman umur 2 tahun dengan perlakuan penunasan hingga menyisakan hanya satu lingkar pelepah muda (8 pelepah/tanaman) dan sisa 2 lingkar pelepah muda (16 pelepah/tanaman) setiap bulan. Sebagai kontrol digunakan tanaman dengan penunasan normal yakni menyisakan 48-56 pelepah/tanaman. Hasil pengamatan selama 48 bulan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah bunga jantan pada kedua perlakuan penunasan berat, jumlah produksi bunga jantan pada penunasan berat dengan menyisakan 8 pelepah/tanaman. Namun ukuran bunga jantan yang terbentuk lebih kecil (menurun sebesar 30,15-51,11%) bila dibandingkan dengan kontrol sehingga jumlah polen yang dihasilkan juga lebih sedikit dengan penurunan sebanyak 28,59-38,28%. Bahkan viabilitas polen kelapa sawit pada perlakuan penunasan berat juga berkurang 12,58-15,51%. Penurunan kualitas bunga jantan ini diikuti dengan penurunan jumlah kunjungan kumbang <em>E. kamerunicus </em>sebesar 22,63-31,01% dan penurunan jumlah kemunculan kumbang baru dari tandan bunga jantan lewat mekar sebanyak 40,89-49,40%. Kualitas bunga jantan pada kedua perlakuan penunasan berat tidak berbeda. Aplikasi penunasan berat pelepah kelapa sawit berdampak pada peningkatan kuantitas bunga jantan tetapi memiliki kualitas yang menurun bahkan kurang menarik bagi <em>E. kamerunicus </em>untuk berkembang biak.</p>


Buletin Palma ◽  
2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Meldy L.A. Hosang ◽  
NFN Rahma ◽  
Lidyana M. Gosal ◽  
Marco M. Supit ◽  
Oskar Saka
Keyword(s):  

<p>Kumbang  <em>Cyrtotrachelus</em> sp. (Coleoptera: Curculionidae) dikenal sebagai kumbang moncong  rebung bambu (<em>bamboo shoot weevil</em>), kumbang moncong bamboo (<em>Bamboo weevil</em>atau <em>bamboo snout beetle</em>), kumbang moncong bambu raksasa(<em>Giant Bamboo Weevil</em>) atau kumbang palma bertungkai depan panjang (<em>Long Armed Palm Weevil</em>).  Kumbang <em>Cyrtotrachelus</em> sp., pertama kali ditemukan merusak dan mematikan tanaman muda atau bibit kelapa yang berumur &gt; 1 tahun, dan kerusakannya mirip dengan kerusakan akibat hama <em>Rhynchophorus</em> spp. pada tanaman muda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kumbang yang merusak tanaman kelapa. Survei dilakukan pada lokasi pembibitan kelapa umur 1-3 tahun di Kebun Percobaan Mapanget, Balai Penelitian Tanaman Palma(Balit Palma) di Manado, Sulawesi Utara. Pengamatan lapangan meliputi gejala serangan, populasi larva, pupa dan imago, sedangkan pengamatan laboratorium difokuskan pada ciri morfologi imago. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa kumbang yang merusak kelapa di Kebun Percobaan Mapanget, Balit Palma, di Sulawesi Utara adalah kumbang <em>Cyrtotrachelus</em> sp. Kumbang ini pertama kali ditemukan pada tahun 2018 sebagai hama pada tanaman kelapa. Dari 207 tanaman kelapa yang diobsevasi, ternyata 10,63%  terserang atau mati akibat serangan <em>Cytrotrachelus</em> sp., hal ini sangatmerugikan bagi petani atau pengusaha kelapa karena hama ini merusak bagian pucuk sehingga tanaman mati. Berdasarkanhasil penelitian ini maka perlu dipelajari lebih lanjut bioekologi dan teknik pengendalian yang sesuai untuk hama <em>Cyrtotrachelus </em>sp.</p>


Buletin Palma ◽  
2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Hasrul Abdi Hasibuan ◽  
Lerissa Aulia Siregar

<p>The use of virgin red palm oil (VRPO) as a food product is very useful because it used as a source of fat and bioactive compounds (carotene, tocopherol, and tocotrienol). Increasing the use of VRPO can be conducted by blending it with lauric oils (coconut oil and palm kernel oil) containing medium-chain triacylglycerol (MCT) to produce a healthy oil. This research was conducted to examine the physicochemical properties of VRPO with coconut oil (CNO) or palm kernel oil (PKO) blends at a weight ratio of 100:0 - 0:100. The results showed that the mixtures of VRPO with CNO or PKO influenced the free fatty acid content, carotene content, fatty acids composition, iodine value, melting point, and solid fat content. Enhancing the amount of CNO or PKO onto VRPO causes the blends to have eutectic behavior (easy to melt). The VRPO: CNO and VRPO: PKO blends, at the ratio of 20:80 and 30:70, respectively, can be used as cooking oil. The VRPO: CNO blends at the ratio of 99:1 – 95:5 can be used for baking shortening while the VRPO: PKO blend at the ratio of 70:30 can be used for table margarine.</p><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Penggunaan minyak sawit merah murni (<em>virgin red palm oil, </em>VRPO) sebagai produk pangan sangat bermanfaat karena VRPO sebagai sumber lemak dan senyawa bioaktif (karoten, tokoferol dan tokotrienol). Peningkatan pemanfaatan VRPO dapat dilakukan dengan memadukannya dengan minyak laurat (minyak kelapa dan minyak inti sawit) yang mengandung <em>medium chain triacylglycerol </em>(MCT) untuk menghasilkan campuran minyak sehat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji sifat fisikokimia campuran minyak dari VRPO dengan minyak kelapa (<em>coconut oil, </em>CNO) atau minyak inti sawit (<em>palm kernel oil, </em>PKO) pada rasio berat 100:0 - 0:100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran minyak dari VRPO dengan CNO atau PKO mempengaruhi kadar asam lemak bebas, kadar karoten, komposisi asam lemak, bilangan iodin, titik leleh dan kandungan lemak padat. Peningkatan jumlah CNO atau PKO ke dalam VRPO menyebabkan campuran memiliki perilaku eutektik (mudah mencair). Campuran VRPO dengan CNO dan VRPO dengan PKO, masing-masing pada rasio 20:80 dan 30:70 dapat digunakan sebagai minyak goreng. Campuran VRPO dengan CNO pada rasio 99:1 - 95:5 dapat digunakan sebagai produk shortening untuk roti sementara campuran VRPO dengan PKO pada rasio 70:30 dapat digunakan untuk margarin meja.</p>


Buletin Palma ◽  
2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 88
Author(s):  
M Nur ◽  
Jeanne Palit ◽  
Putri Wulan Adiningrum ◽  
Djuito Lumintang ◽  
NFN Miftahorrachman

<p align="”justify”">Morphological and physiological characters are indicator parameters in plants to determine whether plants have good growth or vice versa. This study aims to determine the morphological and physiological characters of the three kopyor hybrid coconuts with three female parents. The study was designed in a Randomized Block Design consisting of six treatments, namely GKK x DKS, GHK x DKS, and GCK x DKS hybrid coconuts as well as three female parents namely Kopyor Yellow Dwarf (GKK) open pollination, Kopyor Green Dwarf (GHK) open pollination, and Kopyor Brown Dwarf (GCK) open pollination. The replication was three times and each experimental unit consisted of 15 plants. Morphological parameters observed included stem length, girth of stem, number of leaves, leaf length, number of leaflets, length of leaflets, leaflet width, and length of the petiole. Phisiological parameters consist of chlorophyll a, chlorophyll b, total chlorophyll and stomata density. The results of analysis of variance and HSD follow-up tests showed different morphological characters were girth of stem (LB) between the treatment of GKK x DKS and the treatment of GHK x DKS, GCK x DKS, and Kopyor Yellow dwarf open pollination; number of leaves (JD) between GKK x DKS and GCK x DKS, Kopyor Green Dwarf open pollination, and Kopyor Brown Dwarf open pollination treatments; leaf length (PD) between GKK x DKS treatment and GCK x DKS and Kopyor Green Dwarf treatments; the number of leaflets (JAD) between the Kopyor Green Dwarf open pollination and GKK x DKS, Kopyor Brown Dwarf open pollination, and Kopyor Green Dwarf open pollination treatments. The difference ofphysiological characters are chlorophyll b between the GKK x DKS treatment and the GHK x DKS, GCK x DKS, and Kopyor Green Dwarf open pollination treatments; total chlorophyll between GKK x DKS treatment with GHK x DKS, GCK x DKS, Kopyor Green Dwarf open pollination, and Kopyor Brown Dwarf open pollination treatments. The average of the 12 parameters observed, the GHK x DKS treatment was the most vigorous among the treatments, while the weakest was the GKK x DKS treatment and its parent Kopyor Yellow Dwarf open pollination.</p><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p align="”justify”">Karakter morfologi dan fisiologi merupakan parameter indikator pada tanaman untuk mengetahui apakah tanaman memiliki pertumbuhan yang baik atau sebaliknya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan karakter morfologi dan fisiologi tiga kelapa hibrida kopyor dengan tiga tetua betinanya.Penelitian dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok terdiri dari enam perlakuan, yaitu kelapa hibrida GKK x DKS, GHK x DKS, dan GCK x DKS; serta tiga tetua betinanya yaitu Genjah Kuning Kopyor (GKK) penyerbukan terbuka, Genjah Hijau Kopyor (GHK) penyerbukan terbuka, dan Genjah Cokelat Kopyor (GCK) penyerbukan terbuka. Penelitian diulang sebanyak tiga kali dan setiap unit percobaan terdiri dari 15  tanaman. Parameter morfologi yang diamati meliputi panjang batang, lingkar batang, jumlah daun, panjang daun, jumlah anak daun, panjang anak daun, lebar anak daun, dan panjang petiole. Paramater fisiologi terdiri dari kandungan klorofil a, klorofil b, klorofil total dan kepadatan stomata. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut HSD menunjukkan karakter morfologi yang berbeda adalah lingkar batang (LB) antara perlakuan GKK x DKS dengan perlakuan GHK x DKS, GCK x DKS, dan GKK penyerbukan terbuka; jumlah daun (JD) antara perlakuan GKK x DKS dengan perlakuan GCK x DKS, GHK penyerbukan terbuka, dan GCK penyerbukan terbuka; panjang daun (PD) antara perlakuan GKK x DKS dengan perlakuan GCK x DKS dan GHK penyerbukan terbuka; jumlah anak daun (JAD) antara perlakuan GHK penyerbukanterbuka dengan perlakuan GKK x DKS, GCK penyerbukan terbuka, dan GKK penyerbukan terbuka.Karakter fisiologi yang berbeda adalah klorofil b antara perlakuan GKK x DKS dengan perlakuan GHK x DKS, GCK x DKS, dan GHK penyerbukan terbuka; klorofil total antara perlakuan GKK x DKS dengan perlakuan GHK x DKS, GCK x DKS, GHK penyerbukan terbuka, dan GCK penyerbukan terbuka. Rata-rata 12 parameter yang diamati, perlakuan GHK x DKS paling vigor diantara perlakuan, sedangkan paling lemah vigoritasnya perlakuan GKK x DKS dan tetuanya GKK penyerbukan terbuka. Hasil penelitian diharapkan bisa  memberipilihanantara hibrida kopyor hasil silangan antara GHK x DKS atau GCK x DKS bagi pengembang tipe kelapa hibrida kopyor yang akan digunakan</p>


Buletin Palma ◽  
2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 110
Author(s):  
Barlina Rindengan, MS ◽  
Patrik Pasang ◽  
Adhitya Yudha Pradhana

<p align="”justify”">Aren is a plant source of raw material for sugar that has been carried out from generation to generation. All parts can be used, both as a source of food and non-food. However, the main product that has been concerned is still focused on sap, as a raw material for sugar. To increase the variety of products from sap, it can be processed into syrup so that its use is more varied. Therefore, in 2018 the sap of palm sugar for palm juice processing has been carried out into syrup. The tapping of palm sap is carried out in farmer’s gardens in Tinoor village, Tomohon Municipality, North Sulawesi Province. Syrup processing is carried out at the Indonesian Palm Crops Research Institute Laboratory, and part of the analysis is carried out at the Engineering, Chemical and Biochemical Laboratory of the Agricultural Product Technology Department, UGM-Yogyakarta. The results showed that palm sugar syrup that has been carried out in the level of total soluble solids, namely 65. Brix, has the following characteristics, water content ranges from 24.16% - 31.73%, viscosity 140cP-2,336cP, total content 62.77%-68.14%, saccharose  57.55%-62.22%, reducing sugar 1.29% -4.11%, phenolic content (antioxidants) 0.13% - 0.29%. Processing of palm sugar syrup without additional sugar, so that the saccharose contained is natural only from palm sap and with the presence of phenolic compounds, palm sap syrup can be categorized as syrup functional so it is very beneficial for health. Sugar palm syrup which has a commercial syrup viscosity of total soluble solids 70. Brix which has a viscosity of 399.80cP, an water content of 29.49%, saccharose 58.00%, total sugar 63.15%, reducing sugar 2.05, phenolic content 0.14%, color intensity L*= lightness 43.83, a*= reddish 15.55 and b*= yellowish 34.40.</p><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p align="”justify”">Aren adalah salah satu tanaman sumber bahan baku gula yang telah dilakukan secara turun temurun. Semua bagian dapat dimanfaatkan, baik sebagai sumber pangan maupun non pangan, tetapi  sampai saat ini,  produk utama yang diperhatikan masih terfokus pada nira, sebagai bahan baku gula cetak maupun gula semut. Untuk menambah ragam produk dari nira aren, dapat diolah menjadi sirup sehingga pemanfaatannya lebih bervariasi. Oleh karena itu, pada tahun 2018 telah dilakukan pengolahan nira aren menjadi sirup. Penyadapan nira aren, dilakukan di kebun petani di desa Tinoor Kotamadya Tomohon, Propinsi Sulawesi Utara. Pengolahan sirup dilakukan di  Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Palma, dan sebagian analisa karakteristik dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa, Kimia dan Biokimia Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, UGM-Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sirup nira aren yang telah dilakukan dalam empat tingkatan total padatan terlarut, yaitu 65<sup>0</sup>Brix, 70<sup>0</sup>Brix, 75<sup>0</sup>Brix dan 80<sup>0</sup>Brix, memiliki karakteristik sebagai berikut kadar air berkisar 24,16%-31,73%, viskositas 140cP-2336cP, kadar total 62,77%-68,14%, sakarosa 57,55%-62,22%, gula reduksi 1,29%-4,11%, kadar fenolat (antioksidan) 0,13%-0,29%. Pengolahan sirup nira aren ini tidak dilakukan penambahan gula pasir, sehingga sakarosa yang terkandung adalah alami hanya dari nira aren dan dengan adanya senyawa fenolat, maka sirup nira aren dapat dikategorikan sebagai sirup nira aren fungsional sehingga sangat bermanfaat untuk kesehatan. Sirup nira aren yang memiliki viskositas mendekati sirup komersial adalah pada TPT 70<sup>0</sup>Brix yang memiliki viskositas 399,80cP, kadar air 29,49%, sakarosa 58,00%, gula total 63,15%, gula reduksi 2,05, fenolat 0,14%, intensitas warna L*=tingkat kecerahan 43,83,  a*=kemerahan 15,55 dan b*= kekuningan 34,40.</p>


Buletin Palma ◽  
2020 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 96
Author(s):  
Meldy L.A. Hosang ◽  
Jelfina C Alouw ◽  
Welmenci J Sambiran

<p><em>Segestes docoratus</em> (Orthoptera: Tettigoniidae) is one of the pests that can damage coconut leaves and cause very heavy damage in the area of distribution, especially in abandoned fields in certain islands. In Indonesia, <em>S. docoratus</em> pest only found in the Morotai Islands, Morotai Island Regency, North Maluku Province. Detailed information on damage, the population of the pest and its natural enemies, as well as distribution are still limited. This research aims to study the damage of coconut trees, pest populations and the potential of natural enemies that can suppress pests development in the field. The study was conducted on farmers land in Darame Village, Pilowo, South Morotai District, Yao Village, Bido Village North Morotai District, Waringin Village (Small Loleba Island and Big Loleba Island), Posi Posi Rao Village (Rao Island), South West Morotai District, Regency Morotai Island, North Maluku. At each location was selected 10 trees sample, and then young frond, mature frond and old frond were taken. Plant damage, coconut production, pest and natural enemies population were observed from each sample. The results showed that the <em>S. decoratus</em> pest damages coconut leaves but does not damage female flowers or young fruits. These pest attacks are generally categorized as light and moderate, but in certain locations in the North Morotai District and the Village of Posi Posi Rao (Rao Island), South West Morotai District, there are plants with a heavy attack level. Nearly all locations visited had <em>S. decoratus</em> pest attacks, except on the islands of Small Loleba and Big Loleba. Based on the assessment of the damage to leaflets from each frond, the percentage of leaf damage is higher in older leaves than mature leaves and lowest in young leaves. The average damage to old leaves is 26.57% - 48.65%, mature leaves 10.15% - 36.97% and young leaves 8.69% - 14.88%. The nymph of <em>S. decoratus</em> preferred young leaves as its food compared to mature and old leaves. This was indicated by the highest nymph population on young leaves and the lowest on old leaves. On the other hand, the higher adult population was found on the old fronds than the mature fronds and lowest on young fronds. This preference might be due to different nutritional components needs between nymph and adult stages, and different nutrient profiles of coconut leaflet between young and old fronds, or the mandible strength. Mandible of the imago is typically more robust than that of the nymphs. Hence, <em>S. decoratus nymphs </em>preferred the soft young leaves, while imagos prefer old leaves. The <em>Stichoterma dallatorreanum</em> parasitoid was not found in the nymphs and adults of <em>S. decoratus</em> collected, but it was found in other Tettigoniidae which are not coconut pests. Other natural enemies found were a spider predator, <em>Oecophylla smaragdina</em>, black ants, predator birds, and entomopathogenic fungi.</p><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p><em>Segestes d</em><em>e</em><em>coratus</em> (Orthoptera: Tettigoniidae) merupakan salah satu hama yang merusak daun kelapa dan dapat menyebabkan kerusakan yang sangat berat di daerah penyebarannya terutama pada kebun yang tidak terpelihara pada pulau-pulau tertentu. Di Indonesia, hama <em>S. </em><em>d</em><em>e</em><em>coratus</em><em> </em>hanya ditemukan di Kepulauan Morotai, Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara. Informasi kerusakan, populasi hama dan musuh alaminya serta distribusi masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kerusakan tanaman kelapa, populasi hama dan potensi musuh alami yang dapat menekan perkembangan hama di lapangan. Penelitian dilaksanakan pada lahan petani Kecamatan Morotai Selatan, Kecamatan Morotai Utara,  Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau  Morotai, Maluku Utara. Pada setiap lokasi dipilih 10 pohon contoh kemudian diambil daun muda, daun tengah dan daun tua. Dari setiap tanaman contoh diamati kerusakan tanaman, populasi hama, musuh alami dan produksi tanaman kelapa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama <em>S. decoratus</em> merusak daun kelapa tetapi tidak merusak bunga betina atau buah muda. Serangan hama ini pada umumnya dikategorikan pada  serangan ringan dan sedang, tetapi pada lokasi tertentu di Kecamatan Morotai Utara dan di Desa Posi Posi Rao (Pulau Rao), Kecamatan Morotai Selatan Barat, terdapat tanaman dengan tingkat serangan berat. Hampir semua lokasi yang dikunjungi sudah terdapat serangan hama <em>S. decoratus, </em>kecuali di Pulau Loleba Kecil dan Loleba Besar. Berdasarkan penilaian kerusakan anak daun dari setiap pelepah, ternyata persentase kerusakan daun lebih tinggi pada daun tua dibandingkan dengan daun tengah dan terendah pada daun muda. Rata-rata kerusakan pada daun tua 26,57 – 48,65%, daun tengah 10,15 – 36,97% dan daun muda 8,69 – 14,88%. Nimfa <em>S. decoratus</em> lebih memilih daun muda sebagai makanannya dibandingkan dengan tengah dan daun tua, hal ini ditunjukkan oleh populasi nimfa tertinggi pada daun mudadan terendah pada daun tua, sebaliknya populasi imago lebih banyak pada pelepah daun tua dibandingkan dengan daun tengah dan terendah pada daun muda. Preferensi ini kemungkinan disebabkan karena kebutuhan nutrisi yang berbeda antara nimfa dan imago dan perbedaan profile nutrisi dari pinak daun pada pelepah daun yang muda dan tua, sertamandibel nimfa masih lunak sehingga memilih daun yang masih muda sedangkan mandibel imago lebih kuat. Dari nimfa dan imago <em>S. decoratus</em> yang dikoleksi, tidak ditemukan parasitoid <em>Stichoterma dallatorreanum </em>tetapi ditemukan pada Tettigoniidae lain yang bukan hama kelapa. Ditemukan  predator laba-laba, <em>Oecophylla smaragdina,  </em>semut hitam<em>, </em>burung predator dan cendawan entomopatogen.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document