Jurnal Kesehatan Vokasional
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

126
(FIVE YEARS 84)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Gadjah Mada

2599-3275, 2541-0644

2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 241
Author(s):  
I Made Sudarma Adiputra ◽  
Ni Luh Gede Ita Sunariati ◽  
Ni Wayan Trisnadewi ◽  
Ni Putu Wiwik Oktaviani

Latar Belakang: Hipertensi pada lansia merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Senam bugar merupakan aktivitas fisik dengan gerakan yang ringan dan sangat tepat bila dilakukan pada lansia hipertensi.Tujuan: Mengetahui pengaruh senam bugar lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi.Metode: Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan rancangan Non-Equivalent Control Group Design. Jumlah responden yang berpartisipasi sebanyak 36 orang. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol, pemilihan sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling. Data dianalisis  menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok perlakuan nilai rata-rata tekanan darah sistole saat pre-test 168,1 mmHg dan post-test 153,4 mmHg sedangkan diastole pre-test 95,56 mmHg dan post-test 82,67 mmHg, pada kelompok perlakuan secara statistik mengalami penurunan tekanan darah setelah senam bugar lansia dengan p-value <0.001 uji beda dua kelompok didapatkan hasil p-value <0.001, dari hasil ini terlihat ada perbedaan tekanan darah antara kelompok perlakuan dan kontrol.Kesimpulan: Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan senam bugar lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi. Diharapkan lansia berperan aktif dalam mengikuti kegiatan senam dari posyandu lansia secara rutin untuk membantu menurunkan serta mengontrol tekanan darah tinggi.


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 249
Author(s):  
Mahendro Prasetyo Kusumo ◽  
Wisnu Murti Yani
Keyword(s):  

Latar Belakang: Program promosi kesehatan (Promkes) menjadi kunci utama dalam mengendalikan Diabetes Melitus (DM) di Indonesia. Rendahnya alokasi biaya Promkes menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevalensi DM, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Sleman memiliki prevalensi DM tertinggi setelah Kota Yogyakarta.Tujuan: Mengidentifikasi skema alokasi biaya Promkes di Kabupaten Sleman untuk mengendalikan DM di Kabupaten Sleman.Metode: Penelitian ini adalah kualitatif dengan desain studi kasus. Partisipan terdiri dari lima pemangku kebijakan di Kabupaten Sleman. Pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Triangulasi dan member checking dilakukan untuk validasi data kualitatif.Analisis data dilakukan menggunakan open code.Hasil: Analisis data menghasilkan koding penting yang diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu: 1) implementasi program Promkes 2) skema alokasi dana Promkes, dan 3) sumber pembiayaan Promkes. Prosedur pengajuan dana kegiatan Promkes rumit dan tidak jelas. Perlu disosialisasikan tata cara pengajuan biaya Promkes di setiap fasilitas pelayanan kesehatan primer. Selain itu, diperlukan strategi untuk mengajukan pembiayaan Promkes di Kabupaten Sleman melalui APBN, APBD, DAK, bagi hasil pajak dan dana desa.Kesimpulan: Skema alokasi biaya Promkes untuk mengendalikan DM di Kabupaten Sleman dapat dilakukan melalui pengajuan dari Puskesmas. Alokasi dana tersebut bersumber dari APBN, APBD, DAK, bagi hasil pajak, dan dana desa.


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 208
Author(s):  
Rizki Fadila ◽  
Aisyah Nurmaliza Ahmad

Latar Belakang: Program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) diselenggarakan pemerintah sebagai wujud pengelolaan jangka panjang pada penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Meskipun demikian, partisipasi pasien diabetes melitus dan hipertensi dalam kegiatan Prolanis di Puskesmas Kota Malang masih tergolong rendah. Hal tersebut menyebabkan belum dapat terpenuhinya target indikator Rasio Peserta Prolanis Terkendali (RPPT) pada beberapa Puskesmas di Kota Malang.Tujuan: Menganalisis faktor yang mempengaruhi partisipasi dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis).Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 85 peserta prolanis yang terdaftar di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang dipilih menjadi sampel dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji chisquare dan regresi logistik.Hasil: Peserta yang tidak berpartisipasi aktif dalam Prolanis sebanyak 70,6%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan (p=0,000), persepsi keseriusan penyakit (p=0,000) dan dukungan keluarga (p=0,010) berhubungan dengan rendahnya partisipasi Prolanis. Uji regresi logistik menunjukkan tingkat pengetahuan memiliki nilai OR = 37,410 (3,950-354,286) dan persepsi keseriusan penyakit memiliki nilai OR = 70,544 (8,182- 608,238).Kesimpulan: Faktor yang paling mempengaruhi partisipasiprolanis adalah tingkat pengetahuan dan persepsi keseriusan penyakit. 


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 226
Author(s):  
Betty Yosephin Simanjuntak ◽  
Desri Suryani ◽  
Meriwati Mahyudin ◽  
Agus Supardi ◽  
Frensi Riastuti
Keyword(s):  

Latar Belakang: Perilaku seksual berisiko pada remaja semakin mengkhawatirkan, biasanya diawali dengan meraba, berpegang tangan hingga berciuman. Ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku seksual ini baik internal maupun eksternal.Tujuan: Menganalisis faktor internal yang berkaitan dengan perilaku seksual berisiko remaja di Provinsi Bengkulu.Metode: Penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross-sectional pada 301 keluarga yang memiliki remaja berusia 10—24 tahun di wilayah Provinsi Bengkulu. Analisis data dilakukan secara deskriptif (univariat) dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.Hasil: Perilaku seksual berisiko pada remaja diawali dengan adanya perilaku berpegangan tangan (83,4%), berpelukan (34,2%), ciuman bibir (15,6%), dan meraba/merangsang (3,3%), sebagian besar berusia 15—19 tahun dengan tingkat pendidikan SLTA, serta mayoritas tinggal di pedesaan. Faktor risiko umur berpengaruh terhadap perilaku berpegangan tangan (p=0,018), berpelukan (p<0,001) dan ciuman bibir (p<0,001). Jenis kelamin berpengaruh terhadap perilaku berpelukan (p<0,001), ciuman bibir (p=0,010) dan meraba atau merangsang (p=0,008). Pendidikan berpengaruh terhadap perilaku berpegangan tangan (p<0,001) dan ciuman bibir (p=0,010), sedangkan faktor risiko tempat tinggal diketahui berpengaruh terhadap perilaku ciuman bibir (p=0,030).Kesimpulan: Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan serta tempat tinggal menjadi faktor risiko terjadinya perilaku seksual remaja khususnya berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, dan meraba/merangsang. Oleh karena itu, perlu dikembangkan media informasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan faktor risiko perilaku seksual kepada remaja.


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 200
Author(s):  
Akas Yekti Pulih Asih ◽  
Budhi Setianto ◽  
Agus Aan Adriansyah

Latar Belakang: Budaya organisasi merupakan salah satu tata nilai dalam membangun organisasi yang efektif. Budaya organisasi menjadi kewajiban yang perlu tumbuh dalam membentuk ciri khas perilaku organisasi serta perilaku individu di dalamnya yang membentuk citra organisasi di masyarakat selaku pemakai produk yang dihasilkan oleh organisasi tersebut.Tujuan: Memetakan budaya organisasi pada pejabat struktural di Rumah Sakit Islam Surabaya.Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan melibatkan seluruh pejabat struktural di RS Islam Surabaya sebagai responden yang berjumlah 63 orang. Analisis data dilakukan dengan pengukuran terhadap rerata antara pelaksanaan budaya organisasi yang telah terlaksana dengan kondisi ideal yang diharapkan oleh pejabat struktural. Penilaian dilakukan dengan menggunakan metode Organization Culture Asessement Instrument (OCAI).Hasil: Budaya Organizational Culture Assesment Instrument (OCAI) pejabat struktural, telah sesuai antara harapan dan kenyataan. Perbedaan antara harapan dan kenyataan budaya Clan dan Hierarchy adalah 1,95 dan 1,26. Budaya Pejabat Struktural RS Islam Surabaya saat ini didominasi dengan budaya Hierarchy dan budaya Clan.Kesimpulan: Kunci sukses keberhasilan budaya organisasi ditunjukkan dengan tidak adanya gap antara harapan dan kenyataan. Budaya Hierarchy menunjukkan bahwa organisasi sudah memiliki tatanan dan mengharuskan seluruh pejabat melakukan kebijakan tersebut, sedangkan budaya Clan menandakan bahwa RS Islam Surabaya merupakan tempat bekerja yang hangat, memiliki susana kekeluargaan, dan setiap individu saling mengisi satu sama lain. 


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 233
Author(s):  
Joko Susanto ◽  
Trijati Puspita Lestari ◽  
Amellia Mardhika ◽  
Makhfudli Makhfudli

Latar Belakang: Inkontinensia urine (IU) adalah komplikasi yang sering timbul setelah tindakan Trans Urethral Resection of the Prostate (TURP). Kondisi tersebut dapat diatasi dengan latihan kegel karena mampu meningkatkan daya tahan otot dasar panggul sehingga meningkatkan resistensi uretra dan memperbaiki kemampuan berkemih serta mudah dilakukan secara mandiri, kapan saja, dan dimana saja.Tujuan: Menganalisis efektifitas latihan kegel terhadap skor inkontinensia urinepasien pasca-TURPMetode: Desain penelitian menggunakan Quasi Eksperimen dengan besar sampel 64 responden yang diambil dengan metode systematic random sampling (32 kelompok intervensi, 32 kelompok kontrol). Instrumen yang digunakan kuesioner ICIQ-UI-SF untuk mengukur inkontinensia urin. Analisis data penelitian dengan uji Paired t-test dan uji Independen t-test dengan derajat kemaknaan α<0,05.Hasil: Hasil uji statistik Paired t-test menunjukkan latihan kegel mampu menurunkan skor inkontinensia urin pada pasien pasca-TURP dengan p=0,000 dan CI=0,688, dan hasil uji statistik Independent t-test didapatkan perbedaan skor inkontinensia urine pada kelompok intervensi dan kontrol pasca-latihan kegel dengan p=0,000.Kesimpulan: Latihan kegel secara efektif menurunkan skor inkontinensia urinepasien pasca-operasi TURP.


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 217
Author(s):  
M Syairaji ◽  
Marko Ferdian Salim

Latar Belakang: Maternal morbidity telah diakui sebagai masalah kesehatan yang menimpa hampir 1,7 juta wanita di dunia setiap tahunnya. Upaya pencegahan kematian dan kesakitan ibu, di tahun 2018 Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengembangkan program pendampingan ibu hamil serta dilakukan penelitian terkait faktor determinan maternal morbidity di DIY.Tujuan: Menganalisis faktor pengaruh kejadian maternal morbidity pada program One Student One Client (OSOC) dari Dinas Kesehatan DIY.Metode: Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain studi cross sectional, menggunakan data sekunder dari seluruh ibu hamil yang ikut dalam pendampingan ibu hamil OSOC pada tahun 2019 yang berdomisili di DIY. Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistik.Hasil: Terdapat 228 responden yang memiliki data lengkap dari masa kehamilan sampai nifas. Rata-rata responden berumur 30,7 tahun, 60,9% tamat SMA, 58,77% ibu rumah tangga, dan 68,42% memiliki asuransi kesehatan. Sebanyak 15,35% merupakan kehamilan yang tidak direncanakan, 19,74% memiliki riwayat penyakit, dan faktor risiko terbesar adalah umur >35 tahun (24,56%), ibu kurus (14,04%), dan memiliki riwayat caesar (13,60%). Incidence maternal morbidity sebesar 58,33% dan berdasarkan analisis multivariat, riwayat operasi caesar, porsi makan meningkat, serta memiliki hewan peliharaan berhubungan secara signifikan terhadap kejadian maternal morbidity dengan ROR dan 95% CI masing-masing sebesar 3,612 (1,076—12,117), 0,453 (0,211—0,971), dan 1,966 (1,042—3,710).Kesimpulan: Kasus maternal morbidity di masyarakat cukup tinggi dengan faktor risiko yang mempengaruhi, yaitu riwayat operasi caesar, porsi makan meningkat, dan memiliki hewan peliharaan.


2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Mitayani Purwoko ◽  
Trisnawati Mundijo
Keyword(s):  

Latar Belakang: Pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 di awal tahun 2020 menyebabkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Palembang. Hal ini kemungkinan memengaruhi kesempatan penderita thalassemia untuk melakukan kontrol teratur dan mendapat transfusi darah karena rumah sakit rujukan thalassemia sebagian besar terletak di Kota Palembang.Tujuan: Untuk mengetahui kepatuhan penderita thalassemia dalam melakukan transfusi selama pandemi COVID-19 dan faktor-faktor yang memengaruhinya.Metode: Penelitian dengan desain cross-sectional ini dilakukan di Yayasan Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Kota Palembang. Populasi target dalam penelitian ini adalah orang tua dari pasien penderita thalassemia. Besar sampel adalah 77 orang. Responden diminta mengisi kuesioner tentang pengetahuan dan perilaku. Data dianalisis dengan uji chi square.Hasil: Hasil penelitian didapatkan bahwa kepatuhan penderita thalassemia dalam melakukan transfusi darah selama masa pandemi COVID-19 masih baik (74,0%). Hasil uji bivariat diketahui bahwa kepatuhan tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tua mengenai COVID-19, usia orang tua, jenis kelamin orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendidikan orang tua.Kesimpulan: Kepatuhan penderita thalassemia dalam melakukan transfusi selama masa pandemi COVID-19 tetap baik.


2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 167
Author(s):  
Nur Wahyuni Munir ◽  
Siti Marwah Indah ◽  
Maryunis Maryunis

Latar Belakang: Trauma kapitis atau cedera kepala dapat menyebabkan deformitas, penurunan kualitas hidup, dan bahkan kematian. Hal ini berdampak pada emosional, sosial dan kemampuan dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari.Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup berdasarkan Quality of Life after Brain Injury (QOLIBRI) dan World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) pada pasien trauma kapitis di RS Bhayangkara Makassar.Metode: Desain penelitian deskriptif dengan teknik accidental sampling pada 44 pasien yang datang di poliklinik RS Bhayangkara Makassar pada Agustus hingga September 2019.Hasil: Berdasarkan QOLIBRI, kualitas hidup tertinggi berada pada aspek hubungan sosial, yaitu sebesar 43 responden (97,7%) dan kualitas hidup terendah berada pada aspek perasaan, yaitu sebesar 28 responden (63,6%), sedangkan berdasarkan WHOQOL, kualitas hidup tertinggi berada pada aspek hubungan sosial, yaitu sebesar 42 responden (95,5%) dan kualitas hidup terendah berada pada aspek psikologis, yaitu 12 responden (27,3%).Kesimpulan: Kualitas hidup berdasarkan QOLIBRI tinggi dari segi aspek hubungan sosial dan rendah dari segi aspek perasaan, sedangkan kualitas hidup berdasarkan WHOQOL tinggi dari segi aspek hubungan sosial dan rendah dari segi aspek psikologis. Diharapkan pasien memperbaiki komunikasi dengan keluarga dan lingkungan sekitar serta memperbaiki pola hidup sehat agar responden tidak mengalami kesepian atau depresi.


2021 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 182
Author(s):  
Nugroho Susanto

Latar Belakang: Pandemi COVID-19 berdampak pada peningkatan angka kesakitan dan kematian di sejumlah negara. Kasus terkonfirmasi COVID-19 yang tercatat 414.179 dengan 18.440 angka kematian (CFR 4,4%) dilaporkan di 192 negara. Adanya penerapan kebijakan lockdown pada Maret-Mei 2020 dan new normal di Juni 2020 berdampak pada perbedaan kasus di kedua periode tersebut.Tujuan: Mengetahui perbedaan kasus terkonfirmasi, angka kematian, dan case fatality rate (CFR) COVID-19 antara masa lockdown dan new normal di Indonesia.Metode: Penelitian kualitatif dengan pendekatan cross-sectional disertai telaah dokumen online. Penelitian ini mengidentifikasi kasus COVID-19 selama 156 hari yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan RI melalui laman https://covid19.kemkes.go.id/. Pengumpulan data dilakukan dari Maret−Agustus 2020. Analisis data menggunakan uji independent t test dengan confidence interval 95% (α = 0,05)Hasil: Rerata kasus terkonfirmasi dan kematian akibat COVID-19 lebih tinggi pada saat new normal dibanding saat lockdown, yaitu 338,6±213,1; 1483,7±485,7 dan 20,7±14,1; 58,9±21,9, sedangkan case fatalty rate lebih rendah pada new normal dibanding lockdown (0,04±0,01; 0,08±0,07). Terdapat perbedaan yang signifikan pada kasus terkonfirmasi (p = 0,000), angka kematian (p = 0,000), dan case fatalty rate COVID-19 (p = 0,000) antara masa pemberlakuan lockdown dan new normal.Kesimpulan: Meskipun rerata kasus terkonfirmasi dan kematian lebih tinggi di masa new normal, rerata fatalitas kematiannya lebih rendah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document