Protein profiling analysis of Gossypium hirsutum (Malvales: Malvaceae) leaves infested by cotton whitefly Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae)

2016 ◽  
Vol 51 (4) ◽  
pp. 599-607 ◽  
Author(s):  
Muhammad Ibrahim ◽  
Sumaira Yasmeen ◽  
Ghanva Zaman ◽  
Li Bin ◽  
Fahad Al-Qurainy ◽  
...  
2020 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 101
Author(s):  
I G.A.A. INDRAYANI ◽  
EMY SULISTYOWATI

<p>ABSTRACT<br />Ketahanan tanaman terhadap serangga hama berdasarkan karakter<br />morfologi bulu (trichom) pada daun merupakan salah satu cara potensial<br />mengurangi penggunaan insektisida kimia dalam pengendalian hama.<br />Serangga hama pengisap Bemisia tabaci pada tanaman kapas juga dapat<br />dikendalikan dengan menggunakan varietas kapas resisten berdasarkan<br />karakter morfologi bulu daun. Penelitian peranan kerapatan bulu daun<br />pada tanaman kapas terhadap kolonisasi B. tabaci Gennadius dilakukan di<br />Kebun Percobaan Pasirian, Kabupaten Lumajang, dan di Laboratorium<br />Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang, mulai<br />April hingga Juli 2005. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui<br />peranan kerapatan bulu daun pada beberapa aksesi plasma nutfah kapas<br />terhadap kolonisasi B. tabaci. Perlakuan terdiri atas 11 aksesi plasma<br />nutfah kapas yang dipilih berdasarkan penilaian visual pada karakter<br />kerapatan bulu daun yang mewakili kerapatan bulu rendah hingga tinggi,<br />yaitu: (1) KK-3 (KI 638), (2) Kanesia 1 (KI 436), (3) A/35 Reba P 279 (KI<br />257), (4) Acala 1517 (KI 174), (5) Asembagus 5/A/1 (KI 162), (6) 619-<br />998xLGS-10-77-3-1 (KI 76), (7) DP Acala 90 (KI 23), (8) TAMCOT SP<br />21 (KI 6)), (9) Kanesia 8 (KI 677), (10) CTX-8 (KI 494), dan (11) CTX-1<br />(KI 487). Penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan<br />10 ulangan. Paramater yang diamati adalah jumlah bulu daun, telur dan<br />nimfa pada 1 cm2 luas daun, serta jumlah imago B. tabaci pada daun<br />ketiga dari atas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan<br />bulu daun berkorelasi positif dengan kolonisasi B. tabaci (R=0,9701).<br />Semakin tinggi kerapatan bulu daun, semakin meningkat kolonisasi B.<br />tabaci. Kolonisasi B. tabaci lebih tinggi pada CTX-1, CTX-8, Kanesia 8,<br />dan KK-3 (150-250 individu/cm 2 luas daun) karena tingkat kerapatan bulu<br />daun juga lebih tinggi (150-300 helai/cm 2 luas daun) dibanding TAMCOT<br />SP 21, DP Acala 90, 619-998xLGS-10-77-3-1, Asembagus 5/A/1, Acala<br />1517, A/35 Reba P 279, dan Kanesia 1 yang memiliki kerapatan bulu daun<br />(0-100 helai/cm 2 luas daun) dan tingkat kolonisasi B. tabaci (&lt;100<br />individu/cm 2 luas daun) lebih rendah.<br />Kata kunci : Kapas, Gossypium hirsutum, plasma nutfah, hama, Bemisia<br />tabaci, trichom, kolonisasi, Jawa Timur</p><p><br />ABSTRACT<br />Role of trichome density of cotton leaf to colonization of<br />Bemisia tabaci Gennadius<br />Trichome-based host plant resistance offers the potential to reduce<br />chemical insecticides used in insect pest control. Cotton whitefly, Bemisia<br />tabaci can be controlled by using resistant variety based on trichome<br />density as plant morphological characteristics. The study on the role of<br />trichome density of cotton accessions on the colonization of B. tabaci was<br />carried out at Pasirian Experimental Station at Lumajang, and at<br />Entomology Laboratory of Indonesian Tobacco and Fiber Crops Research<br />Institute (IToFCRI ) in Malang from April to July 2005. Treatments<br />included 11 cotton accessions, viz. (1) KK-3 (KI 638), (2) Kanesia 1 (KI<br />436), (3) A/35 Reba P 279 (KI 257), (4) Acala 1517 (KI 174), (5)<br />Asembagus 5/A/1 (KI 162), (6) 619-998xLGS-10-77-3-1 (KI 76), (7) DP<br />Acala 90 (KI 23), (8) TAMCOT SP 21 (KI 6)), (9) Kanesia 8 (KI 677),<br />(10) CTX-8 (KI 494), and (11) CTX-1 (KI 487). The experiment was<br />arranged in completely randomized design with ten replications.<br />Parameters observed were trichome density, number of eggs and nymphs<br />on one cm2 of leaf and adult of B. tabaci on 3rd highest leaf of cotton<br />plant. The result showed that trichome density was positively correlated<br />with B. tabaci colonization (R=0,9701) in which higher trichome density<br />of cotton leaf has resulted in great colonization of B. tabaci. Bemisia<br />tabaci colonisation was higher on CTX-1, CTX-8, Kanesia 8, and KK-3<br />(150-250 individu/cm2 of leaf) due to dense trichome (150-300<br />trichomes/cm2 leaf) as compared with other accessions, viz. TAMCOT<br />SP 21, DP Acala 90, 619-998xLGS-10-77-3-1, Asembagus 5/A/1, Acala<br />1517, A/35 Reba P 279, and Kanesia 1 which showed less density of leaf<br />trichome (0-100 trichomes/cm2 of leaf) and B. tabaci colonization (&lt; 100<br />individu/cm2 of leaf).<br />Key words : Cotton, Gossypium hirsutum, cotton accession, pest,<br />Bemisia tabaci, trichome, colonization</p>


1998 ◽  
Vol 88 (4) ◽  
pp. 437-442 ◽  
Author(s):  
A.R. Horowitz ◽  
Z. Mendelson ◽  
P.G. Weintraub ◽  
I. Ishaaya

AbstractComparative bioassays of two chloronicotinyl insecticides, acetamiprid and imidacloprid, against the whitefly Bemisia tabaci (Gennadius), using foliar and systemic applications, were conducted under laboratory conditions and in field trials. Under controlled conditions, the ovicidal activity of foliar applications of acetamiprid on cotton seedlings was much higher than that of imidacloprid. According to LC50 and LC90 values, acetamiprid was 10- and 18-fold more potent than imidacloprid. Both compounds were effective when applied to soil against whitefly adults; however, the potency of imidacloprid was somewhat higher than that of acetamiprid 2, 7 and 14 days after application; resulting (with the concentration of 25 ml a.i./l) in adult mortality of 90, 93, and 96% and 76, 84, and 76% respectively. In an experimental cotton field, the efficacy of foliar applications of 60 g a.i./ha acetamiprid and 210 g a.i./ha imidacloprid was compared. Field residual activity of acetamiprid to whitefly adults lasted for approximately ten days, compared with three days for imidacloprid.


2016 ◽  
Vol 25 (3) ◽  
pp. 246
Author(s):  
Redy Gaswanto ◽  
Muhammad Syukur ◽  
B S Purwoko ◽  
S H Hidayat

<p>Hasil iradiasi sinar gamma pada benih lima genotipe cabai telah menghasilkan populasi mutan M2 yang harus diuji ketahanannya terhadap infeksi Begomovirus menggunakan serangga vektor Bemisia tabaci. Keefektifan metode penularan secara individu lebih tinggi dibandingkan metode penularan massal, namun jika uji penapisan diaplikasikan untuk suatu populasi yang besar maka metode yang cocok adalah penularan massal. Penelitian bertujuan (1) mendapatkan metode penularan massal yang keefektifannya sama dengan metode penularan individu, (2) mengetahui tanaman inang yang cocok untuk perbanyakan serangga vektor B. tabaci, (3) mengetahui tingkat ketahanan cabai genotipe M<br />hasil iradiasi sinar gamma terhadap infeksi Begomovirus, dan (4) mengetahui perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman dari genotipe M2 dan genotipe tetua M2 saat terinfeksi Begomovirus. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran sejak bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Kajian penularan massal menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan lima perlakuan dan tiap perlakuan diulang lima kali, sedangkan kajian jenis tanaman inang untuk perbanyakan imago B. tabaci menggunakan rancangan yang sama diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman terung ungu (Solanum melongena) dan kapas (Gossypium hirsutum) cocok dijadikan sebagai tanaman inang dalam usaha perbanyakan serangga vektor B. tabaci. Penggunaan vektor B. tabaci dalam kondisi viruliferous (masa akuisisi 48 jam) dengan jumlah sekitar 20–30 ekor dalam satu kotak sungkup kain kasa dapat digunakan sebagai metode penularan massal untuk populasi 50 bibit tanaman cabai (kondisi 2–4 daun sejati) dengan keefektifan setara dengan metode penularan secara individu. Rerata dari 195 individu cabai genotipe Kencana M2 dan SSP M2 masuk dalam kategori tahan dan agak tahan terhadap infeksi Begomovirus, sedangkan rerata dari 195 individu cabai genotipe Seloka M2, Lembang-1 M2, dan Tanjung-2 M2 masuk dalam kategori rentan-agak rentan. Perubahan karakter kuantitatif dari pertumbuhan dan hasil tanaman pada lima genotipe M2 jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan genotipe tetua M2 saat terinfeksi Begomovirus.</p><p><br /><br /></p>


2014 ◽  
Vol 14 (105) ◽  
pp. 1-18
Author(s):  
E. Abou-Fakhr Hammad ◽  
A. Zeaiter ◽  
N. Saliba ◽  
S. Talhouk

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document