scholarly journals Higher-order thinking skill problem on data representation in primary school: A case study

2018 ◽  
Vol 948 ◽  
pp. 012056 ◽  
Author(s):  
R I I Putri ◽  
Z Zulkardi
Author(s):  
Wan Mazwati Wan Yusoff ◽  
Shamilati Che Seman ◽  
Rahimah Embong

Abstract The aspiration of Malaysian education system as mentioned in the Malaysia Education Blueprint 2013-2025 is to produce students who are highly critical and creative.  Since teaching for higher order thinking was made explicit since 1989, a systematic evaluation of the adequacy and pitfalls of teaching for thinking programs was not done extensively.  If examination result is the yard stick to measure the impact of teaching for thinking, then it can be concluded that 2016 UPSR result painted a dismal picture of failure in teaching for thinking.  Studies showed that there is a positive correlation between language teacher used to communicate in the classroom and the development of thinking dispositions among students.  Using the framework of language of thinking put forward by Costa and Marzano (2001), this study was conducted to explore language of thinking used by teachers during teaching and learning sessions in several primary school classrooms.  This preliminary study attempted to gain in-depth understanding of the phenomenon in the actual setting so that the insight can illustrate a wider picture of the issue.  This exploratory case study employed structured observations to collect data in the classroom of nine primary school teachers.  The data was analysed based on theoretical proposition by Costa and Marzano.  Findings revealed that teachers needed to improve their language of thinking.    Keywords: Thinking skills, language of thinking, teaching for thinking, higher order thinking.   Abstrak Aspirasi pendidikan Malaysia sebagaimana yang disebut dalam Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025 adalah untuk melahirkan pelajar yang berupaya berfikir secara kritis dan kreatif.  Semenjak kemahiran berfikir pada aras tinggi disebut secara eksplisit dalam kurikulum sekolah menengah dan rendah dari tahun 1989 lagi, satu penilaian yang sistematik terhadap kejayaan dan kelemahan pengajaran untuk kemahiran berfikir tidak dibuat secara meluas dan menyeluruh.  Jika keputusan peperiksaan dijadikan kayu ukur untuk mengukur keberkesanan pengajaran untuk berfikir, keputusan peperiksaan UPSR 2016 melukis gambaran kegagalan projek mengajar untuk kemahiran berfikir aras tinggi yang menyedihkan.  Kajian menunjukkan ada perkaitan positif antara Bahasa yang digunakan oleh guru ketika berkomunikasi dalam bilik darjah dengan perkembangan disposisi berfikir dikalangan pelajar.   Disposisi berfikir pula berkait langsung dengan tabiat berfikir dan kemahiran berfikir aras tinggi.  Kajian ini bertujuan untuk meneroka Bahasa berfikir yang digunakan oleh guru dalam proses pengajaran dan pembelajaran di sekolah rendah.  Bahasa berfikir yang diterangkan oleh Costa dan Marzano (2001) digunakan sebagai kerangka teori kajian ini.  Kajian ini cuba untuk meneroka amalan berbahasa guru untuk memahami fenomena ini dalam situasi sebenar supaya hasilnya dapat memberi gambaran luas terhadap isu ini.  Kajian kes eksplorasi ini menggunakan pemerhatian secara berstruktur untuk mengumpul data.  Sembilan orang guru sekolah rendah terlibat dalam kajian ini.  Data telah dianalisis menggunakan toeri Bahasa berfikir Costa dan Marzano.  Dapatan kajian ini menunjukkan guru perlu menambahbaik Bahasa berfikir yang mereka gunakan semasa berkomunikasi dalam bilik darjah supaya aspirasi melahirkan pelajar berkemahiran berfikir aras tinggi dapat dicapai.    Kata Kunci: Kemahiran berfikir, bahasa berfikir, mengajar untuk berfikir, berfikir aras tinggi.


2019 ◽  
Author(s):  
Gunarti Ika Pradewi ◽  
Wiwik Wijayanti

This article aims to describe the guiding concept of students conducted by a learning community at Central Java. This learning community has new concept in developing students’ potency. This article is written based on the research conducted by the researchers in komunitas belajar Qaryah Thayyibah (KBQT). The method used in this research is qualitative research method in the form of case study. The result of the research shows that basically the guiding of students at KBQT is conducted based on the behavior of higher order thinking by implementing these things, such as: 1) implementingtargetsystemforallstudents;2)familiarizingthestudentstodiscusswith each other and utter their ideas; and 3) prioritizing the mutual agreements between teacher and student to decide the learning activity. From that activity, this learning community actually tries to develop the potency, interest, and talent of students which are different from each student.


2019 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 151-159
Author(s):  
Mieke Miarsyah ◽  
Rizhal Hendi Ristanto

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan agar guru biologi SMA di Kabupaten Bekasi dapat terampil mengembangkan soal HOTS. Guru sebagai peserta kegiatan pelatihan yang diundang dalam kegiatan merupakan perwakilan dari anggota MGMP Biologi yang tersebar dari beberapa beberapa wilayah di Kabupaten Bekasi yang diwakili oleh guru pada masing-masing Kecamatan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru tentang pelatihan pengembangan soal HOTS yang sesuai dengan keterampilan abad 21. Model kegiatan pelatihan dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) tahap, yaitu: (1) brain storming atau curah pendapat ceramah dan tanya jawab tentang konsep penulisan soal HOTs, (2) mengerjakan pekerjaan rumah berupa 1 soal subyektif dan 1 soal obyektif, (3) pendalaman konsep HOTs, (4) penulisan 1 soal obyektif dan 1 soal subyektif secara individual, (5) pembentukan kelompok yang terdiri dari 5-8 guru dan saling menukarkan soal, (6) masing-masing guru menelaah berdasarkan instrument yang telah disediakan, (7) kelompok memilih soal yang paling HOTs dan meranking mulai HOTs, MOTs, dan LOTs, (8) presentasi oleh masing-masing kelompok berdasarkan hasil telaahnya, (9) kelompok lain memberikan tanggapan berkaitan dengan HOTs atau tidaknya soal, (10) penguatan dari narasumber untuk masing-masing kelompok.Kata kunci: Higher order thinking skill, HOTS, guru biologi, kabupaten Bekasi.


Author(s):  
Intan Permata Sari And Indra Hartoyo

This study is aimed at (1) analyzing reading exercises based Bloom’s taxonomy for VIII grade in English on Sky textbook. (2) Found the distribution of the lower and higher order thinking skill in reading exercises. (3) To reason for level reading exercises. After analyzed the data, the result of the data analysis also infers that the six levels of Bloom’s taxonomy in reading exercises weren’t applied totally. The creating skill doesn’t have distribution in reading exercise, and the understanding – remembering level more dominant than another levels. The distribution of the higher order thinking level was lower than the lower order thinking level and the six levels are not appropriate with the proportion for each level of education based Bloom’s taxonomy, such as the distribution of the creating level in the reading exercise must be a concern because no question that belong to the creating level. It was concluded that reading exercises in English on Sky textbook cannot improve students' critical thinking skills for VIII grade.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 83-87
Author(s):  
Rischa Dwi Arianti ◽  
Arfilia Wijayanti ◽  
Filia Prima Artharina

This research model uses several stages, namely the analysis phase, the design phase, the development stage, the implementation phase, the evaluation stage. The results showed the difference in class average between classes using media and not using monopoly media based on HOTS (Higher Order Thinking Skill). This is evidenced by the results of the t-test in which the number of t arithmetic (3,590)> ttable (1,708). So the result is effectiveness in the use of HOTS (Higher Order Thingking Skill) based animal and food material monopoly in grade IV SD 01 Kalicari.


Author(s):  
MOH SUPRATMAN ◽  
HELMI RAHMAWATI ◽  
RIZQI APRILIA TSULASTRI

Pelatihan penyusunan instrumen Instrumen evaluasi pembelajaran matematika Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) bertujuan untuk: (1) Memberikan pemahaman kepada guru tentang konsep dasar penyusunan instrument evaluasi pembelajaran berbasis HOTS. (2) Meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun instrument evaluasi pembelajaran berbasis HOTS. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah seluruh guru MA. Sirajul Huda Pringgarata terutama guru bidang studi matematika. Pelatihan penyusunan evaluasi pembelajaran ini berisikan tentang tekhnik penyusunan kisi-kisi soal, soal-soal berbasis HOTS dan rubrik penskoran pada ranah kognitif. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini untuk mencapai tujuan sebagaimana yang telah dirumuskan yaitu metode ceramah, diskusi, dan latihan yang dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan seminar. Hasil Pelatihan pada kriteria keaktifan peserta dengan indikator: 1) Memperhatikan penjelasan pemateri rata-rata 100%; 2) Mencatat penjelasan pemateri rata-rata 92%; 3) Aktif bertanya/menjawab rata-rata 58%. Hasil penilaian kerjasama kelompok dengan indikator: 1) Berusaha memberikan pendapat rata-rata 82%; 2) Terlibat aktif dalam diskusi rata-rata 100%; 3) Menghargai pendapat sejawat rata-rata 100%. Hasil Penilaian Pemahaman dalam Penyusunan Soal HOTS dengan kriteria Baik sekali rata-rata 32%, Baik rata-rata 33%, Cukup rata-rata 12%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document